Hutan Mangrove Tol Sedyatmo
Ekowisata Alam Penyangga Lingkungan
Dari sekian banyak tempat hiburan, Jakarta sudah penuh denga mal, klub malam dan arena bermain keluarga seperti Taman Impian Jaya Ancol, Dunia Fantasi dan Taman Mini Indonesia Indah. Namun, Jakarta tetap memiliki wisata alam yang indah seperti Hutan Kota Srengseng di Jakarta Barat dan Hutan Mangrove Tol Sedyatmo di Jakarta Utara.
Kini, realisasi Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjaga kelestarian lingkungan hidup ini terus digalakkan. Seperti yang terlihat di kawasan Hutan Mangrove Tol Sedyatmo. Hampir setiap tahunnya, Pemprov DKI lewat Dinas Pertanian dan Kehutanan menanam bibit mangrove.
Perhatian Dinas Pertanian dan Kehutanan ini tidak berjalan sendiri. Namun turut juga menggandeng pihak BUMN, swasta, instansi, LSM dan elemen masyarakat lainnya. Seperti dalam pantauan Adinfo di tempat, nampak instansi yang berpartisipasi dalam penanaman mangrove namanya terpampang di dahan bakau.
Menurut Kepala Seksi Pengelolaan Hutan Dinas Pertanian dan Kehutanan DKI Jakarta Ir. Sukardi, Hutan Mangrove ini diproyeksikan sebagai ekowisata alam bagi publik. Sebelumnya, ekowisata alam sudah dulu ada seperti di Taman Wisata Alam Kamal Muara, Hutan Lindung Angke Kapuk, dan Suaka Margasatwa di Pantai Indah Kapuk.
Untuk menciptakan sarana publik yang edukatif bagi publik, Dinas Pertanian dan Kelautan mencanangkan Hutan Mangrove Tol Sedyatmo sebagai Mangrove Education Center. Realisasi ke arah itu sudah terlihat pembenahan infrastruktur seperti, jalan conblok yang membelah hutan, pos informasi dan edukasi, juga jalan kayu yang sudah dimulai sejak dua periode lalu.
Kawasan hutan mangrove, lanjutnya, yang tersisa di daerah Jakarta ini semuanya diperuntukkan untuk konservasi. Karenanya, pelestarian lingkungan dengan mengundang semua elemen masyarakat tidak pernah sepi. Tahun lalu saja Pemprov DKI Jakarta mencanangkan penanaman 3,2 juta pohon di sepanjang kawasan barat pantai utara Jakarta.
“Saat ini, kami sedang menggalakkan kerjasama dengan LSM Gajah Sumatera soal hutan mangrove. Sampai sekarang, bentuk kerjasamanya akan digodok. Tapi, kurang lebih kedua belah pihak akan saling mengisi. Kehadiran LSM Gajah Sumatera ini nantinya akan memberikan edukasi kepada pengunjung yang datang,” katanya.
Ironisnya, di tengah program pemerintah yang membuka kembali lahan konservasi mangrove, masih banyak orang yang tidak bertanggung jawab menempati lahan seluas 95,5 hektare ini tanpa ijin. Meski terpampang larangan untuk menempati lahan tanpa izin, mereka tetap beraktivitas membuka tambak komersil untuk kepentingan pribadi.
Contoh nyata itu terjadi di dalam kawasan hutan mangrove sendiri, tempat yang nantinya menjadi Pusat Pendidikan Mangrove. Mereka tidak segan membuka lahan tambak dan warung bagi para pendatang yang kebanyakan menghabiskan waktunya untuk memancing.
Seperti yang dituturkan Sugiarto, pegawai honorer Hutan Mangrove ini kepada Adinfo.
Hampir kebanyakan mereka yang masuk ke sini semuanya hanya untuk memancing. Mereka yang bermaksud kemari jarang untuk wisata alam. Kalaupun mampir, mereka hanya untuk pemotretan pre wedding.
Sangat disayangkan jika program Pemprov dalam pemulihan kawasan mangrove sebagai ekowisata alam ini dirusak oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Apalagi, hutan mangrove sangat berarti sebagai penyangga lingkungan hidup bagi ekosistem satwa liar. Mari lindungi mangrove kita!