Woro-woro Kampanye Online

Hiburan apa yang pasti ada ketika kampanye politik? Panggung dangdut! Jenis musik ini harus ada karena identik dengan rakyat jelata. Tokoh-tokoh politik mencari simpati dengan cara bernyanyi bersama, meski sering terdengar sumbang.


Tidak menjadi masalah, biar terdengar pales, dipaksakan agar terlihat kebersamaanya dan terkesan down to earth. Sambil bernyanyi, mereka menyuarakan suara partainya. Mudah-mudahan, rakyat yang lagi asyik-masyuk berdangdut ria mau memberi suara saat pencoblosan nanti.

Sekarang kita lihat kampanye Pemilu di Amerika Serikat. Tentu kandidat presiden di sana tidak memanggil artis dangdut dalam kampanyenya. Tapi, seperti Barrack Obama, dia menggunakan internet sebagai media kampanyenya. Sekaligus menangkap donatur yang ingin mendukung pencalonannya di Gedung Putih.

Obama memanfaatkan situs-situs interaktif sosial seperti Youtube, Facebook, Friendster, dan blog untuk menangkap massa. Belum lagi official website-nya. Di situ, masyarakat di negeri Paman Sam atau seluruh dunia, bisa melihat berita, kegiatan, bahkan merchandise yang mendukung pencalonannya.

Fenomena sukses kampanye online Obama banyak disorot masyarakat dunia. Tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa partai politik pun sudah menyiapkan situs-situs online-nya untuk membantu memperebutkan suara rakyat dalam Pemilu 2009 nanti. Partai politik terinspirasi kampanye online Obama?

Coba saja cari melalui Google atau Yahoo, sebagian besar partai politik sudah menyiapkan situsnya. Meski tidak semua siap digunakan alias “maaf, situs ini masih dalam perbaikan”, namun gejala ini sudah menimbulkan perbedaan metode kampanye saat 5 tahun silam.

Partai-partai politik tersebut ingin menggapai suara pengguna internet. Sekaligus menggunakan teknologi informasi yang lebih modern. Tapi, apa pengguna internet di Indonesia sudah sebanyak di Amerika? Di negeri kita, hanya mereka yang hidup di perkotaan saja dan mereka yang memang kesehariannya bergelut dengan komputer yang melek dengan internet.

Kalau mau dihitung, pengguna internet di Indonesia hanya sekitar 25 juta orang sampai akhir 2007 lalu (www.apjii.or.id). Persentasenya tidak seberapa dibanding Amerika Serikat yang pengguna internetnya sudah hampir setengah populasinya.

Apalagi tingkat pendidikan kebanyakan masyarakat di sana berbeda dengan Indonesia. Mereka pun lebih aktif dalam berinteraksi sehingga komunikasi berjalan dengan lancar dan lebih “hidup”. Terlebih kebanyakan situs sekarang dibuat dengan model internet Web 2.0 yang bisa menyajikan informasi dua arah. Masyarakat bisa berdiskusi dan memberi komentar baik atau buruk.

Berbeda dengan di Indonesia, karena kebanyakan pengguna internet adalah anak-anak muda dibanding orang tua, mereka pun banyak yang memanfaatkan internet hanya untuk chatting atau bermain game online. Dari pada membuka situs partai politik, mereka pun lebih memilih chatting dengan temannya di dunia maya atau bermain Ragnarok.

Dengan begitu, populasi pengguna internet pun semakin menurun dan kemungkinan tersebarnya informasi dari situs partai politik pun melorot. Tinggal pengguna yang hobi surfing internet saja yang memiliki kemungkinan melihat retorika situs partai politik.

Belum lagi kalau situs-situs partai politik tersebut tidak dikelola dengan profesional. Entah yang masih dalam tahap under construction atau terdapat fitur-fitur yang tidak berfungsi. Kian malas masyarakat berlama-lama di situs partai politik.

Makanya, selain persiapan konten yang mampu “menyihir” opini masyarakat, partai politik juga harus menyiapkan infrastruktur dan sumber daya teknologi informasi yang mumpuni untuk masuk dalam kampanye online. Bukan hanya asal membuat situs atau jejaring sosial online.

Meski begitu, bukan haram namanya kalau partai politik memiliki situs. Sebagai sebuah media dalam berkampanye, tentunya sah-sah saja. Namun, buat di Indonesia sepertinya hal tersebut masih merupakan embrio cara berkampanye yang efektif.

Bukan saja tidak menyentuh masyarakat akar rumput, tapi internet masih merupakan “barang mahal” di Indonesia. Terlebih lagi kondisi ekonomi masyarakat sekarang ini masih terguncang dengan kenaikan harga BBM dan segala macam kebutuhan hidup.

Masyarakat kebanyakan akan lebih memilih melihat kampanye gratis dibanding harus menyewa sambungan internet di Warnet atau berlangganan koneksi. Ditambah lagi karena budaya berinternet memang masih belum populer di Indonesia.

Lain soal buat kader-kader partai politik. Mereka malah semakin terbantu dengan adanya internet. Koordinasi di antara anggota akan semakin cepat dan efektif. Apalagi buat mereka yang berada di luar pulau.

Pertarungan keras pun akan mengiringi kampanye partai politik melalui internet. Sifat komunikasi dua arah yang dimiliki internet seperti pisau bermata dua. Bisa mendukung, bisa pula mendorong jatuh.

Dalam dunia maya, setiap orang bisa saja memiliki pendapat yang berbeda. Berkata apa saja, bahkan menulis perkataan “jorok” sekali pun. Mendapat simpati publik melalui internet tidak semudah membagikan sembako atau money politic.

Bila kedua hal di atas, memang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga doktrin-doktrin politik pun akan mudah diserap oleh yang menerimanya. Sedangkan melalu internet, murni intelektual partai politik dalam memengaruhi opini pengguna internet untuk mendukung partainya saat Pemilu nanti.

Sekali lagi, internet belum menjadi budaya pop di masyarakat Indonesia kebanyakan. Penetrasinya hanya sampai pada mereka yang berada di perkotaan di mana jaringan koneksi internet sudah tersebar. Itu pun tidak tersebar secara merata.

Apa gunanya kampanye online kalau memang tidak ada yang melihat. Akrabkan saja masyarakat dengan budaya yang dekat dengannya. Menggelar pentas dangdut seperti disebutkan di atas, misalnya. Tapi, bila itu pilihannya, tokoh politik yang akan naik panggung, harus mengambil kelas vokal dulu. Biar suaranya merdu, semerdu janji-janji kampanye.

Read More ..

Deman Futsal dan RTH

Sepak bola merupakan olahraga universal yang banyak penggemarnya. Hampir semua orang berjenis kelamin pria bisa bermain bola. Bahkan sekarang wanita pun ada yang menyenanginya. Tapi, karena olahraga ini perlu lapangan yang cukup luas, penggemarnya merasa dikebiri.


Bukan karena ada peraturan pemerintah yang melarang setiap warganya untuk bermain sepak bola, tapi karena minimnya lapangan olah raga tersebut. Terutama di Jakarta, dari 36 lapangan sepak bola yang pernah ada, 20 di antaranya hilang diterjang perkembangan Jakarta. Sebagian malah berubah menjadi pusat bisnis dan perbelanjaan. (www.gatra.com)

Bahkan, warga Jakarta pun kehilangan Stadion Menteng yang mejadi markas dari Persija. Lapangan olahraga bersejarah yang dibangun sejak 1921 ini pun sekarang sudah raib. Akibatnya, semakin sedikit saja lapangan sepak bola di ibukota ini.

Sekarang ini mungkin hanya lapangan-lapangan sepak bola di pinggiran Jakarta saja yang masih ada. Itu pun mungkin hanya tinggal menunggu waktu untuk diubah menjadi perumahan atau lahan bisnis. Apalagi kondisi lahan kosong di Jakarta sudah semakin langka.

Melihat kondisi tersebut, entah siapa yang memulai, 3 atau 4 tahun belakangan, muncul yang namanya futsal. Di komunitas Kembangan dan Kebon Jeruk sendiri, jumlah lapangan futsal sudah meningkat lebih dari 2 kali lipat sejak tahun 2007.

Meski ada beberapa peraturan yang berbeda, tapi olahraga ini sama saja dengan sepak bola pada umumnya. Menggunakan bola bundar, memakai gawang, dibagi dalam dua tim, dan sebagainya.

Perbedaan mencolok ada pada ukuran lapangan yang lebih kecil dari sepak bola biasa. Tempat bermainnya pun menggunakan rumput sintesis. Dan yang paling signifikan adalah dimainkan di dalam ruangan. Meski ada yang dibuat di lapangan terbuka, tapi yang populer adalah di lapangan tertutup.

Kenapa lebih populer? Karena dengan begitu, setiap orang bisa bermain bola setiap saat. Tidak terhalang malam hari yang gelap. Kebanyak lapangan futsal indoor-pun dilengkapi dengan berbagai fasilitas, seperti tempat ganti, toilet, kafe, bahkan food court.

Tidak berapa lama sejak futsal dikenalkan pada masyarakat Jakarta, masyarakat pun berbondong-bondong untuk menjajalnya. Lapangan futsal didirikan di mana-mana. Bukan hanya anak-anak, euporia futsal pun turut menyeret beberapa kalangan selebriti dan orang-orang kantoran untuk memainkannya.

Futsal sendiri diciptakan di Montevideo, Uruguay, pada tahun 1930 oleh Juan Carlos Ceriani. Keunikan Futsal mendapat perhatian di seluruh Amerika Selatan, terutama di Brasil. Ketrampilan yang dikembangkan dalam permainan ini dapat dilihat dalam gaya terkenal dunia yang diperlihatkan pemain-pemain Brasil di lapangan berukuran biasa. Pele, bintang terkenal Brasil, contohnya, mengembangkan bakatnya di Futsal.

Sementara Brasil terus menjadi pusat Futsal dunia, permainan ini sekarang dimainkan di bawah perlindungan FIFA di seluruh dunia. Dari Eropa hingga Amerika Tengah dan Amerika Utara serta Afrika, Asia, dan Oseania.

Pertandingan internasional pertama diadakan pada tahun 1965. Paraguay menjuarai Piala Amerika Selatan pertama. Enam perebutan Piala Amerika Selatan berikutnya diselenggarakan hingga tahun 1979 di mana semua gelar juaranya disapu Brasil. Brasil meneruskan dominasinya dengan meraih Piala Pan Amerika pertama tahun 1980 dan memenangkannya lagi pada perebutan berikutnya tahun pada 1984.

Kejuaraan Dunia Futsal pertama diadakan atas bantuan FIFUSA (sebelum anggota-anggotanya bergabung dengan FIFA pada tahun 1989) di Sao Paulo, Brasil, tahun 1982. Berakhir dengan Brasil di posisi pertama. Brasil mengulangi kemenangannya di Kejuaraan Dunia kedua tahun 1985 di Spanyol, tetapi menderita kekalahan dari Paraguay dalam Kejuaraan Dunia ketiga tahun 1988 di Australia. Pertandingan Futsal internasional pertama diadakan di AS pada Desember 1985.

Perlu ditambahkan bahwa banyak pemain-pemain sepakbola ternama dunia seperti Pele dan Ronaldo memulai permainan sepakbola mereka di olahraga Futsal.

Futsal dan RTH
Selain kolam renang, mungkin sarana olahraga yang paling banyak dikunjungi masyarakat adalah lapangan futsal. Masyarakat saat ini sedang demam futsal.

Animo penggemar futsal pun membuahkan semakin banyaknya lapangan-lapangan futsal dibangun - baik indoor maupun outdoor. Setiap yang ingin bermain futsal diwajibkan untuk membayar per jamnya dengan kisaran dari Rp 100 – 250 ribu.

Memang, lapangan-lapangan futsal ini memberikan alternatif sarana berolahraga buat warga Jakarta. Tapi, dengan angka tersebut, tidak semua orang dan kalangan bisa bermain di sana. Lapangan olahraga ini dikomersilkan. Inilah sisi lain dari ketersediaan sarana olahraga di Jakarta. Minim gratisan.

Melihat maraknya bangunan lapangan futsal, sayangnya sebagian besar dibangun di dalam ruang. Padahal, bila disangkupautkan pada ketersediaan RTH (Ruang terbuka Hijau) di Jakarta, seharusnya lapangan sepak bola menjadi penyumbang RTH. Tapi, karena lapangan futsal banyak dibangun di ruang tertutup, hal itu menjadi lain soal.

Jakarta sebenarnya kekurangan RTH yang berguna buat kegiatan olah raga dan kesehatan warganya. Pemerintah sendiri, menurut jejak pendapat yang dilakukan harian Kompas pada tahun 2002, tidak pernah serius mengolah dan membangun fasilitas olahraga buat warganya. Sekitar 65,1 persen fasilitas fisik lapangan olahraga tidak memadai dan tidak layak pakai.

Masih dikutip dari harian yang sama, arsitek lanskap, Nirwono Joga juga mengatakan, lapangan olahraga merupakan komponen utama RTH kota atau paru-paru kota yang membuat kota menjadi sehat. Ketersediaan RTH berupa lapangan olahraga atau taman kota di sekitar lingkungan permukiman merupakan sarana olahraga yang efektif bagi anak-anak hingga orang dewasa, pas sekali dengan moto memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat.

Jadi, jika seseorang rajin berolahraga teratur, dijamin tubuhnya sehat. Itu analogi warga sehat yang tinggal di kota yang paru-paru kotanya juga sehat.
Berdasarkan KTT Bumi di Rio de Janeiro (1992) dan Johannesburg (2002) telah ditetapkan luas RTH ideal kota sehat minimal 30 persen dari total luas kota.

Namun, bagi Kota Jakarta, itu tinggal mimpi belaka, karena yang terjadi justru penurunan target RTH, mulai dari Rencana Induk Djakarta 1965-1985 seluas 37,2 persen, Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) Jakarta 1985-2005 seluas 25,85 persen, dan kini Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Jakarta 2000-2010 seluas 13,94 persen (9.545 hektar), dengan kondisi di lapangan hanya 9,04 persen (6.190 ha) dari total luas Kota Jakarta 66.152 ha.

Sarana Olahraga dan Bisnis
Futsal menjadi lahan bisnis? Memang begitu adanya. Sama halnya dengan sarana olahraga lain yang disewakan kepada masyarakat. Sebut saja seperti kolam renang, lapangan bulutangkis, bahkan golf.

Tidak berimbangnya kebutuhan dan ketersediaan sarana olahraga membuat bisnis lapangan futsal menjadi menggiurkan. Meski modal pembuatannya memakan dana ratusan juta rupiah, namun karena animo masyarakat yang tinggi, modal pun bisa kembali sekitar 1 – 2 tahun.

Masyarakat yang merasa punya uang sendiri, tidak keberatan bila harus membayar demi bermain futsal. Karena mereka pun memang memiliki kebutuhan untuk bermain bola. Di sinilah nilai ekonomisnya , pebisnis jeli menangkap antara kebutuhan masyarakat dan ketersediaan sarana olahraga.

Belum lagi kalau olahraga futsal masuk dalam ranah budaya populer dan memengaruhi gaya hidup masyarakat perkotaan. Seperti halnya makanan fast food, meski banyak literatur yang mengatakan makanan tersebut tidak sehat, tetap saja gerainya dipadati masyarakat.

Para pebisnis yang menjadikan lapangan futsal sebagai lahan mencari uang bukanlah terdakwa. Ini karena memang pemerintah sendiri tidak bisa menyediakan sarana olahraga buat masyarakatnya. Kalaupun ada, ya apa adanya. Tempat seadanya dan fasilitas sejadinya. Alih-alih masyarakat mau giat berolahraga, melihatnya saja mungkin sudah malas.

Read More ..

Mengenal Alat Diagnosis Tercanggih

Teknologi kesehatan terus berkembang. Kian hari, kian canggih alat kedokteran yang dipakai dalam dunia medis. Seperti MSCT – 128 Slice yang mampu mendeteksi sel ukuran 5 mm dan merekam degup jantung dalam keadaan aritmia.


Perkembangan rumah sakit dan teknologi kesehatan sekarang ini sudah berkembang dengan pesat. Berbagai rumah sakit dari yang milik pemerintah sampai berstandar internasional dibangun. Begitu juga dengan teknologi kesehatan, diadaptasi sedini mungkin.

Alat radiologi misalnya, alat ini berfungsi untuk mendeteksi penyakit seseorang. Sehingga akan lebih memudahkan dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit. Bahkan bisa pula mendeteksi sebelum terjadi gangguan atau penyakit tertentu dalam diri seseorang.

Saat ini, alat radiologi berkembangan semakin pesat. Mulai sinar X, ecocardiografi, MRI (Magnetic Resonance Imaging) sampai MSCT (Multi Slice Computed Tomography Scanning). MSCT sendiri sudah berkembang dari slice (potongan) 16, 64, dan yang terakhir adalah 128.

Untuk perkembangan teknologi radiologi yang terakhir, meski banyak membantu dalam diagnostik, tapi tidak semua kondisi dan jenis penyakit seseorang dapat dengan jelas terdeteksi kelainannya oleh MSCT. Tumor misalnya, jika masih berukuran kecil, sulit dideteksi oleh alat ini.

Begitu juga dengan beberapa keterbatasan proses pemindaian untuk pasien dengan tubuh gemuk/obese-kesadaran terganggu-sangat kesakitan-anak kecil yang sulit diatur, atau organ yang bergerak-gerak (jantung) dan struktur organ yang rumit (tulang-tulang telinga).

Dengan demikian, hal seperti itu bisa membuat gambar yang terlihat tidak maksimal. Sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi salah diagnostik atau terlambat dalam mencegah penyakit.

Sekarang ini, sudah banyak rumah sakit yang memiliki alat-alat tersebut, termasuk MSCT. Tapi, teknologi terkini MSCT yang memiliki 128 slice baru ada di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (RSPIK). Bahkan dikatakan hanya satu-satunya di Asia Tenggara.

MSCT-128 Slice baru diperkenalkan RSPIK sekitar pertengahan Juli lalu. Bertepatan dengan hari jadi ke-8 rumah sakit tersebut dan penyelenggaraan seminar awam bertema “Sehatkan Jantung Anda & Deteksi Dini Jantung Sehat dengan Multi Slice CT – 128”.

MSCT – 128 Slice
Tidak seperti generasi sebelumnya, MSCT – 128 Slice memiliki beberapa kelebihan yang bermanfaat untuk urusan diagnostik. Alat ini dapat membuat potongan sangat tipis dan cepat mengambil gambar (dari kepala sampai kaki pada orang dengan ketinggian 2 meter hanya dalam waktu 10 detik). Sehingga sangat cepat dan akurat bila harus melakukan pemeriksaan seluruh tubuh.

Alat ini dapat menghasilkan detail gambar sangat jelas. Batas dan perbedaan struktur jaringan normal dan abnormal dapat dengan jelas terlihat sehingga bermanfaat untuk mendeteksi penyebaran tumor.

Bahkan, perbedaan fungsi dan karakteristik struktur jaringan organ dapat diberi warna serta dapat dibuat tampilan gambar 3 dan 4 dimensi. Sehingga diagnosa yang selama ini hanya terbatas diagnosa morfologi organ, dengan alat ini, dapat juga digunakan untuk menilai secara fungsional.

Lebih dari itu, MSCT – 128 Slice pun dapat membuat detail gambar struktur pembuluh darah organ tubuh dengan jelas. Hal ini sangat bermanfaat dalam penilaian pembuluh darah organ seluruh tubuh. Alat ini memiliki akurasi dan ketajaman dalam mendeteksi kelainan organ lebih baik, cepat dan tepat dibading generasi sebelumnya.

Proteksi radiasi alat ini pun cukup baik dengan Adaptive Dose Shield yang mampu menurunkan 50% radiasi yang diterima pasien. Di samping itu, dosis radiasi dapat dikontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Rongga MSCT – 128 Slice cukup luas dan lebar. Sehingga bisa digunakan untuk pasien gemuk (BB 300 kg), dan pasien yang tidak kooperatif (anak, pasien tidak sadar). Apalagi pemeriksaan berlangsung dengan sangat cepat.

Begitu juga pada pemeriksaan jantung, dengan keadaan denyut yang cepat atau tidak teratur (aritmia) yang selama ini menjadi masalah pada alat generasi sebelumnya, tidak lagi menjadi masalah. Karena alat ini dapat lebih cepat mengambil gambar dari denyut jantung.

Pengambilan gambar menyesuaikan dengan denyut jantung sehingga pada keadaan aritmia tidak menjadi kendala. Juga tidak perlu menunggu denyut jantung di bawah 70 kali/menit.

Pemeriksaan Jantung
Seperti yang telah disebutkan, bahwa MSCT – 128 Slice dapat memeriksa seluruh tubuh dengan cepat dan akurat. Bahkan jantung yang berdegup pun bisa diambil gambarnya.

Dari sekian banyak kepentingan diagnostik, pemeriksaan jantung adalah yang paling diuntungkan dengan adanya alat ini. Karena jantung merupakan organ vital manusia selain ginjal yang penting untuk aliran darah.

Dengan adanya alat ini, pemeriksaan jantung seperti pada penderita jantung koroner akan semakin baik diagnostiknya.

Keuntungan lainnya adalah kemampuan alat ini untuk melihat peredaran darah di pembuluh. “Kalau dulu, kami susah mendeteksi aliran darah. Tapi, dengan alat ini, kita bisa memeriksa aliran darah termasuk yang di jantung,” kata Dr Herlina Uinarni, Sp.Rad.

Dari sekian banyak metode pemeriksaan jantung, seperti treadmil, USG, atau radioaktif, hanya MRI dan MSCT yang mampu mendeteksi jantung sampai pembuluh darahnya. “Dengan begitu, dokter pun akan lebih spesifik dan detail melihat apa yang terjadi di jantung kita,” jelas Dr. Ramli, Sp.JP.

Alat ini sebenarnya masih merupakan bagian dari sinar X dan terinspirasi seperti mesin potong roti. Sistimnya dengan cara gambar dipotong-potong dan direkonstruksi oleh komputer,” kata Dr Herlina Uinarni.

