Cara Lain Pelajari Sejarah
Bila sekolah dulu, mungkin pelajaran Sejarah sering dibilang sebagai pelajaran yang membosankan. Murid-murid lebih banyak mengantuk dari pada memerhatikan guru yang sedang menerangkan keberadaan kerajaan Sriwijaya di Indonesia, misalnya.
Kalau hanya dipejari di dalam kelas atau hanya membacanya di buku, sejarah memang cukup membosankan. Kita hanya bisa membayangkan, tanpa tahu bagaimana bentuk nyata dari sejarah tersebut. Lain halnya, bila kita tergabung dalam Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya Indonesia atau disingkat KPSBI-HISTORIA yang memiliki konsep “rekreatif, edukatif dan menghibur” dalam mengembangkan pola pikir masyarakat terhadap sejarah dan budaya. Dengan konsep tersebut, akan tercipta suasana menyenangkan dan membekas di hati siapa saja yang mengikutinya.
Kalau biasanya banyak yang membenci dan menganggap sejarah itu membosankan, garing, ngebetein, bikin ngantuk dan seribu ejekan lain, maka dengan bergabung di dalam komunitas ini, mereka akan menemukan tempat di mana mempelajari dan mencintai sejarah dan budaya itu tanpa paksaan dan apa adanya. Kondisi demikianlah yang dikenal sebagai kesadaran sejarah.
“Yang kami lakukan adalah bagaimana membuat sejarah menjadi menarik dan menyenangkan. Sehingga pada akhirnya orang dengan mudah mendapatkan pelajaran dari pengetahuan tentang suatu peristiwa sejarah,” kata Ketua Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya Indonesia (Komunitas Historia), Asep Kambali.
Pada awalnya, Komunitas Historia didirikan karena keprihatinan beberapa mahasiswa jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Jakarta (UNJ) –dahulu IKIP Jakarta dan mahasiswa jurusan sejarah Universitas Indonesia (UI) terhadap kondisi masyarakat yang enggan mempelajari sejarah dan budaya bangsa. Banyak di antara masyarakat yang tidak peduli dengan potensi sejarah dan budaya yang dimilikinya.
Kesepakatan dibentuknya Komunitas Peduli Sejarah dan Budaya Indonesia atau dengan Asep Kambali sebagai ketua di hasilkan pada forum rapat di UNJ Rawamangun pada 22 Maret 2003.
Menurut Humas Historia, Bondet, hubungan baik yang dibina Komunitas Historia dengan berbagai pihak, terutama yang terkait dengan pendidikan, pariwisata, sejarah dan museum, akhirnya membawa Asep dan Komunitas Historia menjadi mitra utama berbagai pengelola bangunan tua di Jakarta, seperti Museum Sejarah Jakarta, Museum Bank Mandiri, Museum Bank Indonesia, Kantor Pos Jakarta Taman Fatahillah, Musuem Juang 45, Café Batavia, Xpose Cafe, Cafe Galangan, Museum Bahari, Museum Kebangkitan Nasional dan lain sebagainya.
Komunitas Historia memiliki visi membangun kesadaran sejarah dan budaya masyarakat Indonesia yang pada akhirnya kesatuan dalam perbedaan atau Nasionalisme sebagai visi terakhir dari Komunitas Historia akan tercapai.
“Komunitas ini ada karena satu kegelisahan. Sejarah kok membosankan? Orang juga cenderung meninggalkan sejarah, enggan belajar dari pengalaman sejarah,” ucap Asep.
Asep juga menambahkan bahwa Komunitas Historia mengacu pada tiga hal penting dalam misinya guna mewujudkan setiap program komunitasnya. Pertama, bahwa kegiatan Komunitas Historia itu harus bersifat rekreasi-langsung atau mengalami. Karena dengan proses mengalami sejarah akan mudah dicerna dan diingat.
Kedua, kegiatan Komunitas Historia harus mendidik. Hal ini mengingat bahwa sejarah dan budaya tentunya banyak mengandung unsur pengetahuan dan hikmah yang harus disampaikan secara edukatif. Agar mereka mendapat kemampuan kognisi dan afeksi sehingga memunculkan jiwa yang kritis terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara.
Ketiga, unsur lain yang harus ada dalam mempelajari sejarah dan budaya yang diterapkan Komunitas Historia adalah dengan menambahkan unsur hiburan atau entertainment di dalamnya. Ini akan menambah suasana jadi menyenangkan dan menggairahkan bagi siapa saja yang terlibat dalam program Komunitas Historia. Seperti dengan heritages games dan menonton film ”tempo doeloe” di museum.
Program Komunitas Historia
Ada beberapa program Komunitas Historia yang bisa diikuti oleh mereka yang ingin mempelajari sejarah dengan cara menyenangkan dan sambil rekreasi.
