Sikap Terbaik Pada Karyawan

Tanya:
Pak Rusman, saya ingin bertanya bagaimana caranya menerapkan disiplin dan aturan yang diterapkan di tempat usaha saya. Apa saja tahap-tahap yang harus dilakukan agar disiplin dan aturan dipatuhi oleh karyawan tanpa menimbulkan sakit hati? Dan kalau bisa memang timbul dari diri mereka sendiri.

Sebagai informasi, saya ini termasuk pengusaha baru yang sebelumnya hanya bekerja dengan istri saya. Sekarang, saya sudah memiliki beberapa orang karyawan.

Kemudian, bagaimana baiknya cara bersikap saya terhadap mereka? Apakah harus straight dan jelas kalau saya itu atasan dan mereka adalah bawahan. Atau memposisikan saya dan mereka adalah sama?

Maaf, kalau pertanyaan saya sangat awam. Tapi, saya perlu penjelasan dari bapak. Terima kasih sebelumnya.

Andri
Kedoya Utara


Jawab:
Saya teringat bahwa Ir. Ciputra, tokoh pengusaha properti terkemuka di Indonesia pernah mengatakan bahwa seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang kehadirannya nyaris tidak terasa oleh orang lain, termasuk oleh para anak buahnya. Mengapa demikian?

Dalam sebuah lingkungan kerja yang nyaman, orang bekerja seakan-akan hanya mengikuti alur sistem yang berlaku di lingkungan tersebut. Tidak terasa dan juga tidak terlihat adanya wajah angker dari seseorang yang bernama “pemimpin” yang setiap saat berjalan mondar-mandir mengawasi para karyawan.

Namun demikian, situasi nyaman yang ada di situ sebenarnya lebih banyak ditentukan oleh peranan sang pemimpin. Sebab, tanpa pemimpin yang baik, sebuah sistem yang baik tidak akan sepenuhnya berjalan baik.
Nah, bagaimana caranya menjadi pemimpin yang baik?

Haruskah dengan memasang muka galak, demi menonjolkan wibawa sehingga dihormati bawahan dan mereka mau mengikuti aturan-aturan yang kita berikan? Atau dengan selalu berbicara ketus? Atau bergaya “cuek”, atau apa?

Itulah pertanyaan-pertanyaan yang selalu timbul dalam benak banyak orang, saat pertama kali duduk di kursi kepemimpinan. Demikian juga dengan yang Anda alami saat ini tatkala harus memulai karir baru sebagai sorang pengusaha yang nota bene harus memimpin para karyawan Anda.

Disiplin dan aturan hanya dapat diterapkan dan berjalan sempurna, bila orang-orang yang melaksanakannya memiliki pengertian dan kesadaran tentang manfaat dari disiplin serta aturan tersebut bagi kepentingan diri mereka sendiri.

Pertanyaannya kemudian, bagaimana caranya membuat bawahan kita menjadi sadar aturan?
Tahap pertama yang perlu diambil adalah, kumpulkan para karyawan Anda dalam sebuah ruangan pertemuan dan buatlah presentasi tentang maksud dan tujuan perusahaan Anda.

Berikan pengertian bahwa sukses perusahaan merupakan kunci utama bagi terciptanya kesejahteraan karyawan. Oleh sebab itu, sepanjang isu kesejahteraan menjadi fokus dari aspirasi para karyawan tersebut, diperlukan kontribusi penuh dari setiap orang dengan dilandasi “rasa ikut memiliki” yang kuat. Dan bahwa, untuk pelaksanaannya diperlukan disiplin dan aturan-aturan.

Dengan cara ini, Anda akan dapat membuka pikiran dan kesadaran karyawan tentang mengapa disiplin dan aturan harus diterapkan. Anda harus bisa menarik simpati mereka, sehingga tanpa ada unsur “perintah” apalagi “paksaan”, mereka akan dengan senang hati dan sukarela menyatakan komitmennya terhadap aturan perusahaan.

Bila perlu – dan ini diterapkan di perusahaan-perusahaan besar – setelah selesai presentasi sodorkan draf peraturan perusahaan, suruh mereka mempelajarinya di rumah dan beberapa hari kemudian minta mereka menandatanganinya sebagai tanda persetujuan yang bersangkutan.

Tahap kedua adalah tahap di mana disiplin dan aturan diimplementasikan. Ini menyangkut interaksi Anda dengan para karyawan dalam kegiatan operasional harian. Apakah kita perlu mengatur sikap kita dengan gaya tertentu, agar para karyawan menghormati dan takut, sehingga dengan demikian mereka mau berdisiplin dan taat aturan?

Menurut saya, cara ideal untuk menjadi pemimpin yang baik bukanlah dengan jalan membuat orang lain menjadi takut. Demikian juga, posisi atasan dan bawahan dalam bisnis, bukan digunakan untuk menentukan strata sosial.

Analogi yang paling mendekati adalah bahwa peran seorang atasan (pemilik usaha terhadap karyawan) tidak ubahnya peran seorang “playing captain” dalam sebuah tim sepakbola. Sehingga, yang dominan di sini adalah wacana pembagian tugas, di mana sang kapten di samping ikut bermain di lapangan, juga sekaligus mempunyai peran sebagai koordinator yang menentukan koordinasi antar pemain dalam sebuah pertandingan.

Nah, mungkin jelas bagi Anda bahwa sebagai “playing captain” dalam sebuah badan usaha, yang Anda perlukan bukan semata-mata wibawa sebagai bos. Lebih dari itu adalah Anda harus bisa memberikan pengertian kepada para karyawan tentang pentingnya implementasi disiplin dan aturan, sehingga mereka akan rela dan secara sadar melaksanakan pekerjaan dengan kualitas terbaik.

Anda juga harus bisa memberikan keteladanan, dengan menunjukkan bahwa Anda sendiri ikut bekerja dengan disiplin tinggi tanpa melecehkan aturan-aturan yang telah Anda terapkan sendiri pada para karyawan.

Demikian Andri, semoga memberi inspirasi bagi Anda. Selamat bekerja dan sukses!(Rusman Hakim)

Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP