Mengolah Raga Sambil Rekreasi
“Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Pepatah itulah yang sering didengar dalam mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Tapi, bagaimana mau berolahraga kalau sarananya tidak ada?
Banyak jenis olahraga yang bisa kita lakukan untuk menyehatkan tubuh. Tapi, sebagian besar membutuhkan lapangan atau area yang ukurannya berbeda-beda. Sebut saja sepak bola, bola basket, bola volley, bilyar, atau bulu tangkis
Mungkin hanya jogging yang tidak membutuhkan lapangan tertentu untuk melakukannya. Kita bisa jalan cepat atau lari di sepanjang jalan raya di mana pun.
Kalau dilihat dari animo masyarakat, sebenarnya mereka masih sangat ingin berolahraga. Coba lihat saja setiap Sabtu atau Minggu pagi di beberapa ruas jalan, tidak sedikit orang yang jogging. Atau kalau mau lihat di Hutan Kota Srengseng, di sana banyak orang yang lari pagi di jogging trak yang sengaja disiapkan untuk berolahraga.
”Minat masyarakat masih sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat saat pagi hari, khususnya pada hari-hari libur. Banyak masyarakat yang jogging. Ini membuktikan bahwa minat masyarakat masih sangat tinggi untuk berolahraga,” ucap Pengelola Foot & Food, Susan.
Senada dengan Susan, Clubs Manager Puri Bugar, Herlina, pun mengatakan kalau animo masyarakat dalam berolahraga masih sangat tinggi sekali. Ini bisa dilihat di tempatnya yang selalu ramai dikunjungi member. Mulai dari kolam renang, aerobik hingga fitnes.
Pada tahun 80 – 90an, tempat berolahraga seperti lapangan sepak bola masih mudah ditemukan di Jakarta. Tapi sekarang, langka sekali lapangan untuk bermain si kulit bundar tersebut. Sebagian besar sudah diubah fungsi menjadi tempat tinggal. Begitu juga dengan sarana olahraga lainnya.
Semakin sempitnya Jakarta disebabkan karena makin banyaknya populasi masyarakat yang mendiaminya. Sehingga membuat lapangan-lapangan olahraga tersebut tergusur secara perlahan. Bukan karena masyarakat sudah tidak mau berolahraga lagi, tapi karena ada kebutuhan yang dianggap lebih penting. Merubah lapangan olahraga menjadi tempat tinggal atau areal bisnis.
Akibatnya, masyarakat pun tidak memiliki lapangan olahraga dalam berbagai bentuk. Ketika ingin berolahraga di lapangan terbuka sambil menghirup udara segar, mereka bingung mencarinya di mana. Jakarta sudah sesak dengan gedung bertingkat dan rumah-rumah tinggal.
Akhirnya, timbul ide untuk mengomersilkan lapangan olahraga beserta fasilitasnya. Di jaman yang serba materialistis ini, semuanya dihitung dengan uang. Kalau mau keluar keringat, bayar dulu!
Trend lapangan olahraga komersil sekarang ini adalah penyewaan lapangan futsal. Lihat saja di beberapa wilayah Jakarta, hampir semuanya memiliki lapangan futsal. Di komunitas kita sendiri, penyewaan lapangan ini baru mulai berkembang sekitar awal 2007 lalu.
Semakin berkembangnya penyewaan lapangan futsal tersebut, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan animo masyarakat dengan jenis olahraga ini. Masyarakat semakin banyak saja yang “gila” dengan futsal.
Mulai anak-anak sampai selebritis kelas atas gandrung dengan futsal. Bahkan orang-orang kantoran yang biasanya enggan berolahraga, ikut-ikutan bermain bola berlapangan lebih kecil dari yang biasanya ini.
“Bukan hanya anak-anak yang sering main futsal di sini, tapi orang-orang tua pun banyak yang senang dengan futsal,” kata Susan.
