Mengenal Alat Diagnosis Tercanggih

Teknologi kesehatan terus berkembang. Kian hari, kian canggih alat kedokteran yang dipakai dalam dunia medis. Seperti MSCT – 128 Slice yang mampu mendeteksi sel ukuran 5 mm dan merekam degup jantung dalam keadaan aritmia.


Perkembangan rumah sakit dan teknologi kesehatan sekarang ini sudah berkembang dengan pesat. Berbagai rumah sakit dari yang milik pemerintah sampai berstandar internasional dibangun. Begitu juga dengan teknologi kesehatan, diadaptasi sedini mungkin.

Alat radiologi misalnya, alat ini berfungsi untuk mendeteksi penyakit seseorang. Sehingga akan lebih memudahkan dokter dalam mendiagnosis suatu penyakit. Bahkan bisa pula mendeteksi sebelum terjadi gangguan atau penyakit tertentu dalam diri seseorang.

Saat ini, alat radiologi berkembangan semakin pesat. Mulai sinar X, ecocardiografi, MRI (Magnetic Resonance Imaging) sampai MSCT (Multi Slice Computed Tomography Scanning). MSCT sendiri sudah berkembang dari slice (potongan) 16, 64, dan yang terakhir adalah 128.

Untuk perkembangan teknologi radiologi yang terakhir, meski banyak membantu dalam diagnostik, tapi tidak semua kondisi dan jenis penyakit seseorang dapat dengan jelas terdeteksi kelainannya oleh MSCT. Tumor misalnya, jika masih berukuran kecil, sulit dideteksi oleh alat ini.

Begitu juga dengan beberapa keterbatasan proses pemindaian untuk pasien dengan tubuh gemuk/obese-kesadaran terganggu-sangat kesakitan-anak kecil yang sulit diatur, atau organ yang bergerak-gerak (jantung) dan struktur organ yang rumit (tulang-tulang telinga).

Dengan demikian, hal seperti itu bisa membuat gambar yang terlihat tidak maksimal. Sehingga bukan tidak mungkin akan terjadi salah diagnostik atau terlambat dalam mencegah penyakit.

Sekarang ini, sudah banyak rumah sakit yang memiliki alat-alat tersebut, termasuk MSCT. Tapi, teknologi terkini MSCT yang memiliki 128 slice baru ada di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk (RSPIK). Bahkan dikatakan hanya satu-satunya di Asia Tenggara.

MSCT-128 Slice baru diperkenalkan RSPIK sekitar pertengahan Juli lalu. Bertepatan dengan hari jadi ke-8 rumah sakit tersebut dan penyelenggaraan seminar awam bertema “Sehatkan Jantung Anda & Deteksi Dini Jantung Sehat dengan Multi Slice CT – 128”.

MSCT – 128 Slice
Tidak seperti generasi sebelumnya, MSCT – 128 Slice memiliki beberapa kelebihan yang bermanfaat untuk urusan diagnostik. Alat ini dapat membuat potongan sangat tipis dan cepat mengambil gambar (dari kepala sampai kaki pada orang dengan ketinggian 2 meter hanya dalam waktu 10 detik). Sehingga sangat cepat dan akurat bila harus melakukan pemeriksaan seluruh tubuh.

Alat ini dapat menghasilkan detail gambar sangat jelas. Batas dan perbedaan struktur jaringan normal dan abnormal dapat dengan jelas terlihat sehingga bermanfaat untuk mendeteksi penyebaran tumor.

Bahkan, perbedaan fungsi dan karakteristik struktur jaringan organ dapat diberi warna serta dapat dibuat tampilan gambar 3 dan 4 dimensi. Sehingga diagnosa yang selama ini hanya terbatas diagnosa morfologi organ, dengan alat ini, dapat juga digunakan untuk menilai secara fungsional.

Lebih dari itu, MSCT – 128 Slice pun dapat membuat detail gambar struktur pembuluh darah organ tubuh dengan jelas. Hal ini sangat bermanfaat dalam penilaian pembuluh darah organ seluruh tubuh. Alat ini memiliki akurasi dan ketajaman dalam mendeteksi kelainan organ lebih baik, cepat dan tepat dibading generasi sebelumnya.

Proteksi radiasi alat ini pun cukup baik dengan Adaptive Dose Shield yang mampu menurunkan 50% radiasi yang diterima pasien. Di samping itu, dosis radiasi dapat dikontrol dan disesuaikan dengan kebutuhan.

Rongga MSCT – 128 Slice cukup luas dan lebar. Sehingga bisa digunakan untuk pasien gemuk (BB 300 kg), dan pasien yang tidak kooperatif (anak, pasien tidak sadar). Apalagi pemeriksaan berlangsung dengan sangat cepat.

Begitu juga pada pemeriksaan jantung, dengan keadaan denyut yang cepat atau tidak teratur (aritmia) yang selama ini menjadi masalah pada alat generasi sebelumnya, tidak lagi menjadi masalah. Karena alat ini dapat lebih cepat mengambil gambar dari denyut jantung.

Pengambilan gambar menyesuaikan dengan denyut jantung sehingga pada keadaan aritmia tidak menjadi kendala. Juga tidak perlu menunggu denyut jantung di bawah 70 kali/menit.

Pemeriksaan Jantung
Seperti yang telah disebutkan, bahwa MSCT – 128 Slice dapat memeriksa seluruh tubuh dengan cepat dan akurat. Bahkan jantung yang berdegup pun bisa diambil gambarnya.

Dari sekian banyak kepentingan diagnostik, pemeriksaan jantung adalah yang paling diuntungkan dengan adanya alat ini. Karena jantung merupakan organ vital manusia selain ginjal yang penting untuk aliran darah.

Dengan adanya alat ini, pemeriksaan jantung seperti pada penderita jantung koroner akan semakin baik diagnostiknya.

Keuntungan lainnya adalah kemampuan alat ini untuk melihat peredaran darah di pembuluh. “Kalau dulu, kami susah mendeteksi aliran darah. Tapi, dengan alat ini, kita bisa memeriksa aliran darah termasuk yang di jantung,” kata Dr Herlina Uinarni, Sp.Rad.

Dari sekian banyak metode pemeriksaan jantung, seperti treadmil, USG, atau radioaktif, hanya MRI dan MSCT yang mampu mendeteksi jantung sampai pembuluh darahnya. “Dengan begitu, dokter pun akan lebih spesifik dan detail melihat apa yang terjadi di jantung kita,” jelas Dr. Ramli, Sp.JP.

Alat ini sebenarnya masih merupakan bagian dari sinar X dan terinspirasi seperti mesin potong roti. Sistimnya dengan cara gambar dipotong-potong dan direkonstruksi oleh komputer,” kata Dr Herlina Uinarni.

Kalau biasanya sinar X hanya mampu melihat posisi dan ukuran jantung, tapi dengan alat ini, kita bisa melihat jantung dengan gambar 3 dimensi.

Dalam pemeriksaan jantung menggunakan alat ini, pasien terlebih dulu harus diperiksa. Terutama denyut jantungnya, apakah tinggi atau rendah. Kalau memang denyut jantungnya tinggi, ujar Dr. Ramli, Sp.JP, akan kita kasih obat untuk memperlambat. Hal ini berguna agar gambar yang akan diambil bagus dan agar diagnosanya tepat.

Pengambilan gambar dengan MSCT – 128 Slice tidak berlangsung lama. Hanya 10 detik untuk seluruh badan dan akan lebih cepat lagi kalau yang diperiksa hanya kepala atau badan saja. “Lamanya hanya waktu pemeriksaan awal yang bisa satu hari,” ucap Dr Herlina Uinarni, Sp.Rad.

Sebagai alat yang menggunakan teknologi sinar X, tentunya akan terdapat radiasi yang akan menyertainya. Namun, jangan khawatir karena MSCT – 128 Slice sudah dilengkapi dengan perangkat lunak (software) yang mampu mereduksi radiasi sampai 50%.

Lagi pula, radiasi hanya terjadi pada bagian tubuh yang akan direkam gambarnya.
Misalnya, bila yang direkam kepala, maka radiasi hanya terjadi di bagian tubuh tersebut. Dengan waktu rekam gambar yang terhitung sangat cepat, sepertinya radiasi dapat diminimalisir sekecil mungkin. “Bahkan, pemeriksaan menggunakan MSCT pun tidak masalah buat anak-anak,” ungkap Dr Herlina Uinarni, Sp.Rad.

Bagi pihak RSPIK sendiri, hadirnya alat yang harganya miliaran rupiah ini sebagai bentuk dari peningkatan pelayanan kesehatan buat masyarakat. “Sebelumnya kita memang sudah punya MSCT dari generasi sebelumnya, tapi yang ini memang sebagai wujud dari komitmen kami untuk memberikan pelayanan dan fasilitas terbaik pada masyarakat,” kata Manajer Pengembangan Sumber Daya Manusia RSPIK, Drs. Rizal Bachrum, M.Psi.

Meski murni hanya sebagai alat diagnosis, dengan adanya MSCT – 128 Slice di RSPIK, sepertinya masyarakat yang sering berobat ke luar negeri bisa tereduksi. Apalagi alat ini baru satu-satunya tersedia di kawasan asia tenggara.

Read More ..

Mencicipi Menu Sunda Pedalaman


Semaaa…
Wileujeng sumbiii…

Tamuuu…
Selamat dataang….

Greeting itulah yang terdengar setiap menginjakkan kaki di rumah makan ini. Bumbu Desa menawarkan sajian khas masakan Sunda dengan nuansa ranah Parahyangan di tengah kota.


Konsep resto dan menu yang disajikan terlihat sangat matang. Mulai tampilan gedung dan kapasitas sampai desain interiornya yang khas Sunda. Bumbu Desa dibuat dengan pelayanan dan penyajian ala kedai atau Warteg, tapi dikelola dengan profesional, modern, teaterikal, entertaining, cepat, dan experiencing.

Menurut Operation Manager Bumbu Desa Pluit, Joisma A. Soemadidjaya, konsep tersebut diterapkan di seluruh outlet Bumbu Desa. “Filosofi kami ingin menawarkan masakan khas orang Sunda. Mengajak ibu-ibu yang jago masak untuk membawa masakannya ke kota. Slogan kami ‘The Soul of Villager and Unique Dining Pleasure’,” jelasnya.

Selain ucap salam yang khas tadi, Bumbu Desa yang pertama kali berdiri di Jalan Laswi No 1, Bandung ini, memiliki interior desain yang sangat menarik. Lihat saja foto-foto hitam putih yang dijajarkan memanjang di setiap dindingnya. Di situ, terpampang beberapa aktivitas yang biasa dilakukan orang-orang desa.

Sebut saja orang yang sedang mencangkul sawah, menangkap ikan, membuat gula Jawa, menggoreng tahu Sumedang, atau menangkap ikan.

Furniturnya dipilih yang memiliki sentuhan modern, tapi masih mencirikan karakter tradisional. Seperti tempat duduk yang memiliki sandaran tinggi dan dibuat dari rajutan rotan berwarna coklat tua.

Belum lagi kalau melihat pramu sajinya. Wah, unik sekali. Wanitanya memakai kain batik khas Jawa Barat dengan tutup kepala kain, sedangkan yang laki-laki mengenakan pakaian “unyil”. Lengkap dengan kopiah di kepala dan sarung yang diikatkan di badan.

Terutama laki-laki, ada lagi seragam yang biasa digunakan, yaitu atasan hitam dengan celana panjang bermotif lurik. “Pakaian itulah ciri khas kami. Ada lagi hal lain yaitu, salam hangat di dada yang menandakan layanan tulus dari kami,” ujar Joisma.

Kedai Modern
Sejak didirikan 4 tahun lalu di Bandung, Bumbu Desa terbilang tumbuh dengan pesat. Selain di kawasan Pluit, restoran yang menyajikan menu bercita rasa asli Sunda pedalaman ini telah memiliki beberapa cabang di Jakarta dan luar kota, seperti Surabaya, Bogor, dan Cirebon. “Mendatang, kita akan buka di Serpong dan Bali,” jelas Joisma.

Setiap cabang dibuat dengan kapasitas tempat duduk yang cukup banyak dan gedung yang cukup mewah. Hal itu sengaja diterapkan agar kesan kedai modern lekat di Bumbu Desa.

Setiap orang yang hendak bersantap di restoran ini, pertama kali yang harus dilakukan adalah memilih tempat makan. Kemudian, mereka baru bisa memilih menu yang diinginkan. Terhitung sekitar 20 macam menu disajikan di atas meja panjang.

Menu-menu tersebut disajikan di atas coet/cobek (wadah yang terbuat dari batu kali berbentuk bulat) berukuran besar dan penggorengan dengan alas daun pisang. “Buat menu sayur atau tumis yang berkuah, biasanya ditempatkan di penggorengan. Sedang menu seperti ayam atau udang, ditaruh di cobek,” kata Joisma.

Nasi pun tersedia dalam berbagai pilihan. Ada nasi putih biasa, nasi liwet, dan nasi merah. Buat mereka yang memesan lebih dari 5 porsi, biasanya nasi akan disajikan menggunakan boboko (bakul nasi). Sedangkan yang hanya memesan 1 – 2 porsi, nasi akan disajikan di atas daun pisang.

Bukan restoran Sunda namanya kalau tidak ada lalapan dan sambal. Di tempat makan ini, tersedia Salad Bar dengan aneka lalapan (daun selada, terong, timun) dan berbagai sambal, seperti sambal dadag (terasi), sambal goreng, sambal oncom (sambal dicampur oncom bakar), dan sambal hijau.

Penyajian lalapan dan sambal atau yang disebut dengan menu komplimen ini pun sangat khas. Lalapan ditempatkan di pipiti (besek bambu). Sedangkan sambal bisa diambil dengan cobek kecil persegi panjang yang bisa ditempatkan dua macam sambal.

Selesai memilih menu dan lalapan, tinggal tunggu di meja yang sudah dipesan sebelumnya. Tidak berapa lama, pesanan menu pun akan datang. Pembayaran dilakukan belakangan setelah selesai makan.

Menu Khas Sunda

Berbagai menu disajikan. Pilihannya beragam dari ayam, ikan, udang, paru, babat, tahu, tempe, sampai buntil. Sayuran dan menu tumis pun tersedia macamnya, mulai sayur kangkung, tumis genjer, , terong bumbu pedas, sayur asem, karedok, sampai menu pipiti (siput) yang dimasak dengan kuah kuning.