Kalau biasanya sinar X hanya mampu melihat posisi dan ukuran jantung, tapi dengan alat ini, kita bisa melihat jantung dengan gambar 3 dimensi.

Dalam pemeriksaan jantung menggunakan alat ini, pasien terlebih dulu harus diperiksa. Terutama denyut jantungnya, apakah tinggi atau rendah. Kalau memang denyut jantungnya tinggi, ujar Dr. Ramli, Sp.JP, akan kita kasih obat untuk memperlambat. Hal ini berguna agar gambar yang akan diambil bagus dan agar diagnosanya tepat.

Pengambilan gambar dengan MSCT – 128 Slice tidak berlangsung lama. Hanya 10 detik untuk seluruh badan dan akan lebih cepat lagi kalau yang diperiksa hanya kepala atau badan saja. “Lamanya hanya waktu pemeriksaan awal yang bisa satu hari,” ucap Dr Herlina Uinarni, Sp.Rad.

Sebagai alat yang menggunakan teknologi sinar X, tentunya akan terdapat radiasi yang akan menyertainya. Namun, jangan khawatir karena MSCT – 128 Slice sudah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang mampu mereduksi radiasi sampai 50%.

Lagi pula, radiasi hanya terjadi pada bagian tubuh yang akan direkam gambarnya.
Misalnya, bila yang direkam kepala, maka radiasi hanya terjadi di bagian tubuh tersebut. Dengan waktu rekam gambar yang terhitung sangat cepat, sepertinya radiasi dapat diminimalisir sekecil mungkin. “Bahkan, pemeriksaan menggunakan MSCT pun tidak masalah buat anak-anak,” ungkap Dr Herlina Uinarni, Sp.Rad.

Bagi pihak RSPIK sendiri, hadirnya alat yang harganya miliaran rupiah ini sebagai bentuk dari peningkatan pelayanan kesehatan buat masyarakat. “Sebelumnya kita memang sudah punya MSCT dari generasi sebelumnya, tapi yang ini memang sebagai wujud dari komitmen kami untuk memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik pada masyarakat,” kata Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia RSPIK, Drs. Rizal Bachrum, M.Psi.

Meski murni hanya sebagai alat diagnosis, dengan adanya MSCT – 128 Slice di RSPIK, sepertinya masyarakat yang sering berobat ke luar negeri bisa tereduksi. Apalagi alat ini baru satu-satunya tersedia di kawasan asia tenggara.

Read More ..

Mencicipi Menu Sunda Pedalaman


Semaaa…
Wileujeng sumbiii…

Tamuuu…
Selamat dataang….

Greeting itulah yang terdengar setiap menginjakkan kaki di rumah makan ini. Bumbu Desa menawarkan sajian khas masakan Sunda dengan nuansa ranah Parahyangan di tengah kota.


Konsep resto dan menu yang disajikan terlihat sangat matang. Mulai tampilan gedung dan kapasitas sampai desain interiornya yang khas Sunda. Bumbu Desa dibuat dengan pelayanan dan penyajian ala kedai atau Warteg, tapi dikelola dengan profesional, modern, teaterikal, entertaining, cepat, dan experiencing.

Menurut Operation Manager Bumbu Desa Pluit, Joisma A. Soemadidjaya, konsep tersebut diterapkan di seluruh outlet Bumbu Desa. “Filosofi kami ingin menawarkan masakan khas orang Sunda. Mengajak ibu-ibu yang jago masak untuk membawa masakannya ke kota. Slogan kami ‘The Soul of Villager and Unique Dining Pleasure’,” jelasnya.

Selain ucap salam yang khas tadi, Bumbu Desa yang pertama kali berdiri di Jalan Laswi No 1, Bandung ini, memiliki interior desain yang sangat menarik. Lihat saja foto-foto hitam putih yang dijajarkan memanjang di setiap dindingnya. Di situ, terpampang beberapa aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang desa.

Sebut saja orang yang sedang mencangkul sawah, menangkap ikan, membuat gula Jawa, menggoreng tahu Sumedang, atau menangkap ikan.

Furniturnya dipilih yang memiliki sentuhan modern, tapi masih mencirikan karakter tradisional. Seperti tempat duduk yang memiliki sandaran tinggi dan dibuat dari rajutan rotan berwarna coklat tua.

Belum lagi kalau melihat pramu sajinya. Wah, unik sekali. Wanitanya memakai kain batik khas Jawa Barat dengan tutup kepala kain, sedangkan yang laki-laki mengenakan pakaian “unyil”. Lengkap dengan kopiah di kepala dan sarung yang diikatkan di badan.

Terutama laki-laki, ada lagi seragam yang biasa digunakan, yaitu atasan hitam dengan celana panjang bermotif lurik. “Pakaian itulah ciri khas kami. Ada lagi hal lain yaitu, salam hangat di dada yang menandakan layanan tulus dari kami,” ujar Joisma.

Kedai Modern
Sejak didirikan 4 tahun lalu di Bandung, Bumbu Desa terbilang tumbuh dengan pesat. Selain di kawasan Pluit, restoran yang menyajikan menu bercita rasa asli Sunda pedalaman ini telah memiliki beberapa cabang di Jakarta dan luar kota, seperti Surabaya, Bogor, dan Cirebon. “Mendatang, kita akan buka di Serpong dan Bali,” jelas Joisma.

Setiap cabang dibuat dengan kapasitas tempat duduk yang cukup banyak dan gedung yang cukup mewah. Hal itu sengaja diterapkan agar kesan kedai modern lekat di Bumbu Desa.

Setiap orang yang hendak bersantap di restoran ini, pertama kali yang harus dilakukan adalah memilih tempat makan. Kemudian, mereka baru bisa memilih menu yang diinginkan. Terhitung sekitar 20 macam menu disajikan di atas meja panjang.

Menu-menu tersebut disajikan di atas coet/cobek (wadah yang terbuat dari batu kali berbentuk bulat) berukuran besar dan penggorengan dengan alas daun pisang. “Buat menu sayur atau tumis yang berkuah, biasanya ditempatkan di penggorengan. Sedang menu seperti ayam atau udang, ditaruh di cobek,” kata Joisma.

Nasi pun tersedia dalam berbagai pilihan. Ada nasi putih biasa, nasi liwet, dan nasi merah. Buat mereka yang memesan lebih dari 5 porsi, biasanya nasi akan disajikan menggunakan boboko (bakul nasi). Sedangkan yang hanya memesan 1 – 2 porsi, nasi akan disajikan di atas daun pisang.

Bukan restoran Sunda namanya kalau tidak ada lalapan dan sambal. Di tempat makan ini, tersedia Salad Bar dengan aneka lalapan (daun selada, terong, timun) dan berbagai sambal, seperti sambal dadag (terasi), sambal goreng, sambal oncom (sambal dicampur oncom bakar), dan sambal hijau.

Penyajian lalapan dan sambal atau yang disebut dengan menu komplimen ini pun sangat khas. Lalapan ditempatkan di pipiti (besek bambu). Sedangkan sambal bisa diambil dengan cobek kecil persegi panjang yang bisa ditempatkan dua macam sambal.

Selesai memilih menu dan lalapan, tinggal tunggu di meja yang sudah dipesan sebelumnya. Tidak berapa lama, pesanan menu pun akan datang. Pembayaran dilakukan belakangan setelah selesai makan.

Menu Khas Sunda

Berbagai menu disajikan. Pilihannya beragam dari ayam, ikan, udang, paru, babat, tahu, tempe, sampai buntil. Sayuran dan menu tumis pun tersedia macamnya, mulai sayur kangkung, tumis genjer, , terong bumbu pedas, sayur asem, karedok, sampai menu pipiti (siput) yang dimasak dengan kuah kuning.

Tapi, menu yang patut dicoba adalah Ikan Gurame Goreng, Ayam Sambal Ijo, Ayam Bumbu Desa, Udang Goreng, dan Sayur Asem.

Selain ukurannya yang cukup besar, menu Ikan Gurame Goreng yang dimasak kering ini, rasanya garing dan dagingnya berasa gurih. Menu ini disajikan dengan sambal tersendiri. Satu porsinya sudah termasuk sambal goreng yang rasanya ada campuran kencur dan daun kemangi. Sangat khas sekali.

Sedangkan Ayam Sambal Ijo, menu ini sangat menggugah selera dengan baluran cabe ijo. Rasanya sedikit asin bercampur dengan pedasnya cabe ijo. Bila menyantap menu ini, sepertinya tidak perlu lagi dicampur dengan sambal komplimen tadi.

Kemudian menu Ayam Bumbu Desa, bisa dibilang merupakan maskot menu dari restoran ini. Rasanya seperti ayam goreng biasa, tapi dominan berasa manis. Pas sekali bila dimakan dengan sambal goreng.

Jangan ketinggalan untuk mencoba menu udang goreng atau bakarnya yang terdiri dari 4 ekor satu tusuknya. Di samping udangnya yang besar-besar, dagingnya yang putih pun berasa sangat gurih dan garing.

Terakhir, bisa dipesan menu yang jarang tersedia di restoran lain, yaitu sajian pipiti/siput dengan kuah berwarna kuning yang berasa gurih. Cara memakan siput rebus ini unik dengan disedot agar daging yang berada di dalam cangkang bisa keluar. Atau bisa juga dengan menggunakan tusuk gigi.

Bila ingin mencicipi menu minuman, Bumbu Desa Pluit yang berdiri di Jalan Pluit Putra ini memiliki Es Kopyor Pajajaran yang merupakan campuran dari jagung muda, kelapa kopyor, air kelapa, dan gula putih. Atau bisa pula menjajal Es Telaga Bodas yang hanya ada di Bumbu Desa Pluit.

Harga menu di sini berkisar antara Rp 15.000 – 50.000. Namun, bila saat Anda memilih masakan apa yang akan dimakan, harga tidak tercantum di masing-masing menu. Anda baru bisa mengetahuinya setelah selesai menyantap hidangan.

Selain ruang makan berkapasitas 128 tempat duduk, Bumbu Desa Pluit juga menyediakan ruang VIP untuk 40 tempat duduk dan musholah.

Buat yang ingin memesan menu untuk dimakan di rumah atau kantor, bisa menikmati layanan antar dengan minimal order 2 – 3 boks. Menu delivery order dikemas dalam pipiti untuk setiap pesanan.

Meskipun belum lama dibuka, Bumbu Desa Pluit yang buka dari pukul 10.00 – 22.00 ini ternyata sudah memiliki banyak pengunjung. Apalagi ketika akhir pekan, banyak orang yang harus masuk waiting list. Bahkan, untuk pemesanan tempat pun harus dibatasi.

Sema mulih…
Haturnuhun…

Tamu pulang…
Terima kasih…

Read More ..

Dengkul Kopong, Kok Bisa?

Menurunnya kualitas sendi akan membatasi gerakannya. Akibatnya, tulang merubah bentuk agar dapat menahan kerusakan. Seluruh proses ini dikenal dengan sebutan Arthrosis atau pekapuran.


