Pencemaran Air Tanah dan Biopori

Sudah menjadi konskuensi dari peradaban manusia bila lingkungan tercemar. Padahal, bila tidak memedulikan lingkungan, manusia sendiri yang akan menuai akibatnya. Selain pencemaran udara, pencemaran air tanah kini menjadi ancaman lain buat kelangsungan hidup manusia.


Seperti diketahui, sebagian besar masyarakat Jakarta masih menggunakan air tanah untuk memenuhi berbagai kebutuhan seperti mandi, cuci, atau minum. Rendahnya pengetahuan dan kemauan masyarakat untuk menjaga air tanah, menyebabkan kualitasnya semakin buruk. Air tanah banyak tercemar limbah rumah tangga dan bakteri E-Coli (Eschercia Coli).

Patut diketahui, kandungan bakteri Eschercia Coli (E-Coli) di Jakarta, rata-rata mencapai 41 persen. Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta menyebutkan tingkat pencemaran tertinggi di Jakarta Barat mencapai 93,3 persen, Jakarta Pusat 43,5, Jakarta Timur 26,2 persen, dan Jakarta Selatan 25 persen (www.beritajakarta.com).

Bakteri E-Coli sering dijadikan indikator dari tercemarnya air tanah dalam satu wilayah. Bakteri ini biasanya keluar bersama tinja. Jika masuk saluran pencernaan melalui makanan atau minuman, bisa menimbulkan gangguan kesehatan (tifus, kolera, hepatitis, diare).

Kalau melihat data di atas, ternyata sebagian besar air tanah di Jakarta Barat sudah tercemar bakteri tersebut. Bila tidak ada tindakan nyata, bukan tidak mungkin kalau air tanah di komunitas kita seluruhnya tidak layak pakai.

Pemerintah sendiri, meski terlambat, melalui Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) DKI Jakarta, tidak akan memberikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Amdal) bagi pengembang yang menolak menerapkan Instalansi Pengolahan Air Limbah (IPAL) komunal di kawasan perumahan yang dibangun.

Dengan begitu, setiap perumahan yang akan dibangun harus memiliki IPAL. Tapi sebenarnya, seberapa banyak perumahan baru di Jakarta? Tidak banyak perumahan yang akan dibangun karena memang sudah terbatasnya lahan di Jakarta. Kawasan perumahan baru, malah banyak didirikan di pinggiran Jakarta.

Sebagai pilot project, Jakarta Barat melalui Sudin Pekerjaan Umum Tata Air, pun sudah membangun Instalasi Pengelolaan Air Bersih (IPAB) di Kelurahan Semanan dan Kamal. Instalasi ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan air bersih di kedua daerah tersebut.

Rencananya, IPAB akan dibangun diseluruh kawasan Jakarta, terutama di daerah-daerah kumuh yang sulit air bersih.

Sebenarnya, pencemaran air tanah sendiri bisa dilihat dari kondisi sungai-sungai yang mengalir di Jakarta. Hampir seluruhnya tidak lagi bersih dan kemungkinan besar sudah tercemar limbah rumah tangga dan industri.

Lihat saja aliran sungai Cengkareng Drain dan Mookevaart. Selain berwarna hitam pekat, banyak sekali sampah yang dibuang sembarangan oleh masyarakat. Di sini sebenarnya sudah bisa diindikasi kalau sungai-sungai sudah tercemar limbah. Begitu juga dengan air tanah di sekitarnya.

Kepedulian Masyarakat
Kalau pemerintah bisa mengatasi hal tersebut dengan peraturannya, mungkin masyarakat bisa pula berpartisipasi dengan kesadarannya. Kesadaran untuk bersama-sama mengatasi krisis air bersih di Jakarta.

Biarlah pemerintah mengambil langkah yang bisa dibilang terlambat tersebut. Karena bagaimana pun pemerintah sebenarnya tetap bertanggung jawab terhadap kualitas air bersih di Jakarta. Sebagai anggota masyarakat perlu kiranya langsung mengambil langkah-langkah kongkrit.

Di antaranya adalah dengan menghemat air. Biar bagaimana pun, segala yang berlebihan bukanlah hal yang baik. Biasanya saat musim penghujan, air akan banyak berlimpah. Tapi, ketika musim kemarau, air akan banyak menyusut. Dengan menghemat air, berarti kita menjaga ketersediaan air tanah.

Kemudian, jangan membuang sampah atau limbah ke perairan terbuka seperti sungai, kali, selokan dan sebagainya. Selain menyebabkan banjir, hal yang sudah menjadi kebiasaan buruk masyarakat Jakarta ini tentunya akan sangat mengurangi kualitas air.

Langkah yang belakangan banyak diambil adalah membuat sumur resapan atau lubang biopori. Kiat ini sangat tepat untuk Jakarta yang langka sekali ruang terbuka hijau sebagai tempat resapan air.

Dengan membuat lubang/sumur resapan, air hujan tidak langsung menuju saluran air, tapi meresap ke dalam tanah. Sehingga akan menambah kuantitas air tanah itu sendiri. Selain itu, lubang biopori ini mampu membuat organisme dalam tanah merubah sampah menjadi mineral yang dapat larut dalam air sehingga kualitas air tanah pun meningkat.

Namun, langkah-langkah tersebut perlu dukungan dan konsistensi dari masyarakat dan tentunya pemerintah sendiri. Apalagi mengingat kondisi air tanah sudah sangat mengkhawatirkan. Bila tidak ditanggulangi dengan cepat, masalah air tanah ini bisa menjadi bom waktu yang bisa menyengsarakan banyak orang.

Read More ..

Bahaya Di Balik Alat Masak

Gaya hidup modern sering dituding menjadi biang keladi buruknya kesehatan manusia. Makanan cepat saji, asap rokok, dan zat pengawet serta pewarna makanan sering dituding sebagai penyebab kanker dan penyakit lainnya.


Sejauh ini kita hanya peduli dengan makanan yang mengandung bahan kimia berbahaya. Sebut aja seperti sayuran yang disemprot pestisida atau daging ayam yang disuntikkan hormon pertumbuhan. Padahal, alat masak pun berpotensi menyebar racun di tubuh kita.

Kenapa begitu? Karena ternyata, alat masak bisa melepas racun saat kita memasak bahan makanan. Alat masak yang terbuat dari teflon, misalnya, bisa menyebabkan kanker dan mengeluarkan polymer fume yang berbahaya buat paru-paru. Contoh lainnya adalah alat masak dari aluminium atau aluminium foil yang akan bereaksi kimia bila terkena asam cuka, asam tomat, asam jawa, asam jeruk, dan sebagainya.

Di Amerika, pembuat alat masak yang terbuat dari teflon, telah didenda karena menyembunyikan informasi berbahaya. Pemerintah Amerika melalui US Environmental Protection Agency (EPA), baru mengetahui setelah teflon digunakan selama 50 tahun.

Menurut veterinarian, Darrel K. Styles, Polytetrafluoroethylene (PTFE) yang lebih dikenal sebagai teflon, mengandung yang namanya PTFE intoxicosis. Zat tersebut adalah gas beracun yang cepat dan mematikan tanpa tanda-tanda peringatan. PTFE beracun disebabkan keluar gas dari bahan tidak lengket (nonstick materials) pada peralatan masak (Teflon, Silverstone, dan banyak merek lainnya).

Gas PTFE menyebabkan gangguan pernafasan serius, sesak nafas, meracuni darah, sakit kepala, batuk, radang tenggorokan, dan panas. Gejala tersebut mirip dengan flu biasa hingga tidak disadari.

Teflon dibuat dari Perfluorooctnic Acid (PFOA) yang juga digunakan untuk coating pembuatan jas hujan, agar alat masak tersebut tidak lengket. PFOA diklasifikasikan EPA sebagai persistence chemical and a potential carcinogen (bahan kimia yang tidak larut dan potensi penyebab kanker).