Tapi, menu yang patut dicoba adalah Ikan Gurame Goreng, Ayam Sambal Ijo, Ayam Bumbu Desa, Udang Goreng, dan Sayur Asem.

Selain ukurannya yang cukup besar, menu Ikan Gurame Goreng yang dimasak kering ini, rasanya garing dan dagingnya berasa gurih. Menu ini disajikan dengan sambal tersendiri. Satu porsinya sudah termasuk sambal goreng yang rasanya ada campuran kencur dan daun kemangi. Sangat khas sekali.

Sedangkan Ayam Sambal Ijo, menu ini sangat menggugah selera dengan baluran cabe ijo. Rasanya sedikit asin bercampur dengan pedasnya cabe ijo. Bila menyantap menu ini, sepertinya tidak perlu lagi dicampur dengan sambal komplimen tadi.

Kemudian menu Ayam Bumbu Desa, bisa dibilang merupakan maskot menu dari restoran ini. Rasanya seperti ayam goreng biasa, tapi dominan berasa manis. Pas sekali bila dimakan dengan sambal goreng.

Jangan ketinggalan untuk mencoba menu udang goreng atau bakarnya yang terdiri dari 4 ekor satu tusuknya. Di samping udangnya yang besar-besar, dagingnya yang putih pun berasa sangat gurih dan garing.

Terakhir, bisa dipesan menu yang jarang tersedia di restoran lain, yaitu sajian pipiti/siput dengan kuah berwarna kuning yang berasa gurih. Cara memakan siput rebus ini unik dengan disedot agar daging yang berada di dalam cangkang bisa keluar. Atau bisa juga dengan menggunakan tusuk gigi.

Bila ingin mencicipi menu minuman, Bumbu Desa Pluit yang berdiri di Jalan Pluit Putra ini memiliki Es Kopyor Pajajaran yang merupakan campuran dari jagung muda, kelapa kopyor, air kelapa, dan gula putih. Atau bisa pula menjajal Es Telaga Bodas yang hanya ada di Bumbu Desa Pluit.

Harga menu di sini berkisar antara Rp 15.000 – 50.000. Namun, bila saat Anda memilih masakan apa yang akan dimakan, harga tidak tercantum di masing-masing menu. Anda baru bisa mengetahuinya setelah selesai menyantap hidangan.

Selain ruang makan berkapasitas 128 tempat duduk, Bumbu Desa Pluit juga menyediakan ruang VIP untuk 40 tempat duduk dan musholah.

Buat yang ingin memesan menu untuk dimakan di rumah atau kantor, bisa menikmati layanan antar dengan minimal order 2 – 3 boks. Menu delivery order dikemas dalam pipiti untuk setiap pesanan.

Meskipun belum lama dibuka, Bumbu Desa Pluit yang buka dari pukul 10.00 – 22.00 ini ternyata sudah memiliki banyak pengunjung. Apalagi ketika akhir pekan, banyak orang yang harus masuk waiting list. Bahkan, untuk pemesanan tempat pun harus dibatasi.

Sema mulih…
Haturnuhun…

Tamu pulang…
Terima kasih…

Read More ..

Dengkul Kopong, Kok Bisa?

Menurunnya kualitas sendi akan membatasi gerakannya. Akibatnya, tulang merubah bentuk agar dapat menahan kerusakan. Seluruh proses ini dikenal dengan sebutan Arthrosis atau pekapuran.


Menurunnya kualitas sendi akan membatasi gerakannya. Akibatnya, tulang merubah bentuk agar dapat menahan kerusakan. Seluruh proses ini dikenal dengan sebutan Arthrosis atau pekapuran.Semua orang dapat terkena perkapuran. Umumnya dimulai pada jangka umur 45 tahun ke atas dengan penderita terbanyak di atas umur 65 tahun. Perkapuran dapat timbul sejak usia muda yaitu, pada umur sekitar 30 – 40 tahun.

Gejala yang umumnya dirasakan sebagai awal dari adanya perkapuran antara lain, sakit pada waktu berdiri atau berjalan, nyeri sewaktu naik dan turun tangga, kekakuan pada sendi, terjadi pembengkakan dan adanya perubahan bentuk pada sendi.

Deteksi awal mengenai perkapuran ini dapat dilihat dari hasil rontgen pada tulang. Apabila tulang rawan rusak, bentuk kaki berubah menjadi “O” atau “X” dan adanya penonjolan perkapuran. Namun, adal kalanya rasa nyeri yang timbul dapat merupakan indikasi adanya perkapuran.

Perkapuran dapat terjadi pada seluruh sendi yang ada. Namun, sendi-sendi yang umumnya mengalami perkapuran adalah di leher, punggung bagian bawah, lutut, dan panggul.

Penanganan terhadap perkapuran ini dapat dibagi menjadi 4 tahapan. Pada tahapan pertama, ditangani dengan pemberian obat dan terapi fisik. Tahapan kedua meliputi apa yang diberikan pada tahap pertama, ditambah dengan injeksi. Pada tahapan ketiga, dilakukan arthroscopy. Dan pada tahapan terakhir atau keempat, diadakan Knee Replacement.

Perkapuran ini tidak dapat dihentikan sama sekali, tapi dapat dihambat dengan cara memperbaiki gaya hidup dan pergerakan. Karena itu, sangatlah penting untuk menjaga berat badan sedari dini. Cara berdiet yang tepat untuk menurunkan berat badan sangat dianjurkan demi menghambat terjadinya perkapuran dini.

Dengkul Kopong

Mungkin istilah inilah yang sering di dengar masyarakat mengenai perkapuran. Dengkul Kopong sering diidentikan dengan mereka yang dengkulnya “berbunyi” ketika digerakan. Meskipun begitu, sebenarnya ada beberapa sendi yang bisa terkena gejala tersebut, tapi yang populer memang dengkul.

Akibat dengkul kopong, banyak orang yang tidak kuat jalan, cepat cape, tidak bisa jongkok, dan gampang terjatuh. Sehingga sering kali menyebabkan sakit, terbatas gerakannya, dan menimbulkan ketergantungan yang tidak jarang berakhir dengan depresi.

Penyebab utama penyakit ini adalah Osteoarthrosis (perkapuran sendi), pekapuran di banyak sendi (biasanya terjadi akibat cidera/keseleo dan banyak terjadi di dunia barat), atau cedera (keseleo, kerja berat, jatuh, olah raga berat).

Dengkul kopong bisa terjadi di banyak usia, terutama mereka yang sudah menginjak usia dewasa. Tapi, menurut Dr. Franky Hartono Sp. OT, F.C.I.S dari RS Pantai Indah Kapuk, di Amerika, penyakit ini menyerang sekitar 12% usia di atas 25 tahun, 50% di atas 60 tahun, dan 80% usia di atas 75 tahun.

Cara kerja sendi dengkul sendiri sebenarnya menyerupai engsel pintu. Bila tidak ada gangguan, gerakannya mulus dan tidak bersuara. Tapi, bila dengkul berbunyi “kretek-kretek” jika digerakkan, bisa jadi merupakan gejala dengkul kopong.

Bunyi yang ditimbulkan tersebut, kata Dr. Franky adalah akibat adanya butiran-butiran tulang muda yang ukurannya bisa sebesar biji kacang kedelai. Butiran-butiran tulang muda tersebut mengganggu kerja sendi dengkul dan menimbulkan bunyi.