Menurunnya kualitas sendi akan membatasi gerakannya. Akibatnya, tulang merubah bentuk agar dapat menahan kerusakan. Seluruh proses ini dikenal dengan sebutan Arthrosis atau pekapuran.Semua orang dapat terkena perkapuran. Umumnya dimulai pada jangka umur 45 tahun ke atas dengan penderita terbanyak di atas umur 65 tahun. Perkapuran dapat timbul sejak usia muda yaitu, pada umur sekitar 30 – 40 tahun.

Gejala yang umumnya dirasakan sebagai awal dari adanya perkapuran antara lain, sakit pada waktu berdiri atau berjalan, nyeri sewaktu naik dan turun tangga, kekakuan pada sendi, terjadi pembengkakan dan adanya perubahan bentuk pada sendi.

Deteksi awal mengenai perkapuran ini dapat dilihat dari hasil rontgen pada tulang. Apabila tulang rawan rusak, bentuk kaki berubah menjadi “O” atau “X” dan adanya penonjolan perkapuran. Namun, adal kalanya rasa nyeri yang timbul dapat merupakan indikasi adanya perkapuran.

Perkapuran dapat terjadi pada seluruh sendi yang ada. Namun, sendi-sendi yang umumnya mengalami perkapuran adalah di leher, punggung bagian bawah, lutut, dan panggul.

Penanganan terhadap perkapuran ini dapat dibagi menjadi 4 tahapan. Pada tahapan pertama, ditangani dengan pemberian obat dan terapi fisik. Tahapan kedua meliputi apa yang diberikan pada tahap pertama, ditambah dengan injeksi. Pada tahapan ketiga, dilakukan arthroscopy. Dan pada tahapan terakhir atau keempat, diadakan Knee Replacement.

Perkapuran ini tidak dapat dihentikan sama sekali, tapi dapat dihambat dengan cara memperbaiki gaya hidup dan pergerakan. Karena itu, sangatlah penting untuk menjaga berat badan sedari dini. Cara berdiet yang tepat untuk menurunkan berat badan sangat dianjurkan demi menghambat terjadinya perkapuran dini.

Dengkul Kopong

Mungkin istilah inilah yang sering di dengar masyarakat mengenai perkapuran. Dengkul Kopong sering diidentikan dengan mereka yang dengkulnya “berbunyi” ketika digerakan. Meskipun begitu, sebenarnya ada beberapa sendi yang bisa terkena gejala tersebut, tapi yang populer memang dengkul.

Akibat dengkul kopong, banyak orang yang tidak kuat jalan, cepat cape, tidak bisa jongkok, dan gampang terjatuh. Sehingga sering kali menyebabkan sakit, terbatas gerakannya, dan menimbulkan ketergantungan yang tidak jarang berakhir dengan depresi.

Penyebab utama penyakit ini adalah Osteoarthrosis (perkapuran sendi), pekapuran di banyak sendi (biasanya terjadi akibat cidera/keseleo dan banyak terjadi di dunia barat), atau cedera (keseleo, kerja berat, jatuh, olah raga berat).

Dengkul kopong bisa terjadi di banyak usia, terutama mereka yang sudah menginjak usia dewasa. Tapi, menurut Dr. Franky Hartono Sp. OT, F.C.I.S dari RS Pantai Indah Kapuk, di Amerika, penyakit ini menyerang sekitar 12% usia di atas 25 tahun, 50% di atas 60 tahun, dan 80% usia di atas 75 tahun.

Cara kerja sendi dengkul sendiri sebenarnya menyerupai engsel pintu. Bila tidak ada gangguan, gerakannya mulus dan tidak bersuara. Tapi, bila dengkul berbunyi “kretek-kretek” jika digerakkan, bisa jadi merupakan gejala dengkul kopong.

Bunyi yang ditimbulkan tersebut, kata Dr. Franky adalah akibat adanya butiran-butiran tulang muda yang ukurannya bisa sebesar biji kacang kedelai. Butiran-butiran tulang muda tersebut mengganggu kerja sendi dengkul dan menimbulkan bunyi.

Solusi
Dengkul kopong tidak bisa dihindari, tapi bisa dicegah. Caranya dengan memperbaiki diri sendiri dan gaya hidup. Misalnya, dengan mengatur posisi tubuh saat beraktifitas, mengurangi berat badan dengan mengatur pola makan, menguatkan otot dan sendi dengan olah raga. “Olah raga terbaik untuk penderita adalah renang, jogging, dan jalan,” ujar Dr. Franky dalam seminar bertema “Dengkul Kopong, Kok Bisa?” yang diselenggarakan RS Pantai Indah Kapuk.

Bila gejala dengkul kopong ini sudah menyerang, bisa ditanggulangi dengan cara diobati dengan obat-obat inflamasi yang bersifat mengurangi rasa sakit. Di antara obat-obatan tersebut adalah aspirin, NSAID, Cox2-Inhibitor, dan Glucosamin Chondroitin (suplemen alami yang dapat memengaruhi tulang rawan).

Atau dengan cara disuntik dengan Hyaluronic Acid yang bersifat psikositas. Efeknya sebagai pelicin dan mengurangi tekanan serta mengganti cairan alami tubuh. “Orang sering keliru dengan suntikan ini. Mereka banyak mengira kalau Hyaluronic Acid dapat menyembuhkan, padahal tidak begitu,” terang Dr. Franky.

Namun, buat mereka yang memang ingin menghilangkan gangguan dengkul kopong, juga bisa melakukan operasi dengan cara Arthroplasty. Operasi ini akan mengganti lapisan dengkul yang aus dan bengkok dengan sendi buatan sehingga menjadi lurus kembali.

Arthroplasty atau dikenal dengan Total Knee Replacement (TKR) pertama kali dikenalkan pada tahun 1968. Di Amerika, yang melakukan operasi TKR sudah sekitar 300.000 orang setiap tahunnya. Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat masih banyak yang takut dengan operasi ini.

Dalam operasi ini, sendi lutut akan diganti dengan yang buatan (prothese). Sendi lutut buatan ini terbuat dari Titanium atau Titanium Hitam. Dalam operasinya, di antara sendi buatan tersebut akan ditempatkan lapisan plastik yang bisa bertahan 15 – 35 tahun.

Sebelum dilakukan operasi, biasanya pasien akan diperiksa kondisi kesehatannya terlebih dahulu. “Kita akan periksa bagaimana kondisi jantung, internis, paru-paru, dan kemungkinan timbulnya komplikasi. Biasanya hal yang sering terjadi adalah pembekuan darah di pembuluh darah akibat stroke atau serangan jantung,” kata Dr. Franky.

Pemeriksaan tersebut akan berlangsung 1 hari sebelum operasi dilakukan. Kegagalan dalam operasi ini diperkirakan sekitar 2%. Tapi, menurut Dr. Franky yang pernah bekerja di RS Belgia dari tahun 1980 – 1986 ini, dokter akan bekerja semaksimal mungkin dan tidak ada kata gagal.

Kapan TKR Dilakukan?

Total Knee Replacement dilakukan bila:
- Nyeri sendi berat yang membatasi aktivitas sehari-hari, termasuk : berjalan, menaiki tangga, duduk atau bangkit dari kursi, kesulitan melangkah lebih dari beberapa blok tanpa nyeri sehingga memerlukan bantuan tongkat atau kursi roda
- Nyeri sendi sedang atau berat saat istirahat, siang atau malam hari
- Peradangan dan pembengkakan sendi yang tidak sembuh dengan istirahat atau obat
- Perubahan bentuk
- Kekakuan sendi
- Kegagalan terapi nyeri dengan obat anti peradangan seperti aspirin dan ibuprofen. Efektivitas obat ini bervariasi pada tiap orang. Kurang efektif pada artritis berat
- Tidak mampu mentoleransi efek samping atau komplikasi obat
- Kegagalan terapi lanjutan lain misalnya, suntikan obat anti radang, pembersihan cairan sendi dengan artroskopi, fisioterapi, atau tindakan bedah lain.

Tindakan pergantian sendi lutut dilakukan dengan bantuan komputer sehingga akurasinya lebih optimal. Komputer dapat membantu menentukan nilai koreksi dari sendi lutut yang sudah mengalami gangguan.

Setelah dilakukan operasi, biasanya pasien akan dapat berjalan kembali dan nyeri sendi berkurang secara nyata. Keterbatasan aktifitas hanyalah pada penekukan sendi lutut yang ekstrim misalnya, berjongkok atau duduk menekuk.

Read More ..

Mengolah Raga Sambil Rekreasi

“Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Pepatah itulah yang sering didengar dalam mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Tapi, bagaimana mau berolahraga kalau sarananya tidak ada?


Banyak jenis olahraga yang bisa kita lakukan untuk menyehatkan tubuh. Tapi, sebagian besar membutuhkan lapangan atau area yang ukurannya berbeda-beda. Sebut saja sepak bola, bola basket, bola volley, bilyar, atau bulu tangkis

Mungkin hanya jogging yang tidak membutuhkan lapangan tertentu untuk melakukannya. Kita bisa jalan cepat atau lari di sepanjang jalan raya di mana pun.

Kalau dilihat dari animo masyarakat, sebenarnya mereka masih sangat ingin berolahraga. Coba lihat saja setiap Sabtu atau Minggu pagi di beberapa ruas jalan, tidak sedikit orang yang jogging. Atau kalau mau lihat di Hutan Kota Srengseng, di sana banyak orang yang lari pagi di jogging trak yang sengaja disiapkan untuk berolahraga.

”Minat masyarakat masih sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat saat pagi hari, khususnya pada hari-hari libur. Banyak masyarakat yang jogging. Ini membuktikan bahwa minat masyarakat masih sangat tinggi untuk berolahraga,” ucap Pengelola Foot & Food, Susan.

Senada dengan Susan, Clubs Manager Puri Bugar, Herlina, pun mengatakan kalau animo masyarakat dalam berolahraga masih sangat tinggi sekali. Ini bisa dilihat di tempatnya yang selalu ramai dikunjungi member. Mulai dari kolam renang, aerobik hingga fitnes.

Pada tahun 80 – 90an, tempat berolahraga seperti lapangan sepak bola masih mudah ditemukan di Jakarta. Tapi sekarang, langka sekali lapangan untuk bermain si kulit bundar tersebut. Sebagian besar sudah diubah fungsi menjadi tempat tinggal. Begitu juga dengan sarana olahraga lainnya.

Semakin sempitnya Jakarta disebabkan karena makin banyaknya populasi masyarakat yang mendiaminya. Sehingga membuat lapangan-lapangan olahraga tersebut tergusur secara perlahan. Bukan karena masyarakat sudah tidak mau berolahraga lagi, tapi karena ada kebutuhan yang dianggap lebih penting. Merubah lapangan olahraga menjadi tempat tinggal atau areal bisnis.

Akibatnya, masyarakat pun tidak memiliki lapangan olahraga dalam berbagai bentuk. Ketika ingin berolahraga di lapangan terbuka sambil menghirup udara segar, mereka bingung mencarinya di mana. Jakarta sudah sesak dengan gedung bertingkat dan rumah-rumah tinggal.

Akhirnya, timbul ide untuk mengomersilkan lapangan olahraga beserta fasilitasnya. Di jaman yang serba materialistis ini, semuanya dihitung dengan uang. Kalau mau keluar keringat, bayar dulu!

Trend lapangan olahraga komersil sekarang ini adalah penyewaan lapangan futsal. Lihat saja di beberapa wilayah Jakarta, hampir semuanya memiliki lapangan futsal. Di komunitas kita sendiri, penyewaan lapangan ini baru mulai berkembang sekitar awal 2007 lalu.

Semakin berkembangnya penyewaan lapangan futsal tersebut, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan animo masyarakat dengan jenis olahraga ini. Masyarakat semakin banyak saja yang “gila” dengan futsal.

Mulai anak-anak sampai selebritis kelas atas gandrung dengan futsal. Bahkan orang-orang kantoran yang biasanya enggan berolahraga, ikut-ikutan bermain bola berlapangan lebih kecil dari yang biasanya ini.

“Bukan hanya anak-anak yang sering main futsal di sini, tapi orang-orang tua pun banyak yang senang dengan futsal,” kata Susan.

Terhitung lebih dari 6 lapangan futsal sudah bertengger di komunitas kita. Semuanya berdiri karena memang olahraga ini sedang banyak penggemarnya.

”Futsal semakin digandrungi dan membuatnya sangat diperlukan oleh masyarakat. Penggemarnya pun bukan hanya anak-anak atau orang dewasa saja, tapi orang-orang tua pun suka bermain futsal. Dengan alasan itulah, Lapangan Futsal Foot & Food didirikan,” jelas Susan.

Lapangan futsal bukan hanya didirikan di dalam ruangan, ada pula yang membuatnya di lapangan terbuka. ”Selain lapangan futsal indoor, banyak pengusaha yang membuka lapangan futsal outdoor. Itu semua karena usaha ini sepertinya memang bisa menguntungkan,” ungkap Susan.

Dalam membuka usaha penyewaaan lapangan futsal sebenarnya tidaklah murah. Untuk lapangan indoor, pastinya dibutuhkan gedung yang lumayan luas ukurannya. Belum lagi lapisan rumput sintetis yang sepertinya harus diimpor.

Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Hitungannya bisa ratusan juta rupiah. ”Untuk membuka lapangan futsal ini dibutuhkan modal sekitar Rp 800 juta. Dalam jangka waktu 1-2 tahun, diperkirakan sudah balik modal,” ujar Susan.

Biaya sekali main yang dihitung per jam, biasanya berkisar antara Rp 150 – 250 ribu. Kalau dilihat secara individual, biaya tersebut terlintas mahal. Tapi, kalau dibagi menjadi dua tim yang bisa berjumlah 10 orang, biaya tersebut sepertinya cukup terjangkau.

Makanya, dengan besaran biaya tersebut untuk sekali main, bukan mustahil kalau Break Even Point (BEP) akan tercapai dalam 1 atau 2 tahun.

Sarana Olahraga dan Rekreasi
Selain untuk mengolah tubuh dan menjaga kesehatan, sarana olahraga bisa juga dijadikan tempat untuk berekreasi. Atau bisa pula sebagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama anggota keluarga.

Sebut saja seperti sport center yang banyak berdiri sebagai fasilitas buat perumahan-perumahan. Di sana biasanya, bukan hanya satu lapangan olahraga yang disediakan, tapi bisa beberapa sarana olahraga.

Sesuai dengan namanya, di situlah kelebihan sarana olahraga seperti sport center. Karena disediakan berbagai sarana seperti kolam renang, bilyar, fitnes, tenis lapangan, bulutangkis, dan sebagainya, maka bila satu keluarga datang ke sana, masing-masing bisa berolahraga sesuai kesenangannya.

Lalu di mana rekreasinya? Ya, dengan datang bersama keluarga, itu sudah merupakan rekreasi. Bersenang-senang bersama keluarga sambil berolahraga.

Ambil contoh ketika satu keluarga yang beranggotakan suami, istri, dan satu anaknya. Mereka datang ke sport center yang ada fasilitas kolam renangnya. Di sana, suami dan istrinya mungkin tidak berolahraga sesungguhnya, tapi hanya menemani anaknya yang ingin bermain air. Bersenang-senang menikmati kebersamaan bersama keluarganya.

Tapi, meski begitu, ada juga keluarga yang anggotanya memang benar-benar serius berolahraga. Namun, kalo mereka datang bersama-sama, itu juga namanya rekreasi. Intinya, asal bisa melepas kepenatan dan menghilangkan stres.

Gejala tesebut bisa dilihat di beberapa sport center yang berlokasi di Kembangan dan Kebon Jeruk. Di sana, sering kali terlihat pasangan suami istri datang bersama untuk berolahraga.

“Memang banyak pasangan suami istri yang datang ke sini. Tapi, mereka biasanya datang bersama dan setelah sampai sini, mereka pisah. Satunya main tenis lapangan, satunya lagi senam aerobik,” kata Marketing Prisma Sport Club, Aries Faizal.

Keberadaan sport center yang merupakan salah satu fasilitas dari kompleks-kompleks perumahan, memiliki keuntungan tersendiri buat para penghuninya. Selain lebih lengkap, mereka pun tidak perlu jauh-jauh kalau ingin berolahraga.

Seperti Puri Bugar yang keberadaannya merupakan fasilitas dari penghuni Perumahan Taman Aries dan Puri Kencana. Atau Splash yang menjadi kelengkapan sarana olahraga warga Perumahan Semanan Indah.

Penggunanya bisa membayar dengan cara menjadi member yang biasanya berlaku selama satu tahun, atau membeli tiket per satu kali kedatangan. Biasanya, setiap sport center pasti memiliki cara pembayaran seperti itu.

Kalau ingin menjadi member, berarti pelanggannya harus membayar beberapa ketentuan, seperti uang pangkal, uang administrasi, dan uang bulanannya. Besarannya bervariasi, biasanya uang pangkal berkisar antara 1 – 2juta. Sedangkan uang bulanan berkisar antara Rp 200 – 500 ribu.

Dengan menjadi member, mereka bisa puas berolah raga di tempat-tempat tersebut. Menikmati semua fasilitas tersedia. “Dengan fasilitas yang lengkap, harga yang diberikan juga relatif terjangkau,’ ucap Aries.

Untuk uang administrasi, lanjutnya, calon member dikenakan tarif sebesar Rp 200 ribu. Sedang uang pangkal Rp 2 juta sebelum diskon 50%. Sedang biaya perorangan Rp 325 ribu/bulan, suami-istri Rp 400 ribu/bulan, keluarga Rp 450/bulan. Pembayaran dilakukan setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali.

Berbeda dengan Splash yang berlokasi di Semanan. Di sana, tarif untuk per sekali datang antara Rp 20 – 25 ribu, tergantung harinya. Kalau mau lebih murah, bisa juga membeli voucher.

Kolam renang berkapasitas 600 - 700 orang ini mempunyai tarif umum Rp 20 ribu untuk Senin - Jumat. Sedangkan Sabtu, Minggu, dan hari libur dikenakan tarif sebesar Rp 25 ribu. Namun, tempat ini mempunyai paket menarik, hanya dengan Rp 1juta, kita bisa mendapatkan 100 lembar voucher.

Voucher yang berlaku setiap hari selama 2 bulan ini, jika dikumulatifkan cuma seharga Rp 10 ribu/lembar. ”Ini lebih efisien jika dibandingkan harus membeli tiket setiap datang,” kata Atik Riyanto.

Perawatan
Sebagai fasilitas umum yang siapa saja- asal bayar- bisa menggunakannya, tempat-tempat olahraga tersebut tentunya harus dirawat. Jika tidak, mungkin saja member atau pelanggannya bisa tidak mau datang lagi atau pindah ke tempat lain.

Tapi, sebatas mana perawatan tempat-tempat olahraga tersebut? Apa mereka juga memerhatikan kondisi peralatan olahraganya?

Menurut Aries Faizal, di tempatnya, kolam renang tidak dikuras, tapi cukup dilakukan sirkulasi dengan pengobatan. Hal itu sudah lebih dari cukup. Sedangkan untuk alat-alat fitnes, akan terus dikontrol dengan mengganti alat-alat yang sudah rusak. Kemudian kalau lapangan tenis, badminton, futsal dan basket, selalu dibersihkan secara berkala.

Sama halnya di Puri Bugar. Di tempat olahraga ini, mulai dari berdiri, perawatan terus dilakukan dengan rutin. Seperti halnya pencucian lapangan badminton yang dilakukan setiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk alat olahraga yang sudah rusak, akan segera diganti.

Bila fasilitas olahraga bersih dan terlihat terawat, bukan tidak mungkin kalau pelanggannya bertambah banyak. Mereka akan merasa uang yang selama ini dikeluarkan untuk membeli tiket atau menjadi member tidak keluar dengan sia-sia.

Pengelola akan sangat memperhatikan fasilitas yang ada. Jika memang ada fasilitas yang harus diperbaiki akan segera diperbaiki. ”Namun jika memang harus diganti, maka kami pun akan segera menggantinya. Hal ini semata-mata untuk kepuasan pelanggan,” ungkap Susan.

Seperti lapangan futsal, lanjutnya, akan dibersihkan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk menambah karet yang terdapat di lapangan, dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Bicara soal perawatan, kata Pemilik Megah Green Garden Billiar, Jonny, karyawannya selalu siap di tempat. Mereka akan selalu membantu pelanggan dalam hal apa pun. Termasuk menyapu karpet meja bilyar, jika berdebu atau kotor.

”Setiap tutup, semua fasilitas yang ada juga akan dibersihkan. Termasuk karpet meja bilyar dan mengontrol stick-stick yang sudah mulai rusak atau tidak enak jika digunakan,” tambahnya.

Kendala
Hampir semua jenis usaha pasti memiliki kendala. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Begitu juga dengan usaha sarana olahraga di komunitas kita. Ada saja kendala yang dihadapi. Dari peralatan yang sering rusak sampai kebiasaan buruk pemakainya.

Kalau di tempat saya, kata Herlina, kebiasaan buruk yang biasa dilakukan member adalah masih sering membuang sampah sembarangan. Kadang-kadang, member juga masih memberlakukan jam karet. Misalkan, meski jam operasional hanya sampai pukul 21.00, tapi ada saja member yang baru selesai jam 22.00.

Mengenai kendala, lanjutnya, hingga saat ini belum ada yang berarti. Pengelola dan member saling melengkapi. Paling hanya masalah member yang lupa jam operasional tadi saja. Untuk menghadapi hal itu, biasanya kami membicarakannya secara kekeluargaan.

Lain lagi dengan kendala yang dihadapi Aries, hingga saat ini, biaya operasional masih menjadi kendala. ”Selain biaya perawatan, kami juga sangat membutuhkan biaya untuk pengadaan alat-alat baru. Syukurnya, hingga saat ini para member masih mau menerima.

Sampai sekarang, ujarnya, para member masih terbilang sangat baik. Hal ini karena member yang ada merupakan orang-orang lama yang sudah dekat dan kenal baik. Makanya, mereka memunyai tingkat kesadaran yang sangat tinggi.