Selain itu, PFOA juga ditengarai dapat menyebabkan pengaruh negatif terhadap hormon, sel saraf, dan sistem kekebalan tubuh. Bahaya zat kimia tersebut dapat menyerang siapa saja, tanpa dibatasi umur maupun jenis kelamin.

Berdasarkan penelitian, akibat banyaknya pengguna alat masak berbahan teflon, didapati 95% darah penduduk Amerika mengandung unsur teflon. Sekarang, produk teflon di Amerika mencantumkan label bahaya teflon sebagaimana dilakukan produk rokok.

Di samping memicu timbulnya berbagai penyakit, alat masak juga bisa membuang unsur-unsur terbaik dari masakan. Misalnya, bila kita diharuskan untuk memasak dengan suhu yang tinggi, menggunakan minyak atau air, maka nutrisi masakan akan banyak berkurang.

Maka dari itu, diperlukan alat masak yang benar-benar tidak meracuni masakan dan mampu mengakomodasi cara memasak yang sehat. Agar masakan yang kita makan pun bermanfaat buat tubuh dan bukan menabur benih penyakit.

Alat Masak Sehat
Hingga saat ini, masih sangat sedikit sekali pilihan alat masak yang aman dan sehat. Kalau pun ada, harganya bisa saja relatif mahal. Sebut saja Saladmaster yang sampai sekarang masih harus diimpor dari Amerika.

Alat masak yang terbuat dari 316 Ti Titanium Stainless Steel yang biasa digunakan dalam bidang kedokteran ini, merupakan yang pertama dan satu-satunya di dunia.

Keunggulan Saladmaster, masakan tidak akan terkontaminasi unsur logam, mampu menjaga 93% vitamin dan mineral dalam makanan, serta mengurangi resiko penyakit kanker-jantung-diabetes.

Menurut Pemilik Sedap Alami yang merupakan produsen pangan organik, Yosefina Skolastika, alat masak ini sangat sesuai dengan misi hidup serba organik yang diemban Sedap Alami. “Dengan alat masak ini, lengkap sudah gaya hidup serba organik,” katanya.

Kelebihan lainnya adalah kemampuan alat masak ini untuk mengurangi penggunaan garam dan gula dalam masakan. Bahkan, mampu mengukus ikan atau sayuran tanpa air.

Hal tersebut sudah dibuktikan oleh Yosefina yang juga menyajikan berbagai masakan di Sedap Alami. “Misalnya, kita bisa menggoreng ayam atau kulit lumpia basah tanpa minyak dan tidak lengket, membuat tim ayam garam tanpa air hanya dalam 20 menit dengan rasa yang enak dan empuk, atau merebus telur tanpa air,” jelasnya.

Alat masak ini pun dibuat agar mampu menerapkan sistem memasak semi vacum. Sehingga bila panas sudah mencukupi, katup khusus akan keluar dan menimbulkan bunyi. Inilah metode kontrol panas yang mudah dan dapat diandalkan. “Kita tidak perlu lagi mengawasi wajan. Katup akan keluar sendiri bila sudah waktunya mengurangi panas,” ujar Yosefina yang juga memiliki kebun organik seluas 5,4 hektar di Cisarua.

Selain bisa merusak nutrisi makanan, kelebihan panas saat memasak, juga bisa memboroskan bahan bakar. Dengan alat masak ini, bila katup sudah berbunyi, api bisa dikecilkan sehingga penggunaan bahan bakar akan berkurang.

“Distribusi panasnya pun sempurna. Apalagi alat masak ini juga dilengkapi dengan kontrol panas digital yang akurat sehingga panas pun bisa konsisten. Tapi, alat masak ini bukan presto yang bisa merusak unsur vitamin dan mineral makanan,” ucapnya.

Satu lagi yang istimewa dari Saladmaster adalah kemampuanya untuk mengurangi pemakaian minyak dan lemak. Lemak sendiri mampu menyebabkan penyumbatan pada pembuluh arteri. Makanya, kandungan lemak ini harus dikurangi pada masakan.