Solusi
Dengkul kopong tidak bisa dihindari, tapi bisa dicegah. Caranya dengan memperbaiki diri sendiri dan gaya hidup. Misalnya, dengan mengatur posisi tubuh saat beraktifitas, mengurangi berat badan dengan mengatur pola makan, menguatkan otot dan sendi dengan olah raga. “Olah raga terbaik untuk penderita adalah renang, jogging, dan jalan,” ujar Dr. Franky dalam seminar bertema “Dengkul Kopong, Kok Bisa?” yang diselenggarakan RS Pantai Indah Kapuk.

Bila gejala dengkul kopong ini sudah menyerang, bisa ditanggulangi dengan cara diobati dengan obat-obat inflamasi yang bersifat mengurangi rasa sakit. Di antara obat-obatan tersebut adalah aspirin, NSAID, Cox2-Inhibitor, dan Glucosamin Chondroitin (suplemen alami yang dapat memengaruhi tulang rawan).

Atau dengan cara disuntik dengan Hyaluronic Acid yang bersifat psikositas. Efeknya sebagai pelicin dan mengurangi tekanan serta mengganti cairan alami tubuh. “Orang sering keliru dengan suntikan ini. Mereka banyak mengira kalau Hyaluronic Acid dapat menyembuhkan, padahal tidak begitu,” terang Dr. Franky.

Namun, buat mereka yang memang ingin menghilangkan gangguan dengkul kopong, juga bisa melakukan operasi dengan cara Arthroplasty. Operasi ini akan mengganti lapisan dengkul yang aus dan bengkok dengan sendi buatan sehingga menjadi lurus kembali.

Arthroplasty atau dikenal dengan Total Knee Replacement (TKR) pertama kali dikenalkan pada tahun 1968. Di Amerika, yang melakukan operasi TKR sudah sekitar 300.000 orang setiap tahunnya. Berbeda dengan di Indonesia, masyarakat masih banyak yang takut dengan operasi ini.

Dalam operasi ini, sendi lutut akan diganti dengan yang buatan (prothese). Sendi lutut buatan ini terbuat dari Titanium atau Titanium Hitam. Dalam operasinya, di antara sendi buatan tersebut akan ditempatkan lapisan plastik yang bisa bertahan 15 – 35 tahun.

Sebelum dilakukan operasi, biasanya pasien akan diperiksa kondisi kesehatannya terlebih dahulu. “Kita akan periksa bagaimana kondisi jantung, internis, paru-paru, dan kemungkinan timbulnya komplikasi. Biasanya hal yang sering terjadi adalah pembekuan darah di pembuluh darah akibat stroke atau serangan jantung,” kata Dr. Franky.

Pemeriksaan tersebut akan berlangsung 1 hari sebelum operasi dilakukan. Kegagalan dalam operasi ini diperkirakan sekitar 2%. Tapi, menurut Dr. Franky yang pernah bekerja di RS Belgia dari tahun 1980 – 1986 ini, dokter akan bekerja semaksimal mungkin dan tidak ada kata gagal.

Kapan TKR Dilakukan?

Total Knee Replacement dilakukan bila:
- Nyeri sendi berat yang membatasi aktivitas sehari-hari, termasuk : berjalan, menaiki tangga, duduk atau bangkit dari kursi, kesulitan melangkah lebih dari beberapa blok tanpa nyeri sehingga memerlukan bantuan tongkat atau kursi roda
- Nyeri sendi sedang atau berat saat istirahat, siang atau malam hari
- Peradangan dan pembengkakan sendi yang tidak sembuh dengan istirahat atau obat
- Perubahan bentuk
- Kekakuan sendi
- Kegagalan terapi nyeri dengan obat anti peradangan seperti aspirin dan ibuprofen. Efektivitas obat ini bervariasi pada tiap orang. Kurang efektif pada artritis berat
- Tidak mampu mentoleransi efek samping atau komplikasi obat
- Kegagalan terapi lanjutan lain misalnya, suntikan obat anti radang, pembersihan cairan sendi dengan artroskopi, fisioterapi, atau tindakan bedah lain.

Tindakan pergantian sendi lutut dilakukan dengan bantuan komputer sehingga akurasinya lebih optimal. Komputer dapat membantu menentukan nilai koreksi dari sendi lutut yang sudah mengalami gangguan.

Setelah dilakukan operasi, biasanya pasien akan dapat berjalan kembali dan nyeri sendi berkurang secara nyata. Keterbatasan aktifitas hanyalah pada penekukan sendi lutut yang ekstrim misalnya, berjongkok atau duduk menekuk.

Read More ..

Mengolah Raga Sambil Rekreasi

“Dalam tubuh yang sehat, terdapat jiwa yang kuat”. Pepatah itulah yang sering didengar dalam mengolahragakan masyarakat dan memasyarakatkan olahraga. Tapi, bagaimana mau berolahraga kalau sarananya tidak ada?


Banyak jenis olahraga yang bisa kita lakukan untuk menyehatkan tubuh. Tapi, sebagian besar membutuhkan lapangan atau area yang ukurannya berbeda-beda. Sebut saja sepak bola, bola basket, bola volley, bilyar, atau bulu tangkis

Mungkin hanya jogging yang tidak membutuhkan lapangan tertentu untuk melakukannya. Kita bisa jalan cepat atau lari di sepanjang jalan raya di mana pun.

Kalau dilihat dari animo masyarakat, sebenarnya mereka masih sangat ingin berolahraga. Coba lihat saja setiap Sabtu atau Minggu pagi di beberapa ruas jalan, tidak sedikit orang yang jogging. Atau kalau mau lihat di Hutan Kota Srengseng, di sana banyak orang yang lari pagi di jogging trak yang sengaja disiapkan untuk berolahraga.

”Minat masyarakat masih sangat tinggi. Hal ini bisa dilihat saat pagi hari, khususnya pada hari-hari libur. Banyak masyarakat yang jogging. Ini membuktikan bahwa minat masyarakat masih sangat tinggi untuk berolahraga,” ucap Pengelola Foot & Food, Susan.

Senada dengan Susan, Clubs Manager Puri Bugar, Herlina, pun mengatakan kalau animo masyarakat dalam berolahraga masih sangat tinggi sekali. Ini bisa dilihat di tempatnya yang selalu ramai dikunjungi member. Mulai dari kolam renang, aerobik hingga fitnes.

Pada tahun 80 – 90an, tempat berolahraga seperti lapangan sepak bola masih mudah ditemukan di Jakarta. Tapi sekarang, langka sekali lapangan untuk bermain si kulit bundar tersebut. Sebagian besar sudah diubah fungsi menjadi tempat tinggal. Begitu juga dengan sarana olahraga lainnya.

Semakin sempitnya Jakarta disebabkan karena makin banyaknya populasi masyarakat yang mendiaminya. Sehingga membuat lapangan-lapangan olahraga tersebut tergusur secara perlahan. Bukan karena masyarakat sudah tidak mau berolahraga lagi, tapi karena ada kebutuhan yang dianggap lebih penting. Merubah lapangan olahraga menjadi tempat tinggal atau areal bisnis.

Akibatnya, masyarakat pun tidak memiliki lapangan olahraga dalam berbagai bentuk. Ketika ingin berolahraga di lapangan terbuka sambil menghirup udara segar, mereka bingung mencarinya di mana. Jakarta sudah sesak dengan gedung bertingkat dan rumah-rumah tinggal.