Walaupun terhitung cukup banyak fasilitas olahraga yang tersedia di komunitas kita, tapi alangkah baiknya kalau pemerintah menyiapkan fasilitas gratis buat warganya.
Sekarang ini, mungkin sudah ada jogging track di Hutan Kota atau beberapa lapangan terbuka seperti di Meruya, tapi tempat tersebut masih minim dengan fasilitas pendukung. Contoh saja di Hutan Kota, di sana susah sekali untuk menemukan toilet umum. Apalagi fasilitas pendukung lainnya.

Belum lagi di sana juga banyak orang-orang yang berdagang makanan dan minuman atau produk lainnya. Bukannya para pedagang itu menjadi faktor pengganggu, tapi citranya malah lebih condong kepada pasar murah dibanding sebagai tempat berolahraga.

Bila fasilitas olahraga tidak bisa didapat dengan mudah dan cenderung dikomersilkan, ke mana lagi masyarakat kebanyakan akan berolahraga. Dengan tersedianya fasilitas olahraga saja, masyarakat masih harus dibangun kesadarannya dalam berolahraga, apalagi sebaliknya. Bagaimana negara mau mewujudkan pepatah ”men sana in corpore sano” (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat) kalau sarana dan fasilitas olahraganya masih minim dan sangat berorientasi bisnis.***

Read More ..

Masih Menu Bakar-bakaran dan Kepiting


Kami percaya bahwa kita mampu menghadirkan ikan di meja makan dengan tetap menjaga jumlah populasi ikan, kelestarian lingkungan dan kesehatan ekosistem laut. Bila Anda memilih dengan hati-hati hidangan laut (seafood) yang Anda nikmati, dengan cara memahami lebih jauh bagaimana pengelolaan perikanan dilakukan, Anda telah berkontribusi dalam melestarikan laut untuk masa depan.


Produk seafood Indonesia terancam kelangsungannya ketika kawasan pesisir dan perikanan karang memberi tekanan yang sangat tinggi pada populasi dan lingkungan hidup ikan.

Begitulah kira-kira himbauan dari WWF (World Wild Fund) Indonesia kepada pecinta masakan seafood. Badan internasional yang mengurus kelangsungan hidup satwa tersebut mengajak kita untuk selektif dalam memilih jenis masakan seafood yang akan dikonsumsi.

Memang, kalau dipikir-pikir, bahan baku masakan seafood yang kebanyakan diambil dari laut lepas, didapat dengan cara yang tidak memedulikan alam. Pun kelangsungan hidup satwa-satwanya sendiri.

Misalnya, Lobster dan kerapu, pada umumnya ditangkap dengan cara menyemprotkan
racun. Racun tersebut juga membunuh terumbu karang dan satwa laut lainnya.

Begitu juga dengan udang. Udang diternakkan dalam tambak, yang dibangun dengan menebang hutan bakau (mangrove) serta menggunakan bahan kimia yang buangannya dapat merusak ekosistem sekitarnya. Tanpa pohon bakau, garis pantai akan terkena erosi dan tempat perkembangbiakan alami ikan akan hilang.

Begitulah kira-kira bagaimana masyarakat harus ikut bertanggung jawab. Setidaknya ikut membantu dengan memilih menu apa yang kira-kira aman untuk dikonsumsi.

Menurut informasi yang dilansir dari situs WWF Indonesia, ada beberapa makhluk laut yang konsumsinya perlu dihindari. Di antara yang populer adalah Kerapu, Lobster/udang Karang, dan Hiu. Sedangkan yang masuk daftar harus dikurangi tingkat konsumsinya adalah, telor ikan, ekor kuning, kepiting bakau, gurita, baronang, udang, kakap, todak, dan ikan kambing-kambing.

Dengan menjaga ekosistem dan kelangsung hidup makhluk laut, sejatinya sama saja dengan menjaga kelangsungan bisnis rumah makan seafood yang menjadi tema utama dalam rubrik ini.

Tapi sayangnya, mereka-mereka yang bergelut dalam bisnis ini sepertinya belum peduli dengan hal tersebut. Padahal, bila makhluk-makhluk laut tersebut punah, apa yang akan mereka sajikan kepada konsumennya. Tidak akan ada lagi yang namanya restoran seafood.

Malah ada yang optimis kalau ikan laut dan sebagainya tidak akan punah. “Kalau sampai punah tidak mungkin. Tapi, kalau berkurang sih, bisa saja,” katanya.

Seafood Komunitas

Buat masyarakat Jakarta, mungkin bila ingin mengonsumsi seafood bisa beranjak ke daerah Muara Karang. Di sana, kita bisa puas menyantap berbagai menu seafood. Tapi, buat yang malas pergi ke tempat tersebut, bisa saja menyambangi restoran atau rumah makan seafood yang berada di komunitasnya.

Seperti di Jakarta Barat, khususnya di wilayah Kebon Jeruk dan Kembangan. Di situ, lumayan banyak berdiri tempat makan hidangan laut. Mulai yang pinggir jalan sampai restoran dengan fasilitas mewah.

Sebut saja seperti Saung Grenvil yang merupakan rumah makan seafood pertama di wilayah perumahan tersebut. Atau tempat makan pinggir jalan Sari Laut 102 yang selalu dipenuhi penggemarnya setiap hari.

Menurut sebagian besar pengusaha, prospek usaha rumah makan seafood di komunitas kita masih cukup menjanjikan. Alasan sederhananya, adalah karena masih banyak masyarakat yang menyukai menu-menu hidangan laut.

”Bisnis kuliner hampir sama dengan jasa. Pastinya akan terus dibutuhkan masyarakat. Apalagi makanan dikatakan kebutuhan primer yang membuat bisnis ini masih terbuka lebar dan akan terus berkembang. Seperti halnya Saung Resto yang setiap bulannya selalu mengalami peningkatan omset sebesar 10-15 persen,” kata Pemilik Saung Resto, Purnama.

Senada dengan Purnama, menurut Manajer D’Cost, Wawan, prospek bisnis ini masih sangat bagus. Ini bisa dilihat ketika kami pertama kali buka beberapa waktu lalu, resto ini banyak didatangi orang. Bahkan kalau weekend, banyak yang masuk waiting list.

Tapi, walau begitu, ada pula pengusaha yang berbeda pendapat. Menurutnya, tidak bisa dipungkiri, 2 tahun belakangan ini bisnis restoran seafood mengalami kesulitan. Meski tetap optimis, harga bahan baku yang tidak menentu dan mahalnya BBM membuat bisnis ini sedikit tersandung.

”Saya masih optimis dengan bisnis ini. Namun, sekarang saya agak kesulitan karena harga bahan bakunya yang tidak menentu,” ucap Pemilik Sari Laut 102, Maskur.

Sementara itu, kata Purnama, salah satu kendala bisnis ini adalah harga bahan pokok yang selalu naik. Ini karena naiknya harga BBM yang berimbas pada naiknya biaya transportasi/angkutan.

Di samping itu, ada pula yang mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku karena adanya perdagangan bebas.

”Kendala dalam bisnis ini lebih pada susahnya mendapatkan bahan baku karena adanya perdagangan bebas. Banyak pengusaha dari negara lain sudah langsung masuk ke wilayah-wilayah Indonesia. Mereka langsung membeli kepada tengkulak-tengkulak yang mengakibatkan pengusaha Indonesia kesulitan mendapatkan bahan baku,” ujar Pemilik Saung Grenvil, Johan.

Lalu bagaimana dengan tingkat kompetisi dan sikap para pengusaha rumah makan seafood sendiri mengenai hal tersebut? Pendapat mereka berbeda-beda. Ada yang mengatakan sudah tak jamannya lagi, tapi ada pula yang menyikapinya dengan serius.

”Kalau dengan kompetitor, kita biasa-biasa saja. Malah kita bisa bilang, tidak terlalu menganggap mereka sebagai pesaing. Menurut saya, sekarang ini bukan jamannya lagi saing-saingan,” kata Fandi.

Bicara soal kompetitor, ujar Johan, kita tidak perlu takut. Dalam hal ini, terpenting adalah kualitas yang kita berikan pada konsumen. Mereka adalah orang-orang pintar yang kritis dan mengerti mana kualitas yang terbaik.

Berbeda dengan Wawan yang memilih berjalan apa adanya dalam menghadapi kompetitor. ”Dalam hal ini, kami tetap pada konsep sendiri yakni mempertahankan kualitas dan harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan tempat lain,” ungkapnya.

Menu Paling Disuka

Ada beberapa menu favorit dalam kisaran menu seafood. Sebagian besar sangat suka dengan menu bakaran seperti ikan bakar. Selebihnya, adalah berbagai olahan menu kepiting.

Seperti yang disebutkan Purnama, menu yang paling disukai tamu di restorannya adalah menu bakaran yang rasanya lebih pada masakan Makassar.

Begitu juga dengan menu paling banyak dipesan di Sari Laut 102 yang terkenal dengan sambal cobeknya. ”Biasanya yang paling banyak dipesan adalah ikan bakar,” ucap Maskur.

Sementara itu, D’Cost yang dikatakan memiliki harga menu termurah, memiliki menu favorit Kepiting Lada Hitam. ”Karena rasanya yang sangat beda dengan tempat lain. Bukan itu saja, rasanya juga seragam dengan D’Cost di wilayah lain,” jelas Wawan.
Sama halnya dengan Rasane Pesanggrahan yang kata Fandi memunyai menu favorit Kepiting Asap.

Kemudian bila dibandingkan antara harga dan cita rasa, sepertinya sebagian besar warga komunitas lebih memilih kualitas rasa terlebih dahulu. Kalau rasanya cocok dengan lidah mereka dan dibilang enak, masalah harga nomer dua.

”Konsumen memilih menu makanan karena rasanya. Meski terkadang ada juga yang memilih menu lainnya, biasanya mereka akan kembali lagi dan memesan makanan yang biasa mereka makan,” ujar Purnama.

Biasanya, tambah Fandi, kalau pengunjung yang datang ke Rasane, memilih menu berdasarkan rasanya, bukan karena harganya.

Tapi, kalau memang ada tempat makan yang rasanya enak terus harganya juga terjangkau, mungkin akan lebih enak lagi. ”Konsumen tidak hanya memilih masakan dengan melihat harganya saja, tapi juga rasanya. Hal inilah yang ada di resto ini. Harga terjangkau dengan rasa yang lezat,” kata Wawan.

Bahan Baku dan Koki
Setiap menu masakan lezat pasti tidak bisa dipisahkan dengan kualitas bahan baku dan siapa yang memasaknya. Bahan baku yang bagus dan koki yang pintar memasak, membuat menu banyak digandrungi orang.

Oleh karena itu, setiap tempat makan seafood pun sangat berhati-hati dalam memilih bahan baku dan menjaga standar kecakapan memasak koki-kokinya.

”Dalam memilih bahan baku, dari bumbu, ikan, kepiting, sampai sayur-mayur, saya sangat selektif sekali. Seperti sayur-sayuran, saya langsung membelinya dari para petani yang berkebun. Sama halnya dengan bumbu-bumbu. Saya tidak pernah membeli bumbu jadi,” cerita Purnama.

Begitu juga dengan koki yang ada di resto ini, tambahnya, mereka bukan koki sembarangan. Koki masakan chinese food, misalnya. Dia merupakan gurunya masakan chinese food. Banyak koki-koki yang belajar dari dia.

Selain bersih dan higienis, ada pula restoran yang memiliki standar tertentu ketika memilih bahan baku. ”Pemilihan bahan baku dilakukan sangat selektif sekali. Jika memang tidak masuk dalam kriteria, seperti kualitas, termasuk beratnya, maka tidak akan kami ambil,” kata Johan.

Agar dapat menjaga kualitas, Johan pun ambil peran dalam urusan masak. Meski begitu, koki-koki Saung Grenvil pun tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam memasak. ”Sejak buka hingga saat ini, saya masih berperan sebagai koki bersama yang lain. Saya langsung terjun guna memertahankan kualitas rasa,” ucap Johan.

Setiap tempat makan memiliki cara yang berbeda dalam mendapatkan bahan baku. Ada yang mengambil dari suplier tertentu, tapi ada juga yang mendapatkan bahan baku dengan langsung membeli ke pasar.

”Biasanya saya atau isteri langsung belanja sendiri. Tidak mengambil dari supplier. Dengan begitu, saya bisa langsung memilih sendiri kualitas bahan baku yang mau dipake buat memasak,” ungkap Maskur.

Kalo di resto saya, Wawan menimpali, kualitas bahan baku yang ada sangat baik. Saya mengambilnya melalui suplier yang menjadi langganan resto-resto seafood lainnya.

Konsep dan Fasilitas
Beda tempat, beda konsepnya. Lain tempat, lain pula fasilitasnya. Bila tempat makan seafood didirikan di pinggir jalan, yang ada hanya kursi plastik dan meja makan seadanya. Kita bisa lihat di Sari Laut 102, warung tenda ini hanya menyediakan tempat makan seadanya. ”Konsepnya biasa saja seperti ini, suasana warung tenda dengan kursi plastik,” kata Maskur.

Tapi, kalau rumah makan dibangun di tempat permanen, tentunya akan lain konsep dan fasilitas tersedia. Simak saja apa yang dikatakan Purnama dengan Saung Bumi Permatanya.

”Konsep ruang makan lebih kepada resto keluarga. Bisa kita liat dari setiap meja yang menyediakan lebih dari 5 bangku. Tapi, ada juga ruangan tertentu yang didesain sangat romantis. Biasanya digunakan oleh pasangan muda atau eksekutif muda bersama rekan bisnisnya untuk makan siang atau makan malam,” jelas Purnama.

Selain itu, lanjutnya, resto ini juga sangat lengkap dengan fasilitas seperti function room lengkap dengan peralatan multimedia, bilyard, karaoke, dan lainnya. Ruang makan berkapasitas 100 orang. Sedangkan function room bisa dipakai untuk 200 orang. Belum lagi area parkir yang cukup luas.

Mengenai hal tersebut, antara tempat makan pinggir jalan dan restoran, memang tidak bisa disamakan. Tinggal bagaimana masyarakat memilihnya. Bila mau mengeluarkan kocek sedikit mahal, bisa makan di restoran yang bagus, tapi kalau memang bujetnya pas-pasan, bisa memilih warung tenda. Toh, yang membuat beda hanyalah suasana dan fasilitas. Mengenai rasa, biasanya beda-beda tipis.

Kemudian tentang peruntukan tempat makan atau restoran seafood komunitas, kebanyakan adalah untuk berbagai kalangan. Tidak ada yang berani mendeklarasikan hanya untuk satu usia tertentu atau kalangan. Karena hal tersebut tentunya akan membatasi jumlah konsumen. Apalagi seafood memang disukai oleh semua orang.

”Konsumen yang datang ke resto ini sangat merata. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Namun jika hari biasa, lebih dominan kaum eksekutif muda yang menghabiskan waktu makan siang atau makan malam di resto ini, ” ucap Johan.

Menurut Wawan, mereka yang datang terbilang rata. Ada keluarga, orang kantoran, anak-anak, remaja, pejabat, dan lainnya. Hal ini disebabkan harga yang diberikan masuk kepada semua kalangan.

Sementara itu, hari dan waktu yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengunjungi rumah makan seafood adalah akhir pekan.

Saat-saat itu, biasanya tempat-tempat makan sesak dengan pengunjung. Apalagi bila di malam hari. ”Biasanya, rame-ramenya Rasane itu pada hari Sabtu dan Minggu sekitar pukul 19.30, karena hari-hari itu adalah hari wekeend yang digunakan masyarakat untuk mencari hiburan,” kata Fandi.

Saat akhir pekan, kata Wawan, memang paling banyak pengunjungnya. Malah sering kali pengunjung harus rela masuk dalam waiting list biar bisa makan. Padahal kapasitas resto kita sekitar 300 orang.

Dengan begitu banyaknya tempat makan seafood di komunitas, tentunya membuat masyarakat memiliki surga kuliner sendiri. Masyarakat tinggal memilih rumah makan mana yang paling disuka. Pun rasa yang sesuai dengan selera dan lidah mereka.

Tapi, yang perlu disikapi adalah bagaimana para pelaku bisnis rumah makan seafood menyiapkan dapur yang bersih dan higienis. Begitu juga dengan tempat penyimpanan bahan baku yang tidak bisa sembarangan. Jika sembrono, bisa menurunkan kualitasnya.

Ruang makan pun sebisa mungkin disiapkan dengan tingkat kenyamanan yang tinggi. Sering kali tempat makan seafood dihiasi dengan asap bakaran yang mengganggu. Sehingga setiap orang yang makan, harus bergulat dengan tebaran asap.

Meski begitu, seperti yang dikatakan salah satu pemilik rumah makan seafood di komunitas kita, rata-rata konsumen yang datang ke tempatnya adalah orang-orang pintar. Mereka bisa berpikir dan memilih rumah makan dengan pintar pula.

Dan bila rumah-rumah makan tadi tidak bisa menyikapi keinginan masyarakatnya, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan pelanggannya. Selamat bersantap!

Read More ..

Bergeliat, Meski Tersandung Tarif dan Kualitas Koneksi

Seiring perkembangan teknologi informasi, internet sepertinya sudah menjadi hal yang pokok bagi masyarakat perkotaan. Mulai pelajar sampai pekerja profesional sangat membutuhkan jaringan internet.


Namun karena bilangan harga sambungan internet yang masih terbilang mahal, tidak semua orang bisa menikmati jejaring internet. Solusinya adalah dengan menggunakan jasa Warung Internet (Warnet) yang banyak tersebar di mana-mana.

Warnet di Indonesia sendiri berawal dari di antara para aktifis Internet Indonesia di tahun 1997-1998. Mereka mengartikan Warnet sebagai sebuah kios yang memiliki banyak komputer untuk disewakan bagi pengakses Internet.

Pada masa itu, secara tidak sadar terjadi perebutan singkatan Warung Internet antara WARIN dan WARNET. Seharusnya jika kita konsisten dengan proses menyingkat kata, seperti WARTEG (Warung Tegal) dan WARTEL (Warung Telekomunikasi), maka yang seharusnya di pilih adalah WARIN.

Karena Internet, .NET, menjadi akhiran yang sangat menarik dalam jaringan Internet, maka kebanyakan rekan-rekan di masa itu lebih memilih istilah WARNET daripada WARIN. Oleh karena itu tidak heran hingga saat ini WARNET diadopsi oleh masyarakat Indonesia. (www.wikihost.org)

Masih dalam laman yang sama, dikatakan bahwa Warnet pertama kali didirikan pada 1 Juli 1995 dengan nama PT BoNet Utama (BoNet). Warnet ini merupakan ISP swasta kedua setelah Indonet Jakarta.

Kantor pertama BoNet terletak di Cafe Botanicus tengah Kebun Raya Bogor, yang secara naluriah langsung membuat Warnet yang dikhususkan untuk turis-turis yang sedang berkunjung ke Kebun Raya Bogor. Oleh karena itu, cukup sepadan jika kita mengatakan bahwa Warnet di Bogor dan juga di Indonesia adalah BoNet yang waktu itu terletak di tengah Kebun Raya Bogor.

Beberapa Warnet pertama lainnya di Indonesia adalah, CCF Surabaya, Cyber Corner Jakarta, Toko Gunung Agung Jakarta, Maga Yogya, GAMA Net Yogya, Pujayo Cafe Net Yogya, dan Pointer.

Aktifitas pembuatan WARNET cukup marak di 1996-1998, beberapa pemain yang dominan antara lain adalah Wasantara dari PT. POS Indonesia, BONET dan POINTER yang merupakan segelintir WARNET awal Indonesia.

Sedangkan di komunitas kita, belum diketahui Warnet mana yang pertama kali berdiri. Kebanyakan berlokasi di dekat kampus seperti di Universitas Mercu Buana atau Bina Nusantara. Selebihnya didirikan di pinggir-pinggir jalan strategis atau di dalam komplek perumahan.

Bukan jaringan internet untuk keperluan browsing, chatting, email, atau download saja yang disediakan Warnet-Warnet tersebut. Tapi juga game center yang banyak disukai anak-anak dan remaja dengan permainan game online-nya.

Kalau dilihat persentasenya, ternyata sebagian besar masyarakat komunitas datang ke Warnet bukan untuk keperluan browsing atau chatting, tapi mereka malah lebih memilih bermain game online.

“Rata-rata yang datang adalah anak-anak hingga dewasa. Perbandingan antara bermain game online dan browsing adalah 75 - 25 %,” kata Pemilik Flet Net yang berlokasi di Ruko Taman Permata Buana, Sandy.

Bahkan di Warnet milik Jusuf, Mi Net yang terletak di Meruya, perbandingan tersebut semakin tajam. Dikatakan olehnya, 95% masyarakat yang datang adalah untuk bermain game.

Perkembangan dan Kendala
Meskipun rencananya pemerintah akan menurunkan tarif internet per Juli nanti, kenyataanya masih banyak pengusaha-pengusaha Warnet yang optimis kalau usahanya tidak akan terganggu.

Pasalnya, selain layanan browsing, email, dan sebagainya, banyak di antara Warnet yang menyediakan layanan game online. Layanan inilah yang menjadikan Warnet bertambah “hidup”.

Tapi, di balik itu semua, sepertinya Warnet memang masih sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Buktinya, pengunjung Warnet makin lama bukan semakin sedikit.

“Bisnis warnet jelas masih sangat menjanjikan. Hal ini bisa dilihat dari perkembangannya yang sangat pesat. Selain dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas kantor, sekolah, atau kampus, Warnet juga bisa dijadikan tempat hiburan bagi anak-anak yang ingin bermain game,” kata Jusuf.

Sama halnya dengan Jusuf, pemilik Warnet Zanetta di dekat Universitas Binus, Indra Yogiswara mengatakan, keberadaan Warnet ini masih sangat dibutuhkan. Lihat saja di dekat kampus sini, biar pun sudah ada beberapa Warnet yang berdiri, tapi tetap saja pengunjungnya masih banyak.

Dan bila pemerintah memang ingin menurunkan tarif internet, sepertinya tidak akan banyak berpengaruh dengan bisnis ini. “Jika kita lihat, tidak sedikit mahasiswa dan mahasiswi yang sebenarnya sudah memunyai jaringan internet di tempat kos atau rumahnya sendiri. Namun, tetap saja mereka datang ke Warnet,”ucap Indra.