Menurut Choice for a Heathy Heart oleh Joseph C. Piscatell yang ditulis Dr. Denton A. Cooley, dari penelitian yang ada, 1 dari 3 anak memiliki kemungkinan terkena serangan jantung pada usia 14 tahun. Juga, terdapat lebih dari 50% kemungkinan bahwa anak-anak pada usia 7 tahun memiliki penyumbatan arteri.

Hidup Sehat dengan Organik
Tidak mudah memang menjaga tubuh kita agar tetap sehat. Dewasa ini, berbagai zat kimia sudah diaplikasikan di berbagai bidang. Ada yang memang bermanfaat, tapi ada juga yang pelan-pelan malah menimbulkan penyakit.

Perlu adanya kiat atau gerakan hidup sehat di masyarakat. Karena apa yang kita makan akan memengaruhi kesehatan, emosi, penampilan, dan kehidupan.

Mulailah hidup dengan banyak mengonsumsi sayuran, buah-buahan, ikan, dan daging organik. Karena bahan makanan tersebut bebas pestisida dan zat kimia. Proses penanaman dan pemeliharaan pun diproses dengan cara back to nature.

Memang harganya sedikit lebih mahal, tapi bukan berarti makanan organik dicoret dari daftar belanja. Setidaknya kita bisa mengurangi makanan yang mengandung zat kimia dan pestisida dengan makanan organik tersebut.

Namun, bila sudah memilih pangan organik, bagaimana cara mengolah, memasak, dan alat masak yang digunakan, juga akan memberi kontribusi nutrisi dan rasa makanan yang kita makan. Makanya, tidak heran bila Yosefina Skolastika, sosok yang menjadikan makanan sebagai obat ini, beralih ke alat masak Salad Master. Bahkan, mempromosikannya sebagaimana dilakukan di restorannya (Sedap Alami).

Sedap Alami

Perumahan Taman Permata Buana
Jl. Pulau Bira Raya A8 No.1
Kembangan - Jakarta Barat
Telp : 580 - 6667
E: hendra.alimin@yahoo.com

Read More ..

Minimnya Ruang Bermain Anak


Dalam jiwa setiap anak, terdapat keinginan untuk berpetualang atau berekplorasi. Saat usia Sekolah Dasar (SD), pengaruh lingkungan semakin kuat terhadap perkembangan anak. Bila salah menyikapi, anak akan terseret pengaruh buruk dari lingkungan di mana anak tinggal.


Saat usia SD, anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan lain di luar keluarga inti. Mereka mulai berinteraksi dengan lingkungan sekolah, tempat mereka tinggal, dan sebagainya. Anak mulai suka berpetualang/bereksplorasi, tapi bukan lagi di rumah. Saat usia mereka, rumah dan benda-benda di dalamnya bukan hal yang menarik lagi.

Mereka ingin sesuatu yang baru. Sehingga lingkungan di luar rumah menjadi tujuan mereka berpetualang. Tentunya, petualangan akan menjadi lebih menarik bila dilakukan bersama teman-temanya.

Aktivitas petualangan mampu membantu anak untuk mengembangkan kemampuan mereka menjadi pribadi yang lebih mandiri, peduli, dan kreatif. Namun, saat ini, tidak banyak ruang terbuka sebagai lahan bermain bagi anak untuk menyalurkan semangat berpetualangnya.

Meski sudah ada Peraturan Daerah yang mengatur Ruang Terbuka Hijau (RTH), tapi kondisi RTH di Jakarta hanya tersisa 5.059 Ha atau sekitar 9% dari luas DKI Jakarta yang sebesar 66.152 Ha.

Mengingat jiwa petualang anak yang selalu ada dan minimnya lahan bermain, bila tidak diakomodir dengan baik, dapat menjerumuskan anak untuk menyerap langsung apa yang ada di lingkungannya.

Perlu diketahui, saat ini, angka perokok di usia dini (5 – 9 tahun) secara signifikan meningkat dari 0,8% menjadi 1,8%. Sedangkan di usia 13 – 15 tahun, prevalensi perokok mencapai 26,8 juta dari total populasi Indonesia.