Akhirnya, timbul ide untuk mengomersilkan lapangan olahraga beserta fasilitasnya. Di jaman yang serba materialistis ini, semuanya dihitung dengan uang. Kalau mau keluar keringat, bayar dulu!

Trend lapangan olahraga komersil sekarang ini adalah penyewaan lapangan futsal. Lihat saja di beberapa wilayah Jakarta, hampir semuanya memiliki lapangan futsal. Di komunitas kita sendiri, penyewaan lapangan ini baru mulai berkembang sekitar awal 2007 lalu.

Semakin berkembangnya penyewaan lapangan futsal tersebut, tentunya tidak bisa dipisahkan dengan animo masyarakat dengan jenis olahraga ini. Masyarakat semakin banyak saja yang “gila” dengan futsal.

Mulai anak-anak sampai selebritis kelas atas gandrung dengan futsal. Bahkan orang-orang kantoran yang biasanya enggan berolahraga, ikut-ikutan bermain bola berlapangan lebih kecil dari yang biasanya ini.

“Bukan hanya anak-anak yang sering main futsal di sini, tapi orang-orang tua pun banyak yang senang dengan futsal,” kata Susan.

Terhitung lebih dari 6 lapangan futsal sudah bertengger di komunitas kita. Semuanya berdiri karena memang olahraga ini sedang banyak penggemarnya.

”Futsal semakin digandrungi dan membuatnya sangat diperlukan oleh masyarakat. Penggemarnya pun bukan hanya anak-anak atau orang dewasa saja, tapi orang-orang tua pun suka bermain futsal. Dengan alasan itulah, Lapangan Futsal Foot & Food didirikan,” jelas Susan.

Lapangan futsal bukan hanya didirikan di dalam ruangan, ada pula yang membuatnya di lapangan terbuka. ”Selain lapangan futsal indoor, banyak pengusaha yang membuka lapangan futsal outdoor. Itu semua karena usaha ini sepertinya memang bisa menguntungkan,” ungkap Susan.

Dalam membuka usaha penyewaaan lapangan futsal sebenarnya tidaklah murah. Untuk lapangan indoor, pastinya dibutuhkan gedung yang lumayan luas ukurannya. Belum lagi lapisan rumput sintetis yang sepertinya harus diimpor.

Biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Hitungannya bisa ratusan juta rupiah. ”Untuk membuka lapangan futsal ini dibutuhkan modal sekitar Rp 800 juta. Dalam jangka waktu 1-2 tahun, diperkirakan sudah balik modal,” ujar Susan.

Biaya sekali main yang dihitung per jam, biasanya berkisar antara Rp 150 – 250 ribu. Kalau dilihat secara individual, biaya tersebut terlintas mahal. Tapi, kalau dibagi menjadi dua tim yang bisa berjumlah 10 orang, biaya tersebut sepertinya cukup terjangkau.

Makanya, dengan besaran biaya tersebut untuk sekali main, bukan mustahil kalau Break Even Point (BEP) akan tercapai dalam 1 atau 2 tahun.

Sarana Olahraga dan Rekreasi
Selain untuk mengolah tubuh dan menjaga kesehatan, sarana olahraga bisa juga dijadikan tempat untuk berekreasi. Atau bisa pula sebagai tempat untuk menghabiskan waktu bersama anggota keluarga.

Sebut saja seperti sport center yang banyak berdiri sebagai fasilitas buat perumahan-perumahan. Di sana biasanya, bukan hanya satu lapangan olahraga yang disediakan, tapi bisa beberapa sarana olahraga.

Sesuai dengan namanya, di situlah kelebihan sarana olahraga seperti sport center. Karena disediakan berbagai sarana seperti kolam renang, bilyar, fitnes, tenis lapangan, bulutangkis, dan sebagainya, maka bila satu keluarga datang ke sana, masing-masing bisa berolahraga sesuai kesenangannya.

Lalu di mana rekreasinya? Ya, dengan datang bersama keluarga, itu sudah merupakan rekreasi. Bersenang-senang bersama keluarga sambil berolahraga.

Ambil contoh ketika satu keluarga yang beranggotakan suami, istri, dan satu anaknya. Mereka datang ke sport center yang ada fasilitas kolam renangnya. Di sana, suami dan istrinya mungkin tidak berolahraga sesungguhnya, tapi hanya menemani anaknya yang ingin bermain air. Bersenang-senang menikmati kebersamaan bersama keluarganya.

Tapi, meski begitu, ada juga keluarga yang anggotanya memang benar-benar serius berolahraga. Namun, kalo mereka datang bersama-sama, itu juga namanya rekreasi. Intinya, asal bisa melepas kepenatan dan menghilangkan stres.

Gejala tesebut bisa dilihat di beberapa sport center yang berlokasi di Kembangan dan Kebon Jeruk. Di sana, sering kali terlihat pasangan suami istri datang bersama untuk berolahraga.

“Memang banyak pasangan suami istri yang datang ke sini. Tapi, mereka biasanya datang bersama dan setelah sampai sini, mereka pisah. Satunya main tenis lapangan, satunya lagi senam aerobik,” kata Marketing Prisma Sport Club, Aries Faizal.

Keberadaan sport center yang merupakan salah satu fasilitas dari kompleks-kompleks perumahan, memiliki keuntungan tersendiri buat para penghuninya. Selain lebih lengkap, mereka pun tidak perlu jauh-jauh kalau ingin berolahraga.

Seperti Puri Bugar yang keberadaannya merupakan fasilitas dari penghuni Perumahan Taman Aries dan Puri Kencana. Atau Splash yang menjadi kelengkapan sarana olahraga warga Perumahan Semanan Indah.

Penggunanya bisa membayar dengan cara menjadi member yang biasanya berlaku selama satu tahun, atau membeli tiket per satu kali kedatangan. Biasanya, setiap sport center pasti memiliki cara pembayaran seperti itu.

Kalau ingin menjadi member, berarti pelanggannya harus membayar beberapa ketentuan, seperti uang pangkal, uang administrasi, dan uang bulanannya. Besarannya bervariasi, biasanya uang pangkal berkisar antara 1 – 2juta. Sedangkan uang bulanan berkisar antara Rp 200 – 500 ribu.

Dengan menjadi member, mereka bisa puas berolah raga di tempat-tempat tersebut. Menikmati semua fasilitas tersedia. “Dengan fasilitas yang lengkap, harga yang diberikan juga relatif terjangkau,’ ucap Aries.

Untuk uang administrasi, lanjutnya, calon member dikenakan tarif sebesar Rp 200 ribu. Sedang uang pangkal Rp 2 juta sebelum diskon 50%. Sedang biaya perorangan Rp 325 ribu/bulan, suami-istri Rp 400 ribu/bulan, keluarga Rp 450/bulan. Pembayaran dilakukan setiap 6 bulan atau 1 tahun sekali.

Berbeda dengan Splash yang berlokasi di Semanan. Di sana, tarif untuk per sekali datang antara Rp 20 – 25 ribu, tergantung harinya. Kalau mau lebih murah, bisa juga membeli voucher.