Terhitung lebih dari 6 lapangan futsal sudah bertengger di komunitas kita. Semuanya berdiri karena memang olahraga ini sedang banyak penggemarnya.
”Futsal semakin digandrungi dan membuatnya sangat diperlukan oleh masyarakat. Penggemarnya pun bukan hanya anak-anak atau orang dewasa saja, tapi orang-orang tua pun suka bermain futsal. Dengan alasan itulah, Lapangan Futsal Foot & Food didirikan,” jelas Susan.
Lapangan futsal bukan hanya didirikan di dalam ruangan, ada pula yang membuatnya di lapangan terbuka. ”Selain lapangan futsal indoor, banyak pengusaha yang membuka lapangan futsal outdoor. Itu semua karena usaha ini sepertinya memang bisa menguntungkan,” ungkap Susan.
Dalam membuka usaha penyewaaan lapangan futsal sebenarnya tidaklah murah. Untuk lapangan indoor, pastinya dibutuhkan gedung yang lumayan luas ukurannya. Belum lagi lapisan rumput sintetis yang sepertinya harus diimpor.
Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Hitungannya bisa ratusan juta rupiah. ”Untuk membuka lapangan futsal ini dibutuhkan modal sekitar Rp 800 juta. Dalam jangka waktu 1-2 tahun, diperkirakan sudah balik modal,” ujar Susan.
Biaya sekali main yang dihitung per jam, biasanya berkisar antara Rp 150 – 250 ribu. Kalau dilihat secara individual, biaya tersebut terlintas mahal. Tapi, kalau dibagi menjadi dua tim yang bisa berjumlah 10 orang, biaya tersebut sepertinya cukup terjangkau.
Makanya, dengan besaran biaya tersebut untuk sekali main, bukan mustahil kalau Break Even Point (BEP) akan tercapai dalam 1 atau 2 tahun.
Sarana Olahraga dan Rekreasi
Selain untuk mengolah tubuh dan menjaga kesehatan, sarana olahraga bisa juga dijadikan tempat untuk berekreasi. Atau bisa pula sebagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama anggota keluarga.
Sebut saja seperti sport center yang banyak berdiri sebagai fasilitas buat perumahan-perumahan. Di sana biasanya, bukan hanya satu lapangan olahraga yang disediakan, tapi bisa beberapa sarana olahraga.
Sesuai dengan namanya, di situlah kelebihan sarana olahraga seperti sport center. Karena disediakan berbagai sarana seperti kolam renang, bilyar, fitnes, tenis lapangan, bulutangkis, dan sebagainya, maka bila satu keluarga datang ke sana, masing-masing bisa berolahraga sesuai kesenangannya.
Lalu di mana rekreasinya? Ya, dengan datang bersama keluarga, itu sudah merupakan rekreasi. Bersenang-senang bersama keluarga sambil berolahraga.
Ambil contoh ketika satu keluarga yang beranggotakan suami, istri, dan satu anaknya. Mereka datang ke sport center yang ada fasilitas kolam renangnya. Di sana, suami dan istrinya mungkin tidak berolahraga sesungguhnya, tapi hanya menemani anaknya yang ingin bermain air. Bersenang-senang menikmati kebersamaan bersama keluarganya.
Tapi, meski begitu, ada juga keluarga yang anggotanya memang benar-benar serius berolahraga. Namun, kalo mereka datang bersama-sama, itu juga namanya rekreasi. Intinya, asal bisa melepas kepenatan dan menghilangkan stres.
Gejala tesebut bisa dilihat di beberapa sport center yang berlokasi di Kembangan dan Kebon Jeruk. Di sana, sering kali terlihat pasangan suami istri datang bersama untuk berolahraga.
“Memang banyak pasangan suami istri yang datang ke sini. Tapi, mereka biasanya datang bersama dan setelah sampai sini, mereka pisah. Satunya main tenis lapangan, satunya lagi senam aerobik,” kata Marketing Prisma Sport Club, Aries Faizal.