Berdasarkan hasil survei di DKI, terdapat 4 alasan utama mengapa seorang anak menjadi anak jalanan : korban eksploitasi keluarga (44,95%), keluarga tidak harmonis (12,69%), tidak punya tempat tinggal (18,67%), dan alasan lainnya seperti tidak memiliki lahan untuk bermain, serta solidaritas sesama teman (23,69%).

Ketika anak merasa tempat bermain tidak memenuhi minatnya, ia akan pergi ke tempat lain untuk mencari kesenangan dan tantangan lainnya. Sering kali mereka menemukan itu dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat antisosial.

Masalahnya, kalau pun terpaksa bermain di suatu tempat karena tidak ada pilihan lain, maka kebosanan yang dialami akan mendorong anak untuk mencoba variasi-variasi baru yang berbahaya.

Sebenarnya, ada atau tidaknya tempat berpetualang buat anak, tidaklah menjadi masalah. Karena secara alami, mereka akan menemukan tempat berpetualangnya sendiri. Namun, masalahnya, apakah tempat berpetualang itu cocok atau tidak buat anak-anak.
Dari hasil penelitian di tiga Perumnas penyangga Jakarta yaitu, Depok, Bogor, dan Tangerang, pada tahun 2005, lebih dari 50% anak-anak berpetualang di ruang terbuka yang bukan difungsikan sebagai tempat berpetualang yaitu, jalanan.

Minimnya lahan bermain juga mengakibatkan anak mencari tempat berpetualang lain yang tidak sesuai dengan umurnya. Anak-anak akan pergi ke Warnet untuk mencari gambar-gambar porno, ke jalanan, atau bergaul dengan orang-orang dewasa.

Mengingat hal tersebut di atas, perlu adanya solusi masalah ruang bermain untuk anak di Jakarta. Seperti yang dilakukan produsen snack/makanan kecil Taro yang diproduksi oleh Unilever. Sejak April 2008 lalu, Taro mulai mengenalkan Markas Petualangan Taro (MPT) di 25 RW di Jakarta.

Markas Petualangan Taro tercipta untuk membentuk karakter anak yang mandiri, peduli, dan kreatif melalui aktifitas petualangan dengan memanfaatkan lahan di sekitar tempat tinggal.

Melalui aktifitas petualangan yang dilakukan secara rutin selama 2 jam, anak mendapat kesempatan untuk melatih dan mengembangkan kompetensi, berinteraksi dengan teman sebaya, terlibat dalam kerja sama tim, kreatif memecahkan masalah, menumbuhkan kepedulian, mengembangkan inisiatif, mengontrol emosi, dan mengevaluasi diri.

Efek Positif
Menurut psikolog anak dari Lembaga Psikologi ProPotenzia, Lina E. Muksin, efek positif pemenuhan lahan bermain anak adalah sebagai sarana eksplorasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan usia. Pada anak usia SD, jenis permainan yang mengandung unsur berpetualang merupakan sarana terbaik untuk pemenuhan masa tumbuh kembang anak usia sekolah.

Melalui kegiatan bermain dan berpetualang, lanjutnya, anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan fisik-motorik, sosial-emosional, dan kecerdasan. Ketiga aspek perkembangan ini saling menunjang satu sama lain.

Berpetualang bagi anak adalah melakukan eksplorasi di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga bisa mendorong mereka untuk melatih bagaimana menyusun strategi, bagaimana mereka harus kreatif dalam pemecahan masalah, berinisiatif untuk mengambil tindakan, bersikap sportif menerima kekalahan (anak belajar mengendalikan emosi, bersikap sabar, melatih ketangkasan, dan ketahahan fisik).

Seorang anak membutuhkan banyak kesempatan untuk mengekplorasi dan mengenal lingkungan fisik dan ruangan. Kesempatan ini diperoleh melalui bermain dan berpetualang. Dengan berpetualang, anak mendapat pengalaman melalui dirinya sendiri, baik secara fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosionalnya yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sehingga melalui bermain dan menjelajah, anak memiliki kesempatan meningkatkan kompetensi dirinya secara langsung.