Kolam renang berkapasitas 600 - 700 orang ini mempunyai tarif umum Rp 20 ribu untuk Senin - Jumat. Sedangkan Sabtu, Minggu, dan hari libur dikenakan tarif sebesar Rp 25 ribu. Namun, tempat ini mempunyai paket menarik, hanya dengan Rp 1juta, kita bisa mendapatkan 100 lembar voucher.

Voucher yang berlaku setiap hari selama 2 bulan ini, jika dikumulatifkan cuma seharga Rp 10 ribu/lembar. ”Ini lebih efisien jika dibandingkan harus membeli tiket setiap datang,” kata Atik Riyanto.

Perawatan
Sebagai fasilitas umum yang siapa saja- asal bayar- bisa menggunakannya, tempat-tempat olahraga tersebut tentunya harus dirawat. Jika tidak, mungkin saja member atau pelanggannya bisa tidak mau datang lagi atau pindah ke tempat lain.

Tapi, sebatas mana perawatan tempat-tempat olahraga tersebut? Apa mereka juga memerhatikan kondisi peralatan olahraganya?

Menurut Aries Faizal, di tempatnya, kolam renang tidak dikuras, tapi cukup dilakukan sirkulasi dengan pengobatan. Hal itu sudah lebih dari cukup. Sedangkan untuk alat-alat fitnes, akan terus dikontrol dengan mengganti alat-alat yang sudah rusak. Kemudian kalau lapangan tenis, badminton, futsal dan basket, selalu dibersihkan secara berkala.

Sama halnya di Puri Bugar. Di tempat olahraga ini, mulai dari berdiri, perawatan terus dilakukan dengan rutin. Seperti halnya pencucian lapangan badminton yang dilakukan setiap satu minggu sekali. Sedangkan untuk alat olahraga yang sudah rusak, akan segera diganti.

Bila fasilitas olahraga bersih dan terlihat terawat, bukan tidak mungkin kalau pelanggannya bertambah banyak. Mereka akan merasa uang yang selama ini dikeluarkan untuk membeli tiket atau menjadi member tidak keluar dengan sia-sia.

Pengelola akan sangat memperhatikan fasilitas yang ada. Jika memang ada fasilitas yang harus diperbaiki akan segera diperbaiki. ”Namun jika memang harus diganti, maka kami pun akan segera menggantinya. Hal ini semata-mata untuk kepuasan pelanggan,” ungkap Susan.

Seperti lapangan futsal, lanjutnya, akan dibersihkan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan untuk menambah karet yang terdapat di lapangan, dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Bicara soal perawatan, kata Pemilik Megah Green Garden Billiar, Jonny, karyawannya selalu siap di tempat. Mereka akan selalu membantu pelanggan dalam hal apa pun. Termasuk menyapu karpet meja bilyar, jika berdebu atau kotor.

”Setiap tutup, semua fasilitas yang ada juga akan dibersihkan. Termasuk karpet meja bilyar dan mengontrol stick-stick yang sudah mulai rusak atau tidak enak jika digunakan,” tambahnya.

Kendala
Hampir semua jenis usaha pasti memiliki kendala. Hanya kadarnya saja yang berbeda-beda. Begitu juga dengan usaha sarana olahraga di komunitas kita. Ada saja kendala yang dihadapi. Dari peralatan yang sering rusak sampai kebiasaan buruk pemakainya.

Kalau di tempat saya, kata Herlina, kebiasaan buruk yang biasa dilakukan member adalah masih sering membuang sampah sembarangan. Kadang-kadang, member juga masih memberlakukan jam karet. Misalkan, meski jam operasional hanya sampai pukul 21.00, tapi ada saja member yang baru selesai jam 22.00.

Mengenai kendala, lanjutnya, hingga saat ini belum ada yang berarti. Pengelola dan member saling melengkapi. Paling hanya masalah member yang lupa jam operasional tadi saja. Untuk menghadapi hal itu, biasanya kami membicarakannya secara kekeluargaan.

Lain lagi dengan kendala yang dihadapi Aries, hingga saat ini, biaya operasional masih menjadi kendala. ”Selain biaya perawatan, kami juga sangat membutuhkan biaya untuk pengadaan alat-alat baru. Syukurnya, hingga saat ini para member masih mau menerima.

Sampai sekarang, ujarnya, para member masih terbilang sangat baik. Hal ini karena member yang ada merupakan orang-orang lama yang sudah dekat dan kenal baik. Makanya, mereka memunyai tingkat kesadaran yang sangat tinggi.

Walaupun terhitung cukup banyak fasilitas olahraga yang tersedia di komunitas kita, tapi alangkah baiknya kalau pemerintah menyiapkan fasilitas gratis buat warganya.
Sekarang ini, mungkin sudah ada jogging track di Hutan Kota atau beberapa lapangan terbuka seperti di Meruya, tapi tempat tersebut masih minim dengan fasilitas pendukung. Contoh saja di Hutan Kota, di sana susah sekali untuk menemukan toilet umum. Apalagi fasilitas pendukung lainnya.

Belum lagi di sana juga banyak orang-orang yang berdagang makanan dan minuman atau produk lainnya. Bukannya para pedagang itu menjadi faktor pengganggu, tapi citranya malah lebih condong kepada pasar murah dibanding sebagai tempat berolahraga.

Bila fasilitas olahraga tidak bisa didapat dengan mudah dan cenderung dikomersilkan, ke mana lagi masyarakat kebanyakan akan berolahraga. Dengan tersedianya fasilitas olahraga saja, masyarakat masih harus dibangun kesadarannya dalam berolahraga, apalagi sebaliknya. Bagaimana negara mau mewujudkan pepatah ”men sana in corpore sano” (dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat) kalau sarana dan fasilitas olahraganya masih minim dan sangat berorientasi bisnis.***

Read More ..

Masih Menu Bakar-bakaran dan Kepiting


Kami percaya bahwa kita mampu menghadirkan ikan di meja makan dengan tetap menjaga jumlah populasi ikan, kelestarian lingkungan dan kesehatan ekosistem laut. Bila Anda memilih dengan hati-hati hidangan laut (seafood) yang Anda nikmati, dengan cara memahami lebih jauh bagaimana pengelolaan perikanan dilakukan, Anda telah berkontribusi dalam melestarikan laut untuk masa depan.


Produk seafood Indonesia terancam kelangsungannya ketika kawasan pesisir dan perikanan karang memberi tekanan yang sangat tinggi pada populasi dan lingkungan hidup ikan.

Begitulah kira-kira himbauan dari WWF (World Wild Fund) Indonesia kepada pecinta masakan seafood. Badan internasional yang mengurus kelangsungan hidup satwa tersebut mengajak kita untuk selektif dalam memilih jenis masakan seafood yang akan dikonsumsi.

Memang, kalau dipikir-pikir, bahan baku masakan seafood yang kebanyakan diambil dari laut lepas, didapat dengan cara yang tidak memedulikan alam. Pun kelangsungan hidup satwa-satwanya sendiri.

Misalnya, Lobster dan kerapu, pada umumnya ditangkap dengan cara menyemprotkan
racun. Racun tersebut juga membunuh terumbu karang dan satwa laut lainnya.

Begitu juga dengan udang. Udang diternakkan dalam tambak, yang dibangun dengan menebang hutan bakau (mangrove) serta menggunakan bahan kimia yang buangannya dapat merusak ekosistem sekitarnya. Tanpa pohon bakau, garis pantai akan terkena erosi dan tempat perkembangbiakan alami ikan akan hilang.

Begitulah kira-kira bagaimana masyarakat harus ikut bertanggung jawab. Setidaknya ikut membantu dengan memilih menu apa yang kira-kira aman untuk dikonsumsi.

Menurut informasi yang dilansir dari situs WWF Indonesia, ada beberapa makhluk laut yang konsumsinya perlu dihindari. Di antara yang populer adalah Kerapu, Lobster/udang Karang, dan Hiu. Sedangkan yang masuk daftar harus dikurangi tingkat konsumsinya adalah, telor ikan, ekor kuning, kepiting bakau, gurita, baronang, udang, kakap, todak, dan ikan kambing-kambing.

Dengan menjaga ekosistem dan kelangsung hidup makhluk laut, sejatinya sama saja dengan menjaga kelangsungan bisnis rumah makan seafood yang menjadi tema utama dalam rubrik ini.

Tapi sayangnya, mereka-mereka yang bergelut dalam bisnis ini sepertinya belum peduli dengan hal tersebut. Padahal, bila makhluk-makhluk laut tersebut punah, apa yang akan mereka sajikan kepada konsumennya. Tidak akan ada lagi yang namanya restoran seafood.

Malah ada yang optimis kalau ikan laut dan sebagainya tidak akan punah. “Kalau sampai punah tidak mungkin. Tapi, kalau berkurang sih, bisa saja,” katanya.

Seafood Komunitas

Buat masyarakat Jakarta, mungkin bila ingin mengonsumsi seafood bisa beranjak ke daerah Muara Karang. Di sana, kita bisa puas menyantap berbagai menu seafood. Tapi, buat yang malas pergi ke tempat tersebut, bisa saja menyambangi restoran atau rumah makan seafood yang berada di komunitasnya.

Seperti di Jakarta Barat, khususnya di wilayah Kebon Jeruk dan Kembangan. Di situ, lumayan banyak berdiri tempat makan hidangan laut. Mulai yang pinggir jalan sampai restoran dengan fasilitas mewah.

Sebut saja seperti Saung Grenvil yang merupakan rumah makan seafood pertama di wilayah perumahan tersebut. Atau tempat makan pinggir jalan Sari Laut 102 yang selalu dipenuhi penggemarnya setiap hari.

Menurut sebagian besar pengusaha, prospek usaha rumah makan seafood di komunitas kita masih cukup menjanjikan. Alasan sederhananya, adalah karena masih banyak masyarakat yang menyukai menu-menu hidangan laut.

”Bisnis kuliner hampir sama dengan jasa. Pastinya akan terus dibutuhkan masyarakat. Apalagi makanan dikatakan kebutuhan primer yang membuat bisnis ini masih terbuka lebar dan akan terus berkembang. Seperti halnya Saung Resto yang setiap bulannya selalu mengalami peningkatan omset sebesar 10-15 persen,” kata Pemilik Saung Resto, Purnama.

Senada dengan Purnama, menurut Manajer D’Cost, Wawan, prospek bisnis ini masih sangat bagus. Ini bisa dilihat ketika kami pertama kali buka beberapa waktu lalu, resto ini banyak didatangi orang. Bahkan kalau weekend, banyak yang masuk waiting list.

Tapi, walau begitu, ada pula pengusaha yang berbeda pendapat. Menurutnya, tidak bisa dipungkiri, 2 tahun belakangan ini bisnis restoran seafood mengalami kesulitan. Meski tetap optimis, harga bahan baku yang tidak menentu dan mahalnya BBM membuat bisnis ini sedikit tersandung.

”Saya masih optimis dengan bisnis ini. Namun, sekarang saya agak kesulitan karena harga bahan bakunya yang tidak menentu,” ucap Pemilik Sari Laut 102, Maskur.

Sementara itu, kata Purnama, salah satu kendala bisnis ini adalah harga bahan pokok yang selalu naik. Ini karena naiknya harga BBM yang berimbas pada naiknya biaya transportasi/angkutan.

Di samping itu, ada pula yang mengaku kesulitan mendapatkan bahan baku karena adanya perdagangan bebas.

”Kendala dalam bisnis ini lebih pada susahnya mendapatkan bahan baku karena adanya perdagangan bebas. Banyak pengusaha dari negara lain sudah langsung masuk ke wilayah-wilayah Indonesia. Mereka langsung membeli kepada tengkulak-tengkulak yang mengakibatkan pengusaha Indonesia kesulitan mendapatkan bahan baku,” ujar Pemilik Saung Grenvil, Johan.

Lalu bagaimana dengan tingkat kompetisi dan sikap para pengusaha rumah makan seafood sendiri mengenai hal tersebut? Pendapat mereka berbeda-beda. Ada yang mengatakan sudah tak jamannya lagi, tapi ada pula yang menyikapinya dengan serius.

”Kalau dengan kompetitor, kita biasa-biasa saja. Malah kita bisa bilang, tidak terlalu menganggap mereka sebagai pesaing. Menurut saya, sekarang ini bukan jamannya lagi saing-saingan,” kata Fandi.

Bicara soal kompetitor, ujar Johan, kita tidak perlu takut. Dalam hal ini, terpenting adalah kualitas yang kita berikan pada konsumen. Mereka adalah orang-orang pintar yang kritis dan mengerti mana kualitas yang terbaik.

Berbeda dengan Wawan yang memilih berjalan apa adanya dalam menghadapi kompetitor. ”Dalam hal ini, kami tetap pada konsep sendiri yakni mempertahankan kualitas dan harga yang relatif lebih murah jika dibandingkan tempat lain,” ungkapnya.

Menu Paling Disuka

Ada beberapa menu favorit dalam kisaran menu seafood. Sebagian besar sangat suka dengan menu bakaran seperti ikan bakar. Selebihnya, adalah berbagai olahan menu kepiting.

Seperti yang disebutkan Purnama, menu yang paling disukai tamu di restorannya adalah menu bakaran yang rasanya lebih pada masakan Makassar.

Begitu juga dengan menu paling banyak dipesan di Sari Laut 102 yang terkenal dengan sambal cobeknya. ”Biasanya yang paling banyak dipesan adalah ikan bakar,” ucap Maskur.

Sementara itu, D’Cost yang dikatakan memiliki harga menu termurah, memiliki menu favorit Kepiting Lada Hitam. ”Karena rasanya yang sangat beda dengan tempat lain. Bukan itu saja, rasanya juga seragam dengan D’Cost di wilayah lain,” jelas Wawan.
Sama halnya dengan Rasane Pesanggrahan yang kata Fandi memunyai menu favorit Kepiting Asap.

Kemudian bila dibandingkan antara harga dan cita rasa, sepertinya sebagian besar warga komunitas lebih memilih kualitas rasa terlebih dahulu. Kalau rasanya cocok dengan lidah mereka dan dibilang enak, masalah harga nomer dua.

”Konsumen memilih menu makanan karena rasanya. Meski terkadang ada juga yang memilih menu lainnya, biasanya mereka akan kembali lagi dan memesan makanan yang biasa mereka makan,” ujar Purnama.

Biasanya, tambah Fandi, kalau pengunjung yang datang ke Rasane, memilih menu berdasarkan rasanya, bukan karena harganya.

Tapi, kalau memang ada tempat makan yang rasanya enak terus harganya juga terjangkau, mungkin akan lebih enak lagi. ”Konsumen tidak hanya memilih masakan dengan melihat harganya saja, tapi juga rasanya. Hal inilah yang ada di resto ini. Harga terjangkau dengan rasa yang lezat,” kata Wawan.

Bahan Baku dan Koki
Setiap menu masakan lezat pasti tidak bisa dipisahkan dengan kualitas bahan baku dan siapa yang memasaknya. Bahan baku yang bagus dan koki yang pintar memasak, membuat menu banyak digandrungi orang.

Oleh karena itu, setiap tempat makan seafood pun sangat berhati-hati dalam memilih bahan baku dan menjaga standar kecakapan memasak koki-kokinya.

”Dalam memilih bahan baku, dari bumbu, ikan, kepiting, sampai sayur-mayur, saya sangat selektif sekali. Seperti sayur-sayuran, saya langsung membelinya dari para petani yang berkebun. Sama halnya dengan bumbu-bumbu. Saya tidak pernah membeli bumbu jadi,” cerita Purnama.

Begitu juga dengan koki yang ada di resto ini, tambahnya, mereka bukan koki sembarangan. Koki masakan chinese food, misalnya. Dia merupakan gurunya masakan chinese food. Banyak koki-koki yang belajar dari dia.

Selain bersih dan higienis, ada pula restoran yang memiliki standar tertentu ketika memilih bahan baku. ”Pemilihan bahan baku dilakukan sangat selektif sekali. Jika memang tidak masuk dalam kriteria, seperti kualitas, termasuk beratnya, maka tidak akan kami ambil,” kata Johan.

Agar dapat menjaga kualitas, Johan pun ambil peran dalam urusan masak. Meski begitu, koki-koki Saung Grenvil pun tidak diragukan lagi kepiawaiannya dalam memasak. ”Sejak buka hingga saat ini, saya masih berperan sebagai koki bersama yang lain. Saya langsung terjun guna memertahankan kualitas rasa,” ucap Johan.

Setiap tempat makan memiliki cara yang berbeda dalam mendapatkan bahan baku. Ada yang mengambil dari suplier tertentu, tapi ada juga yang mendapatkan bahan baku dengan langsung membeli ke pasar.

”Biasanya saya atau isteri langsung belanja sendiri. Tidak mengambil dari supplier. Dengan begitu, saya bisa langsung memilih sendiri kualitas bahan baku yang mau dipake buat memasak,” ungkap Maskur.

Kalo di resto saya, Wawan menimpali, kualitas bahan baku yang ada sangat baik. Saya mengambilnya melalui suplier yang menjadi langganan resto-resto seafood lainnya.

Konsep dan Fasilitas
Beda tempat, beda konsepnya. Lain tempat, lain pula fasilitasnya. Bila tempat makan seafood didirikan di pinggir jalan, yang ada hanya kursi plastik dan meja makan seadanya. Kita bisa lihat di Sari Laut 102, warung tenda ini hanya menyediakan tempat makan seadanya. ”Konsepnya biasa saja seperti ini, suasana warung tenda dengan kursi plastik,” kata Maskur.

Tapi, kalau rumah makan dibangun di tempat permanen, tentunya akan lain konsep dan fasilitas tersedia. Simak saja apa yang dikatakan Purnama dengan Saung Bumi Permatanya.

”Konsep ruang makan lebih kepada resto keluarga. Bisa kita liat dari setiap meja yang menyediakan lebih dari 5 bangku. Tapi, ada juga ruangan tertentu yang didesain sangat romantis. Biasanya digunakan oleh pasangan muda atau eksekutif muda bersama rekan bisnisnya untuk makan siang atau makan malam,” jelas Purnama.

Selain itu, lanjutnya, resto ini juga sangat lengkap dengan fasilitas seperti function room lengkap dengan peralatan multimedia, bilyard, karaoke, dan lainnya. Ruang makan berkapasitas 100 orang. Sedangkan function room bisa dipakai untuk 200 orang. Belum lagi area parkir yang cukup luas.

Mengenai hal tersebut, antara tempat makan pinggir jalan dan restoran, memang tidak bisa disamakan. Tinggal bagaimana masyarakat memilihnya. Bila mau mengeluarkan kocek sedikit mahal, bisa makan di restoran yang bagus, tapi kalau memang bujetnya pas-pasan, bisa memilih warung tenda. Toh, yang membuat beda hanyalah suasana dan fasilitas. Mengenai rasa, biasanya beda-beda tipis.

Kemudian tentang peruntukan tempat makan atau restoran seafood komunitas, kebanyakan adalah untuk berbagai kalangan. Tidak ada yang berani mendeklarasikan hanya untuk satu usia tertentu atau kalangan. Karena hal tersebut tentunya akan membatasi jumlah konsumen. Apalagi seafood memang disukai oleh semua orang.

”Konsumen yang datang ke resto ini sangat merata. Mulai dari anak-anak, remaja, dewasa hingga lanjut usia. Namun jika hari biasa, lebih dominan kaum eksekutif muda yang menghabiskan waktu makan siang atau makan malam di resto ini, ” ucap Johan.

Menurut Wawan, mereka yang datang terbilang rata. Ada keluarga, orang kantoran, anak-anak, remaja, pejabat, dan lainnya. Hal ini disebabkan harga yang diberikan masuk kepada semua kalangan.

Sementara itu, hari dan waktu yang paling banyak digunakan masyarakat untuk mengunjungi rumah makan seafood adalah akhir pekan.

Saat-saat itu, biasanya tempat-tempat makan sesak dengan pengunjung. Apalagi bila di malam hari. ”Biasanya, rame-ramenya Rasane itu pada hari Sabtu dan Minggu sekitar pukul 19.30, karena hari-hari itu adalah hari wekeend yang digunakan masyarakat untuk mencari hiburan,” kata Fandi.

Saat akhir pekan, kata Wawan, memang paling banyak pengunjungnya. Malah sering kali pengunjung harus rela masuk dalam waiting list biar bisa makan. Padahal kapasitas resto kita sekitar 300 orang.

Dengan begitu banyaknya tempat makan seafood di komunitas, tentunya membuat masyarakat memiliki surga kuliner sendiri. Masyarakat tinggal memilih rumah makan mana yang paling disuka. Pun rasa yang sesuai dengan selera dan lidah mereka.

Tapi, yang perlu disikapi adalah bagaimana para pelaku bisnis rumah makan seafood menyiapkan dapur yang bersih dan higienis. Begitu juga dengan tempat penyimpanan bahan baku yang tidak bisa sembarangan. Jika sembrono, bisa menurunkan kualitasnya.

Ruang makan pun sebisa mungkin disiapkan dengan tingkat kenyamanan yang tinggi. Sering kali tempat makan seafood dihiasi dengan asap bakaran yang mengganggu. Sehingga setiap orang yang makan, harus bergulat dengan tebaran asap.

Meski begitu, seperti yang dikatakan salah satu pemilik rumah makan seafood di komunitas kita, rata-rata konsumen yang datang ke tempatnya adalah orang-orang pintar. Mereka bisa berpikir dan memilih rumah makan dengan pintar pula.

Dan bila rumah-rumah makan tadi tidak bisa menyikapi keinginan masyarakatnya, bukan tidak mungkin mereka akan ditinggalkan pelanggannya. Selamat bersantap!

Read More ..

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP