Sampai awal November lalu, di koran, majalah, sampai blog kerap membicarakan geng motor yang berbuat anarkis. Kebetulan yang menjadi sorotan adalah geng motor di Bandung. Pihak kepolisian sudah mendapat bukti bahwa mereka melakukan perusakan dan merekrut anggota baru dengan cara tidak manusiawi.
Awalnya, geng motor ini hanyalah sekumpulan anak-anak muda penggemar motor. Layaknya anak muda lainnya, mereka pun sering rame-rame nongkrong malam dan trek-trekan dengan memilih satu tempat sebagai posko dan meluas menguasai daerah tertentu.
Entah karena apa, mereka pun menjadi beringas, brutal, bahkan sampai berani membunuh. Ternyata, sikap mereka tersebut tidak terlepas dari doktrin yang mereka ciptakan. Mereka disumpah pada saat perekrutan dan harus mematuhinya.
Setiap anggota geng motor dalam sumpahnya, harus berani melawan polisi berpangkat komisaris ke bawah. Anggota harus berani melawan orang tuanya sendiri. Sumpah terakhir, anggota harus bernyali baja dalam melakukan kejahatan.
Demikian tiga sumpah anggota geng motor di Bandung dalam “buku putihnya” yang ditemukan polisi pada tahun 1999. Dokumen setebal 20 halaman yang diamankan Kapolwiltabes Bandung saat itu, Kolonel (Kombes-Red) Yusuf Mangga Barani, nampaknya menjadi 'sumpah' atau patokan geng motor selama ini (Poskota,25 Oktober 2007).
Wuih..! Seram juga membacanya. Meskipun sebagian besar masih siswa SMA atau SMP, mereka sudah disumpah berani melawan orang tua, polisi, dan melakukan kejahatan.
Masih menurut harian yang sama, dalam dua bulan terakhir tercatat tiga warga tewas sia-sia akibat dibantai anggota geng motor. Sebut saja Asep siswa SMA tewas dibantai kemudian mayatnya dibuang ke sungai di Celenyi Kabupaten Bandung. Kemudian Sensi anak SMA tewas dibantai geng motor dan mayatnya dibuang di selokan daerah Margahayu Raya. Korban ketiga PNS Kanwil Bea Cukai Merak Banten.
Apa yang diinginkan mereka?
Sepertinya mereka mau hidup tanpa aturan dengan memamerkan ego sendiri. Ingin hidup seperti ayam yang tidak mau tahu siapa orang tuanya. Dan tidak mau diatur seperti Harimau yang mengaku sebagai Raja Rimba. Akh, kalau begitu, mereka ingin hidup sebagai binatang dong!
Tidak juga sih, karena mereka pasti tidak mau jika harus mencari cacing di tempat sampah yang kotor atau memburu mangsa, menggigit dengan taringnya seperti Harimau tadi. Dan terakhir, tidak berpakaian. Satu yang mereka banggakan, motor dan nama gengnya.
Kalau melihat hal tersebut, jadi teringat dengan aliran sesat Al Qiyadah Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq yang belakangan dihujat karena keluar dari ajaran Islam. Masyarakat langsung meresponnya dengan melakukan sweeping buat anggota-anggotanya. Mengerdilkan mereka, bahkan mengusirnya dari tempat mereka tinggal.
Tidak berapa lama, MUI pun mengeluarkan fatwa dan pedoman identifikasi aliran sesat. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun angkat bicara dan memerintahkan perangkatnya untuk mengambil tindakan tegas terhadap aliran sesat tersebut.
Hasilnya, satu per satu anggota aliran sesat tersebut pun berhasil diidentifikasi. Ada juga yang memberikan kesaksian dan melucuti satu per satu aturan aliran mereka yang dianggap sangat rahasia.
Masyarakat pun menjadi sensitif dan sigap bila memang ada “aliran” lain yang menyalahi norma agama dan masyarakat.
Bila demikian adanya, kenapa geng-geng motor di atas tidak “dibasmi” seperti aliran sesat. Kerugian yang disebabkan sama besarnya, bahkan geng motor sudah menghilangkan nyawa orang dan vandalisme. Apa bedanya? Kenapa pihak kepolisian membutuhkan waktu lama, padahal bukti-bukti kriminal mereka sudah ditemukan sejak tahun 1999?
Kalau kita melihat dengan kaca mata “geng motor”, sebenarnya tidak semua geng motor itu berandalan. Ada juga geng motor yang justru malah melatih anggotanya untuk safety riding dan memiliki kegiatan sosial yang bermanfaat buat masyarakat banyak.
Andai kata mereka berkumpul setiap malam minggu di pinggir-pinggir jalan, bukan kegiatan kriminal atau kebrutalan yang mereka lakukan. Paling-paling hanya kumpul-kumpul membicarakan masalah teknis kendaraan atau rencana kegiatan positif mereka.
Nah, geng motor yang dimaksud di awal tulisan ini adalah geng motor sesat yang perlu dipreteli satu per satu atau sekalian semuanya. Mereka sudah mencoreng nama geng motor secara keseluruhan. Padahal tidak semua geng motor itu bermoral bejat.
Perlu kiranya ada kontrol dari masyarakat secara keseluruhan. Bersepakat mengeliminir geng-geng motor sesat yang meresahkan. Hilangkan mereka seperti membersihakan aliran sesat. Bukan apa-apa, kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin aksi geng motor sesat ini menulari Jakarta.
Tapi, tetaplah berlindung dalam koridor hukum yang berlaku. Tidak membabi buta dan main hakim sendiri. Kalau tidak begitu, akan ada dua masalah, masyarakat yang anarkis dan geng motor sesat!
Read More ..