Keberadaan sport center yang merupakan salah satu fasilitas dari kompleks-kompleks perumahan, memiliki keuntungan tersendiri buat para penghuninya. Selain lebih lengkap, mereka pun tidak perlu jauh-jauh kalau ingin berolahraga.
Seperti Puri Bugar yang keberadaannya merupakan fasilitas dari penghuni Perumahan Taman Aries dan Puri Kencana. Atau Splash yang menjadi kelengkapan sarana olahraga warga Perumahan Semanan Indah.
Penggunanya bisa membayar dengan cara menjadi member yang biasanya berlaku selama satu tahun, atau membeli tiket per satu kali kedatangan. Biasanya, setiap sport center pasti memiliki cara pembayaran seperti itu.
Kalau ingin menjadi member, berarti pelanggannya harus membayar beberapa ketentuan, seperti uang pangkal, uang administrasi, dan uang bulanannya. Besarannya bervariasi, biasanya uang pangkal berkisar antara 1 – 2juta. Sedangkan uang bulanan berkisar antara Rp 200 – 500 ribu.
Dengan menjadi member, mereka bisa puas berolah raga di tempat-tempat tersebut. Menikmati semua fasilitas tersedia. “Dengan fasilitas yang lengkap, harga yang diberikan juga relatif terjangkau,’ ucap Aries.
Untuk uang administrasi, lanjutnya, calon member dikenakan tarif sebesar Rp 200 ribu. Sedang uang pangkal Rp 2 juta sebelum diskon 50%. Sedang biaya perorangan Rp 325 ribu/bulan, suami-istri Rp 400 ribu/bulan, keluarga Rp 450/bulan. Pembayaran dilakukan setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali.
Berbeda dengan Splash yang berlokasi di Semanan. Di sana, tarif untuk per sekali datang antara Rp 20 – 25 ribu, tergantung harinya. Kalau mau lebih murah, bisa juga membeli voucher.
Kolam renang berkapasitas 600 - 700 orang ini mempunyai tarif umum Rp 20 ribu untuk Senin - Jumat. Sedangkan Sabtu, Minggu, dan hari libur dikenakan tarif sebesar Rp 25 ribu. Namun, tempat ini mempunyai paket menarik, hanya dengan Rp 1juta, kita bisa mendapatkan 100 lembar voucher.
Voucher yang berlaku setiap hari selama 2 bulan ini, jika dikumulatifkan cuma seharga Rp 10 ribu/lembar. ”Ini lebih efisien jika dibandingkan harus membeli tiket setiap datang,” kata Atik Riyanto.
Perawatan
Sebagai fasilitas umum yang siapa saja- asal bayar- bisa menggunakannya, tempat-tempat olahraga tersebut tentunya harus dirawat. Jika tidak, mungkin saja member atau pelanggannya bisa tidak mau datang lagi atau pindah ke tempat lain.
Tapi, sebatas mana perawatan tempat-tempat olahraga tersebut? Apa mereka juga memerhatikan kondisi peralatan olahraganya?
Menurut Aries Faizal, di tempatnya, kolam renang tidak dikuras, tapi cukup dilakukan sirkulasi dengan pengobatan. Hal itu sudah lebih dari cukup. Sedangkan untuk alat-alat fitnes, akan terus dikontrol dengan mengganti alat-alat yang sudah rusak. Kemudian kalau lapangan tenis, badminton, futsal dan basket, selalu dibersihkan secara berkala.
Sama halnya di Puri Bugar. Di tempat olahraga ini, mulai dari berdiri, perawatan terus dilakukan dengan rutin. Seperti halnya pencucian lapangan badminton yang dilakukan setiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk alat olahraga yang sudah rusak, akan segera diganti.
Bila fasilitas olahraga bersih dan terlihat terawat, bukan tidak mungkin kalau pelanggannya bertambah banyak. Mereka akan merasa uang yang selama ini dikeluarkan untuk membeli tiket atau menjadi member tidak keluar dengan sia-sia.
Pengelola akan sangat memperhatikan fasilitas yang ada. Jika memang ada fasilitas yang harus diperbaiki akan segera diperbaiki. ”Namun jika memang harus diganti, maka kami pun akan segera menggantinya. Hal ini semata-mata untuk kepuasan pelanggan,” ungkap Susan.
Seperti lapangan futsal, lanjutnya, akan dibersihkan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk menambah karet yang terdapat di lapangan, dilakukan setiap 6 bulan sekali.
Bicara soal perawatan, kata Pemilik Megah Green Garden Billiar, Jonny, karyawannya selalu siap di tempat. Mereka akan selalu membantu pelanggan dalam hal apa pun. Termasuk menyapu karpet meja bilyar, jika berdebu atau kotor.
”Setiap tutup, semua fasilitas yang ada juga akan dibersihkan. Termasuk karpet meja bilyar dan mengontrol stick-stick yang sudah mulai rusak atau tidak enak jika digunakan,” tambahnya.
Kendala
Hampir semua jenis usaha pasti memiliki kendala. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Begitu juga dengan usaha sarana olahraga di komunitas kita. Ada saja kendala yang dihadapi. Dari peralatan yang sering rusak sampai kebiasaan buruk pemakainya.
Kalau di tempat saya, kata Herlina, kebiasaan buruk yang biasa dilakukan member adalah masih sering membuang sampah sembarangan. Kadang-kadang, member juga masih memberlakukan jam karet. Misalkan, meski jam operasional hanya sampai pukul 21.00, tapi ada saja member yang baru selesai jam 22.00.
Mengenai kendala, lanjutnya, hingga saat ini belum ada yang berarti. Pengelola dan member saling melengkapi. Paling hanya masalah member yang lupa jam operasional tadi saja. Untuk menghadapi hal itu, biasanya kami membicarakannya secara kekeluargaan.
Lain lagi dengan kendala yang dihadapi Aries, hingga saat ini, biaya operasional masih menjadi kendala. ”Selain biaya perawatan, kami juga sangat membutuhkan biaya untuk pengadaan alat-alat baru. Syukurnya, hingga saat ini para member masih mau menerima.
Sampai sekarang, ujarnya, para member masih terbilang sangat baik. Hal ini karena member yang ada merupakan orang-orang lama yang sudah dekat dan kenal baik. Makanya, mereka memunyai tingkat kesadaran yang sangat tinggi.
Walaupun terhitung cukup banyak fasilitas olahraga yang tersedia di komunitas kita, tapi alangkah baiknya kalau pemerintah menyiapkan fasilitas gratis buat warganya.
Sekarang ini, mungkin sudah ada jogging track di Hutan Kota atau beberapa lapangan terbuka seperti di Meruya, tapi tempat tersebut masih minim dengan fasilitas pendukung. Contoh saja di Hutan Kota, di sana susah sekali untuk menemukan toilet umum. Apalagi fasilitas pendukung lainnya.
Belum lagi di sana juga banyak orang-orang yang berdagang makanan dan minuman atau produk lainnya. Bukannya para pedagang itu menjadi faktor pengganggu, tapi citranya malah lebih condong kepada pasar murah dibanding sebagai tempat berolahraga.
Bila fasilitas olahraga tidak bisa didapat dengan mudah dan cenderung dikomersilkan, ke mana lagi masyarakat kebanyakan akan berolahraga. Dengan tersedianya fasilitas olahraga saja, masyarakat masih harus dibangun kesadarannya dalam berolahraga, apalagi sebaliknya. Bagaimana negara mau mewujudkan pepatah ”men sana in corpore sano” (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat) kalau sarana dan fasilitas olahraganya masih minim dan sangat berorientasi bisnis.***