1.Jakarta Trail
Program ini dimulai sejak awal 2005 sampai sekarang. Kegiatan JakartaTrail sebelumnya bernama Wisata Kampung Tua –Museum Sejarah Jakarta yang digelar sejak tahun 2002 – 2005.
Jakarta Trail merupakan kegiatan jalan-jalan santai di siang atau sore hari untuk menelusuri jejak warisan sejarah dan budaya yang terdapat di Kota Tua Jakarta dan sekitarnya, atau tempat-tempat yang dinilai memiliki warisan sejarah dan budaya di Jakarta.
Di kawasan ini terdapat banyak sekali situs bersejarah dan berbagai macam bangunan tua dari masa kolonial Belanda. Melalui kegiatan ini, diharapkan sejarah dan budaya Jakarta akan terkuak dan pesona serta potensi sejarah dan budaya sebagai aset pembelajaran dan pariwisata sejarah semakin dapat diwujudkan.
Inti sesungguhnya kegiatan ini adalah ingin memberitahukan, ”ini loh bangunan tua peninggalan masa lalu bangsa kita yang seharusnya kita jaga dan kita pelihara demi generasi mendatang”. Dengan strategi menyentuh human interest dan emotional sense peserta, kegiatan JakartaTrail ini menjadi lebih berbobot ketimbang jalan-jalan biasa. Karena sehabis mengikuti tour ini, diharapkan akan tumbuh kesadaran sejarah berupa koginsi dan afeksi terhadap bangunan-bangunan bersejarah di Kota Tua Jakarta.
2. Wisata Malam Kota Tua Jakarta
Kegiatan lain yang tak kalah menarik adalah Wisata Malam Kota Tua Jakarta, yaitu sebuah upaya penelusuran bangunan cagar budaya di Kota Tua Jakarta yang dilakukan pada malam hari. Kegiatan ini pada dasarnya ingin memberikan pengalaman berbeda dari Jakarta Trail yang diselengarakan pada siang hingga sore hari. Suasana malam memang terasa berbeda ketimbang siang hari. Selain malam relatif lebih teduh, bangunan-bangunan tua peninggalan kolonial itu jika dipandang malam hari terasa lebih eksotis dan menarik bagi mereka yang hobi footograpi.
Wisata Malam Kota Tua Jakarta tidak jauh berbeda proses pelakasnaanya. Hanya saja bedanya dilakukan pada malam hari. Tujuannya pun sama, setidaknya para peserta dan masyarakat Jakarta sadar bahwa Kota Tua Jakarta, baik di siang maupun malam hari, tetap saja menyenangkan dan bermanfaat edukasi dan rekreasi.
3. Wisata Bahari: Historical Island Adventure
Wisata Bahari sebenarnya program penjelajahan laut menguak jejak Kolonial di Teluk Jakarta. Karena Teluk Jakarta adalah gerbang awal masuknya para penjelajah dunia ke Sunda Kalapa. Selain menelusuri pulau-pulau bersejarah di kawasan Kepulauan Seribu, kegatan ini diharapakan dapat mengembangkan kecintaan terhadap bahari dan situs bersejarah di Kepulauan Seribu.
Acara Wisata Bahari ini diakhir dengan bakar-bakar ikan dan makan malam bersama di pinggir pantai yang ditemani hangatnya api unggun. Keesokan harinya, peserta diajak berkeliling Pulau Onrust yang dilihat semalam. Banyak peserta yang terkagum-kagum melihat berserakannya situs-situs sejarah dan arkeologi yang berantakan dan tak terawat.
Di samping kegiatan-kegiatan tersebut, Komunitas Historia juga memiliki kegiatan lain yang menarik. Seperti, diskusi, bedah buku, talkshow dan seminar, bakti sosial, Historia Members Gathering, dan Jaringan Komunikasi Komunitas Historia.
Dalam beberapa tahun terakhir, anggota Komunitas Historia terus bertambah. Tercatat jumlah anggota per Juni 2008 berjumlah hampir 2700-an anggota. Bertambahnya anggota di satu sisi dapat menjadi keunggulan, tapi di sisi lain dapat juga menjadi ancaman bagi Komunitas Historia itu sendiri. Anggota yang banyak dapat menjadi keunggulan jika pengelolaannya ditangani dengan baik. Begitu pula sebaliknya, jika ditangani secara tidak serius maka akan menjadi ancaman.
“Dengan sistem keanggotaan yang tidak mengikat, komunitas ini benar-benar menjadi wadah bagi pencinta sejarah dan budaya. Maka itu, anggotanya bisa datang dan pergi. Mereka yang memang cinta sejarah, akan setia dan bertahan. Kalau pun tidak terlalu cinta, bisa juga tetap bergabung, sekadar menambah teman…,” tutup Asep.