Kalau pemerintah memang akan menurunkan tarif koneksi internet, tambahnya, itu memang sudah seharusnya. Karena saat ini, koneksi internet masih terbilang mahal.

Bahkan, menurut Kepala Group Operasional Snapy Tanjung Duren, Minarto, penurunan tarif koneksi internet adalah yang diinginkan hampir seluruh pengusaha Warnet. Hal ini jelas tidak akan memengaruhi pendapatan, malah akan bisa meningkat omzet.

Seperti halnya jenis usaha lain, Warnet pun memiliki kendala dalam kesehariannya. Terutama mengenai sambungan internet yang sering “drop” dan masih terbilang mahal. Bila itu sering terjadi, bukan tidak mungkin akan membuat penggunanya bosan menunggu dan akhirnya akan mengurangi pendapatan Warnet karena ditinggal pergi penggunanya.

“Koneksi di Indonesia belum stabil. Sering terganggu, khususnya pada waktu jam-jam kerja. Harapan saya sih, tarifnya bisa turun dan stabil tanpa ada gangguan,” kata Pemilik Davi Dot Net, Victor.

Senada dengan Victor, Sandy pun mengatakan kalau selain harganya yang masih mahal, kualitas koneksi internet pun masih sangat buruk. Setiap harinya, pasti ada saja drop-nya. Harapannya, pemerintah bisa menurunkan harga koneksi dan memperbaruinya.

Tapi, mengenai kualitas koneksi ini, ada pula yang berpendapat lain. Kata Pemilik Mi Net, Jusuf, koneksi di Indonesia terbilang sudah bagus. Namun, tergantung providernya masing-masing.

Sementara itu, selain yang disebutkan di atas, kendala lain yang sering dialami pengusaha Warnet adalah kurangnya perhatian pemerintah terhadap pengusaha Warnet.

“Pemerintah sepertinya masih kurang memerhatikan usaha-usaha Warnet saat ini. Pemerintah seharusnya memberikan perhatian yang lebih dengan memberikan birokrasi pembuatan Warnet yang cukup mudah,” ucap Jusuf.

Lainnya, ujar Sandy, adalah biaya listrik yang cenderung suka naik. Untuk mengatasinya, terpaksa kita harus membuat jalan keluarnya, tanpa harus menaikan harga sewa.

Kemudian, Minarto menambahkan, masalah yang mengganggu pengusaha adalah virus. Meskipun dianggap masalah kecil, tapi harus terus diantisipasi dengan memasang antivirus. Karenanya, sekitar 2 minggu sekali, kami rutin melakukan pembersihan virus.

Usaha Warnet

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika memulai usaha Warnet. Hal yang harus benar-benar dipikirkan adalah lokasi yang strategis dan pilihan provider koneksi internet yang cepat. Sedangkan modal usahanya sendiri berkisar Rp 90 – 250 juta.

“Hal yang sangat dibutuhkan dalam usaha ini adalah lokasi. Pilihlah tempat yang strategis dilengkapi dengan tempat parkir yang luas. Selain itu, jaringan dan perangkat kerasnya pun perlu diperhatikan. Investasi Warnet saya sendiri sekitar Rp 100 juta,” tutur Jusuf.

Lokasi di dekat target utama pengguna Warnet seperti berdekatan dengan kampus adalah pilihan yang bagus. Boleh dibilang, bila ada Warnet dekat kampus, pasti “ngga ada matinya”. Tidak kenal libur.

Kalau pun mahasiswa sedang masa liburan, tetap saja ada yang berkunjung ke Warnet. Sebabnya, di sekitar kampus pasti banyak tempat-tempat kos. Nah, mereka yang tidak pulang ke rumah atau “kampung halaman”nya inilah yang mengisi Warnet-Warnet tersebut.
Perangkat keras seperti komputer pun harus dipikirkan sebagai cara untuk menarik banyak pengunjung. Bila komputer tersedia cukup banyak, maka orang yang menggunakannya pun banyak. Itu artinya, pendapatan akan semakin banyak.

Warnet pun harus dilengkapi dengan kelengkapan pendukung lain seperti headset untuk voice chatting dan webcam. Perlengkapan ini biasanya sering dicari oleh penggunan Warnet. Apalagi kalau Warnet juga dilengkapi dengan komputer-komputer khusus permainan game online.

Seperti yang dikatakan seorang perencana keuangan, Mike Rini dari perencanakeuangan.com, Dalam usaha warnet, produk utama yang ditawarkan adalah jasa pemakaian internet dan game station. Jasa internet yang dilengkapi dengan fasilitas voice chat & webcam, tentunya lebih menarik.

Begitu juga dengan game station. Ada banyak game on-line saat ini yang tengah digemari dan jika Warnet Anda tidak mau ketinggalan dan ingin menarik lebih banyak pelanggan, pastikan telah menyediakannya.

Selain itu juga, bisa ditawarkan jasa-jasa yang berhubungan dengan computer services, misalnya rental komputer, printing black & white, colour printing, scanning, perbaikan komputer yang rusak, jual beli komputer baru/second.

Anda pun bisa menambah variasi jasa layanan, misalnya pengetikan dan terjemahan, atau mencoba untuk menjual produk lain yang berhubungan dengan komputer, misalnya menjual disket, CD, headset, tinta printer compatibel, dan lain-lain.

Intinya, semakin banyak varisasi jasa yang ditawarkan, tentunya akan semakin menarik orang untuk datang. Namun, lakukanlah penambahan variasi jasa secara bertahap mengikuti permintaan konsumen.

Di samping itu, tambah Indra, Warnet juga harus dilengkapi dengan desain interior yang menarik dan tempat yang nyaman. Tarifnya pun harus diberikan yang menarik. Berikan fasilitas-fasilitas pendukung lain yang membuat orang betah. Seperti menyediakan softdrink atau makanan ringan. Kalau modalnya sendiri, saya mulai dengan angka Rp 90 juta.

Legalitas dan Pornografi
Bukan rahasi lagi kalau masalah legalitas software yang digunakan selalu dipertanyakan dalam usaha Warnet. Mahalnya software asli membuat beberapa Warnet ingkar menggunakannya. Alasannya, apalagi kalau bukan semakin membengkaknya nilai investasi atau modal usaha, bila harus menggunakan software tersebut.

Tapi, sebagian besar Warnet yang berada di komunitas kita sudah menggunakan software asli. Mereka (pemilik internet) memiliki alasan tertentu kenapa menggunakannya.

“Semua tergantung dari pengusahanya sendiri. Saya menggunakan Windows original karena ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Salah satunya adalah jika terjadi sweeping, kami akan bebas. Sedangkan jika memakai bajakan, akan sangat rugi sekali. Selain komputernya diangkut, bisa juga ijin usahanya ditutup,” kata Indra.

Sepakat dengan Indra, Minarto juga mengatakan bahwa apapun yang dipakai pengusaha Warnet, original maupun bajakan, adalah hak mereka sendiri. Kerugian dan keuntungannya pun mereka yang akan merasakan.

Dan jika memang pengusaha harus mengunakan software seperti Windows yang original, pemerintah harus benar-benar memegang teguh peraturan itu. Hal ini bisa dilakukan dengan menyeragamkan semua usaha Warnet dengan penggunaan Windows original. Selain itu, pemerintah juga harus menurunkan harganya buat para pengusaha warnet.

Kemudian mengenai Warnet yang identik dengan pornografi, tentunya tidak bisa disalahkan Warnetnya. Tapi, individu penggunanya yang harus terus diawasi. Seketat atau secanggih apa pun filterisasi untuk memblokir pornografi di internet, pasti ada saja cara untuk menjebolnya.Kalau memang serius, pemerintah pun harus benar mengawasi pelaksanaanya.

“Pemblokiran situs-situs porno yang dilakukan sangat bagus sekali. Namun hingga saat ini, program khusus pemblokiran masih belum direalisasikan kepada pengusaha-pengusaha Warnet yang ada. Sehingga kami masih berusaha sendiri untuk memblokirnya,” ujar Jusuf.

Pemblokiran situs-situs porno ini pun, tambah Sandy, harusnya dilakukan secara kontinyu. Yang penting sebenarnya bukan pada pemblokiran situs-situsnya, tapi lebih kepada penyuluhannya yang harus terus-menerus dilakukan.

Tapi seharusnya, pemblokiran ini bukan dari Warnet. Mereka tidak bisa kalau terus menerus harus mengawasi penggunanya. “Pemblokiran bukan dari hulunya, tapi dari pusatnya. Karena pengelola Warnet tidak bisa terus mengontrol para pelangganya. Dampaknya, masih banyak Warnet yang kurang terkontrol,” ucap Victor.

Meskipun begitu, sepertinya para pengusaha Warnet tersebut masih peduli dengan dampak yang bisa ditimbulkan oleh cyber pornografi. Buktinya, mereka sengaja membuat tempat usaha dengan desain terbuka, mudah dilihat, tapi tanpa mengganggu privasi penggunanya.

“Pemblokiran konten pornografi itu sangat bagus. Dalam hal ini saya sangat mendukung pemerintah dalam memerangi situs-situs pornografi karena secara tidak langsung bisa menghancurkan moral anak-anak,” ungkap Indra.

Hal tersebut pun diamini oleh Sandy yang menurutnya, sampai saat ini hampir terbilang tidak ada konsumen yang berani membuka situs-situs porno di tempatnya. Selain karena ruangannya yang dibuat terbuka, pihak pengelola pun selalu mengantisipasinya dengan melakukan kontrol yang ketat.

Bahkan di Snappy Tanjung Duren, digunakan kamera CCTV untuk memonitor kelakuan penggunanya. Selain untuk hal tersebut, kamera CCTV ini dipasang juga agar penggunanya tidak berbuat tindakan asusila di dalam Warnet.

“Pemblokiran konten pornografi sangat baik sekali. Hal ini karena selain situs-situs itu bisa merusak moral anak-anak, juga pembawa virus terbesar,” jelas Minarto.

Sama halnya di tempat lain, usaha Warnet di komunitas masih terus menunjukkan geliatnya. Namun ada dua masalah besar yang dihadapi para pengusaha. Pertama, adalah masalah tarif koneksi internet yang terbilang mahal dan kualitas sambungan yang masih belum maksimal. Kedua, adalah masalah internet pornografi.

Ada dua kemungkinan yang bisa terjadi dalam usaha ini kalau tarif koneksi internet menjadi lebih murah. Bisa akan bertambah maju, atau malah akan melorot pendapatannya. Selama pemilik komputer tidak terus bertambah dan tidak semakin luasnya infrastruktur jaringan internet, turunnya tarif internet tidak akan mengancam Warnet. Tapi, bila sebaliknya, bukan tidak mungkin para pengusaha tersebut akan banyak yang gulung tikar.

Kemudian mengenai pornografi, kalau tidak ada perhatian yang serius dari pemerintah, bukan tidak mungkin aturan-aturan bebas pornografi di Warnet akan hilang begitu saja. Sama halnya dengan aturan penggunaan software bajakan.

Read More ..

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP