Green Belt Dengan Sejuta Pohon Bakau
Pemprov DKI Jakarta kini memiliki taman wisata alam di daerah konservasi mangrove. Taman seluas 99,82 hektar yang terletak di kawasan Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara ini, akan menjadi paru-paru kota bagi warga Jakarta.
Panas terik siang menerpa Pantai Indah Kapuk (PIK). Suhu panas saat itu kira-kira 350C. Gerah dan keringat membasahi sekujur tubuh para awak AdInfo yang berniat menyambangi Taman Wisata Alam Angke Kapuk (TWA) tersebut.
Tak lama berselang saat berada di pintu masuk TWA, udara berasa sejuk karena semilir hembusan angin yang melewati sela-sela rerimbunan pohon bakau (mangrove). Sebagai catatan, hingga kini baru ada dua taman wisata yang dipenuhi pohon mangrove, yakni di Jakarta dan Bali. Ke depannya, diharapkan daerah lain akan mengikuti langkah Jakarta dan Bali.
Taman Wisata Alam sendiri dibangun dalam 12 tahun terakhir dan berada dalam pengawasan Pemprov DKI Jakarta. TWA sendiri merupakan bagian dari wilayah pesisir pantai Jakarta Utara yang telah dilabeli sebagai green belt, termasuk Kawasan Taman Wisata Kapuk Angke.
Taman ini diharapkan bisa menjadi andalan dari 12 destinasi wisata pesisir yang sekarang sedang giat-giatnya dipromosikan. TWA memang diplot sebagai lokasi konservasi hutan bakau sekaligus sebagai tempat wisata alam dan terbuka untuk umum.
Diresmikan Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan pada 25 Januari 2010 lalu, TWA memiliki area seluas 99,82 hektar dan akan menjadi paru-paru kota bagi warga Jakarta.
Dengan memiliki jutaan tanaman mangrove, nantinya daerah ini berfungsi menghalau air laut pasang atau rob, termasuk abrasi laut. Di sini juga terdapat tempat pelestarian flora dan fauna sekaligus sebagai tempat sarana pendidikan masyarakat.
Menurut Menhut, dalam pengelolaannya, konservasi flora dan fauna itu akan melibatkan rakyat seluas-seluasnya. Rakyat akan diberikan pendidikan akan arti penting konservasi hutan mangrove.
Senada dengan Menhut, Wali Kota Jakarta Utara, Bambang Sugiyono mengatakan, wilayah Jakarta Utara telah dijadikan wilayah green belt, termasuk Kawasan Wisata Alam PIK dan menjadi bagian dari jalur dan tujuan wisata di Jakarta Utara.
Paru-paru Jakarta
Selain sebagai daerah konservasi pertama di ibu kota, TWA ini juga merupakan satu-satunya yang berada di ibu kota negara. Taman ini, selain menjadi paru-paru Jakarta, juga sebagai tempat pelestarian flora dan fauna dan sarana pendidikan masyarakat.
“Kami harus mengikutsertakan rakyat seluas-luasnya dan memberikan pendidikan kepada mereka. Tujuannya, agar mereka sadar pentingnya konservasi alam seperti yang tengah dilakukan Taman Wisata Alam Angke Kapuk,” tegas Bambang.
Menilik dari sejarahnya, pada tahun 2007, kawasan ini menyimpan 79 - 100 juta pohon produktif. Namun, karena telah terjadi abrasi, maka sepanjang tahun 2009 dilakukan penanaman pohon mangrove secara kontinyu. Sehingga pada tahun 2009, tercatat ada 203 juta bibit pohon bakau yang ditanam di kawasan tersebut.
Dulunya, banyak sekali penambak liar di sini. Perlahan tapi pasti, berbagai pihak terkait berusaha mengembalikan fungsi lahan ini sebagai tempat konservasi hutan mangrove, juga aneka binatang yang ada seperti biawak dan udang.
Tidaklah susah menuju lokasi TWA, ada beberapa akses jalan untuk menuju ke sana. Bisa melalui Tol Kapuk atau Jalan Mandara Permai (depan Rukan Cordoba). Posisi tepatnya berada dekat Yayasan Tsu Zhi atau belakang Rukan Gold Coast, Bukit Golf Mediteranian (depan Fresh Market).
Berjalan menyusuri rerimbunan hutan bakau di atas trek jalan yang terbuat dari kayu, seperti mendapatkan sensasi tersendiri. Suasana di sini tenang dan damai, tidak seperti suasana hiruk pikuk kota Jakarta yang menjemukan. Di taman ini, juga terdapat fasilitas pengamatan burung, pondok alam sebanyak 8 buah, dan rumah kemping sebanyak 30 unit.
Pengunjung TWA akan dikenakan sanksi apabila diketahui memancing ikan. Sanksi itu berupa hukuman 10 tahun penjara atau denda 5 miliar rupiah.
Warga ibu kota diharapkan agar turut menjaga kelestarian Taman Wisata Alam Kapuk Angke ini. Warga juga diminta untuk turut menanam pohon di area tersebut sehingga isu pemanasan global dapat teratasi bersama.
Diharapkan di tahun-tahun mendatang, kawasan tersebut akan dapat memberikan kesejahteraan dan kemakmuran bagi warga sekitar. Setidaknya jika taman ini berkembang, secara ekonomi akan menguntungkan warga sekitar. Sebab warga bisa berjualan souvenir sehingga denyut perekonomian warga akan berdetak keras.