Situ Tangerang yang Tersingkirkan
Membangun sebuah peradaban, jelas butuh pengorbanan. Tak terkecuali di bidang pembangunan fisik perkotaan. Kawasan yang dulunya berstatus daerah alam seperti situ atau danau, harus tersingkir digantikan dengan beton dan baja.
Jumlah situ di Kota Tangerang mengalami penurunan. Seperti dikutip dari situs resmi Pemkot Tangerang, hal ini akibat perkembangan guna lahan terbangun. Jumlah situ di Kota Tangerang saat ini hanya tinggal 6 (enam) buah lagi, itu pun dalam kondisi yang memprihatinkan. Jika tidak ada tindakan konservasi terhadap situ-situ yang tersisa tersebut, dapat dipastikan jumlah situ yang ada akan terus berkurang dan bukan suatu hal yang tidak mungkin keberadaan situ hanya ada dalam sejarah.
Situ adalah suatu wadah genangan air di atas permukaan tanah yang terbentuk secara alami rnaupun buatan, dengan sumber air yang berasal dari air tanah dan atau air permukaan. Situ merupakan salah satu bentuk kawasan lindung setempat (non-hutan). Situ memiliki berbagai fungsi penting, antara lain sebagai tempat parkir air dan kawasan resapan air, sehingga dapat mengurangi volume air permukaan (run off) yang tidak tertampung (penyebab banjir).
Di samping itu, situ dapat dimanfaatkan sebagai irigasi, pengimbuh (recharge) air pada cekungan air tanah, cadangan air bersih, perikanan darat, sarana rekreasi, memperindah wajah kota maupun wisata alam.
Situ yang saat ini telah hanya menjadi sejarah adalah Situ Kompeni di Kecamatan Benda, Situ Plawad di Kecamatan Cipondoh dan Situ Kambing di Kecamatan Karang Tengah. Dari situ yang telah hilang ini, Situ Kompeni merupakan situ dengan area terluas mencapai 70 Hektar.
Sementara itu, situ yang masih dapat kita nikmati keberadaannya sampai dengan saat ini adalah Situ Cipondoh di Kecamatan Cipondoh, Situ Gede di Kecamatan Tangerang, Situ Cangkring di Kecamatan Priuk, Situ Bulakan di Kecamatan Priuk, Situ Kunciran di Kecamatan Pinang dan Situ Bojong di Kecamatan Pinang.
Situ Cipondoh merupakan situ dengan area terluas yang mencapai 142 Ha. Namun demikian, akibat proses alami atau proses non alami, luas areal situ ini semakin berkurang dan hingga saat ini hanya seluas 126,17 Ha. Kedalaman situ-situ ini berkisar antara 2,5 m sampai 3 m.
Melihat dalam perpektif yang lebih luas, situ tak cuma berfungsi sebagai daerah penyimpan atau penampung air. Jika dikelola dengan baik, secara ekonomi, sebuah situ memiliki manfaat komersil. Contohnya saja untuk kepariwisataan. Situ Cipondoh misalnya, situ ini sejak beberapa waktu terakhir mulai dikelola sebagai tempat wisata umum. Tak hanya menguntungkan untuk pemerintah, tapi juga bagi warga sekitar situ.
Bagi masyarakat kebanyakan, berwisata ke sebuah situ, asal situ itu bersih dan aman, tentu sudah cukup dan tidak perlu keluar banyak biaya. Meski sekedar duduk santai menikmati keindahan situ, itu sudah lebih dari cukup.
Masyarakat Tangerang tentu merasa bangga dengan memiliki banyak situ. Tapi, kembali lagi, kadang pengelolaan dan perawatannya diabaikan. Alhasil, sebuah situ hanya menjadi lokalisasi kumpulan air yang minim manfaat. Menyedihkan bukan.
Butuh kerja sama memang untuk meningkatkan ‘citra’ situ-situ yang ada di Tangerang. Pemerintah kota tak bisa bekerja sendiri, butuh juga partisipasi dari masyarakat. Dengan melestarikan situ, itu berarti kita juga turut merawat Kota Tangerang tercinta.