Pengalaman menjelajah dan “belajar menemukan hal baru” secara nyata menimbulkan perasaan yang positif terhadap belajar pada anak. Dengan demikian, anak belajar berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa untuk mempelajarinya.

Oleh karena itu, dalam berpetualang, anak-anak tidak hanya merasakan pengalaman nyata yang menyenangkan. Namun dapat menjadi sarana belajar mengasah kemampuan, mengembangkan imajinasi, kemampuan berpikir, dan mengembangkan karakter anak. Bila dilakukan secara berkelanjutan akan membentuk pribadi yang mandiri, peduli, dan kreatif.

Dampak Negatif
Dampak negatif bila anak tidak mendapat lahan bermain adalah anak akan kehilangan minat untuk berpetualang dan kehilangan masa kecilnya yang menyenangkan.
Anak tidak memiliki kesempatan berpetualang dia akan kehilangan minat untuk mengekplorasi hal baru. Mereka tidak menikmati kegembiraan yang seharusnya mereka dapatkan dan cenderung menjadi anak yang kehilangan motivasi, rasa antusias, dan minat yang terbatas sehingga dia tidak percaya diri, tidak peduli, dan kurang kritis terhadap lingkungannya.

Bila anak tidak percaya diri, tidak peduli dan tidak krritis, akan mudah sekali dipengaruhi karena ingin diterima oleh lingkungannya. Oleh karena itu, bila berinteraksi dengan lingkungan yang tidak tepat, akan mudah terjerumus ke hal-hal yang negatif. Sehingga secara umum, terjadi ketimpangan dalam aspek perkembangan fisik, kecerdasan, dan sosial emosional.

Paradigma Bermain
Pada umumnya, orang tua kurang paham pentingnya bermain yang mengandung unsur petualangan secara nyata. Pola pengasuhan tradisional masyarakat menunjukkan kurang menstimulasi perkembangan aspek fisik, sosial, & emosional.

Sekarang ini, orang tua sering kali membiarkan anak untuk lama menonton TV, bermain games, dan Play Station selama berjam-jam. Konsekuensinya, anak tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik dan mentalnya, mereka tidak dapat mengamati keadaan sekeliling, rasa ingin tahu berkurang, dan juga kurang kreatif.

Permainan elektronik seperti games atau play station, bila dilakukan secara berlebihan membatasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan berkomunikasi dengan anggota keluarga.

Mereka kurang memiliki kesempatan untuk bergerak. Duduk dan mengamati adalah kegiatan sepihak di dalam dunia maya, bukan dunia yang sesungguhnya di mana anak seharusnya mendapatkan kesempatan dan pengalaman untuk pemecahan masalah secara nyata.

Mereka menjadi tidak dapat mengamati keadaan sekeliling, rasa ingin tahu berkurang, dan kurang kreatif. Permainan elektronik membatasi anak-anak mengembangkan kemampuan fisik dan perkembangan mental anak.

Anak membutuhkan lahan bermain yang menunjang untuk berinteraksi dengan teman sebayanya, dan melakukan aktifitas fisik di lingkungan yang aman sehingga anak bisa beraktifitas dengan leluasa.

Dalam bermain, aktifitas berkelompok merupakan pengalaman sosial yang penting bagi anak-anak. Mereka mengenal dirinya melalui interaksi dengan anak lain melalui berbagai pengalaman sosial. Mereka belajar untuk memperhatikan dan menerima keberadaan anak lain dan bagaimana bersikap secara tepat. Dan mereka pun belajar meningkatkan kemampuan bersosialisasi.


Read More ..

One Stop Kulinari

Setelah berlangsung di Surabaya dan Bandung, akhirnya rendevouz Festival Jajanan Bango 2008 (FJB) mampir juga di Jakarta awal Agustus lalu. Memeringati ulang tahun ke-80 Kecap Bango yang hadir sejak 1928, disajikan 80 macam masakan tradisional khas nusantara.



Terdapat beberapa makanan dan jajanan tradisional di antaranya, Gabus Pucung Bapak Misan, Ketoprak Ciragil, Gado-gado Bon Bin, Sate Kambing Pondok Sate Pejompongan, Nasi Uduk H. Babe Saman, Soto Tangkar Aneka Sari H. Diding, Asinan Spesial Ny Isye – Kamboja, Ketupat Sayur H. Mahmud, dan Nasi Goreng Kambing Kebon Sirih.


Festival Jajanan Bango sudah kali keempat dilangsungkan. Selama dua hari pelaksanaan (8 – 9 Agustus), masyarakat penuh sesak penasaran ingin mencoba makanan atau jajanan di setiap gerai. Di sinilah, para pecinta kuliner sejati berkumpul. Mereka tidak peduli panas matahari, berapa harga yang harus dibayar, dan di mana mereka makan. Bersantap dengan alas koran atau kursi plastik pun terlihat enak.


Kontras sekali dengan yang terlihat di restoran-restoran. Karena di sinilah, suasana dan tempat makan yang menawan dan nyaman tidak memiliki arti. Karena di sinilah one stop kulinari dan di sini pulalah, setiap makanan dijamin enak!

Read More ..

Woro-woro Kampanye Online

Hiburan apa yang pasti ada ketika kampanye politik? Panggung dangdut! Jenis musik ini harus ada karena identik dengan rakyat jelata. Tokoh-tokoh politik mencari simpati dengan cara bernyanyi bersama, meski sering terdengar sumbang.


Tidak menjadi masalah, biar terdengar pales, dipaksakan agar terlihat kebersamaanya dan terkesan down to earth. Sambil bernyanyi, mereka menyuarakan suara partainya. Mudah-mudahan, rakyat yang lagi asyik-masyuk berdangdut ria mau memberi suara saat pencoblosan nanti.

Sekarang kita lihat kampanye Pemilu di Amerika Serikat. Tentu kandidat presiden di sana tidak memanggil artis dangdut dalam kampanyenya. Tapi, seperti Barrack Obama, dia menggunakan internet sebagai media kampanyenya. Sekaligus menangkap donatur yang ingin mendukung pencalonannya di Gedung Putih.

Obama memanfaatkan situs-situs interaktif sosial seperti Youtube, Facebook, Friendster, dan blog untuk menangkap massa. Belum lagi official website-nya. Di situ, masyarakat di negeri Paman Sam atau seluruh dunia, bisa melihat berita, kegiatan, bahkan merchandise yang mendukung pencalonannya.

Fenomena sukses kampanye online Obama banyak disorot masyarakat dunia. Tidak terkecuali di Indonesia. Beberapa partai politik pun sudah menyiapkan situs-situs online-nya untuk membantu memperebutkan suara rakyat dalam Pemilu 2009 nanti. Partai politik terinspirasi kampanye online Obama?

Coba saja cari melalui Google atau Yahoo, sebagian besar partai politik sudah menyiapkan situsnya. Meski tidak semua siap digunakan alias “maaf, situs ini masih dalam perbaikan”, namun gejala ini sudah menimbulkan perbedaan metode kampanye saat 5 tahun silam.

Partai-partai politik tersebut ingin menggapai suara pengguna internet. Sekaligus menggunakan teknologi informasi yang lebih modern. Tapi, apa pengguna internet di Indonesia sudah sebanyak di Amerika? Di negeri kita, hanya mereka yang hidup di perkotaan saja dan mereka yang memang kesehariannya bergelut dengan komputer yang melek dengan internet.

Kalau mau dihitung, pengguna internet di Indonesia hanya sekitar 25 juta orang sampai akhir 2007 lalu (www.apjii.or.id). Persentasenya tidak seberapa dibanding Amerika Serikat yang pengguna internetnya sudah hampir setengah populasinya.

Apalagi tingkat pendidikan kebanyakan masyarakat di sana berbeda dengan Indonesia. Mereka pun lebih aktif dalam berinteraksi sehingga komunikasi berjalan dengan lancar dan lebih “hidup”. Terlebih kebanyakan situs sekarang dibuat dengan model internet Web 2.0 yang bisa menyajikan informasi dua arah. Masyarakat bisa berdiskusi dan memberi komentar baik atau buruk.

Berbeda dengan di Indonesia, karena kebanyakan pengguna internet adalah anak-anak muda dibanding orang tua, mereka pun banyak yang memanfaatkan internet hanya untuk chatting atau bermain game online. Dari pada membuka situs partai politik, mereka pun lebih memilih chatting dengan temannya di dunia maya atau bermain Ragnarok.

Dengan begitu, populasi pengguna internet pun semakin menurun dan kemungkinan tersebarnya informasi dari situs partai politik pun melorot. Tinggal pengguna yang hobi surfing internet saja yang memiliki kemungkinan melihat retorika situs partai politik.

Belum lagi kalau situs-situs partai politik tersebut tidak dikelola dengan profesional. Entah yang masih dalam tahap under construction atau terdapat fitur-fitur yang tidak berfungsi. Kian malas masyarakat berlama-lama di situs partai politik.

Makanya, selain persiapan konten yang mampu “menyihir” opini masyarakat, partai politik juga harus menyiapkan infrastruktur dan sumber daya teknologi informasi yang mumpuni untuk masuk dalam kampanye online. Bukan hanya asal membuat situs atau jejaring sosial online.

Meski begitu, bukan haram namanya kalau partai politik memiliki situs. Sebagai sebuah media dalam berkampanye, tentunya sah-sah saja. Namun, buat di Indonesia sepertinya hal tersebut masih merupakan embrio cara berkampanye yang efektif.

Bukan saja tidak menyentuh masyarakat akar rumput, tapi internet masih merupakan “barang mahal” di Indonesia. Terlebih lagi kondisi ekonomi masyarakat sekarang ini masih terguncang dengan kenaikan harga BBM dan segala macam kebutuhan hidup.

Masyarakat kebanyakan akan lebih memilih melihat kampanye gratis dibanding harus menyewa sambungan internet di Warnet atau berlangganan koneksi. Ditambah lagi karena budaya berinternet memang masih belum populer di Indonesia.

Lain soal buat kader-kader partai politik. Mereka malah semakin terbantu dengan adanya internet. Koordinasi di antara anggota akan semakin cepat dan efektif. Apalagi buat mereka yang berada di luar pulau.

Pertarungan keras pun akan mengiringi kampanye partai politik melalui internet. Sifat komunikasi dua arah yang dimiliki internet seperti pisau bermata dua. Bisa mendukung, bisa pula mendorong jatuh.

Dalam dunia maya, setiap orang bisa saja memiliki pendapat yang berbeda. Berkata apa saja, bahkan menulis perkataan “jorok” sekali pun. Mendapat simpati publik melalui internet tidak semudah membagikan sembako atau money politic.

Bila kedua hal di atas, memang dibutuhkan oleh masyarakat. Sehingga doktrin-doktrin politik pun akan mudah diserap oleh yang menerimanya. Sedangkan melalu internet, murni intelektual partai politik dalam memengaruhi opini pengguna internet untuk mendukung partainya saat Pemilu nanti.

Sekali lagi, internet belum menjadi budaya pop di masyarakat Indonesia kebanyakan. Penetrasinya hanya sampai pada mereka yang berada di perkotaan di mana jaringan koneksi internet sudah tersebar. Itu pun tidak tersebar secara merata.

Apa gunanya kampanye online kalau memang tidak ada yang melihat. Akrabkan saja masyarakat dengan budaya yang dekat dengannya. Menggelar pentas dangdut seperti disebutkan di atas, misalnya. Tapi, bila itu pilihannya, tokoh politik yang akan naik panggung, harus mengambil kelas vokal dulu. Biar suaranya merdu, semerdu janji-janji kampanye.

Read More ..

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP