Rasa Mie Sensasi Tempoe Doeloe

Makanan berbahan dasar mie terbilang banyak variannya. Wajar saja, karena diolah bagaimanapun, ciri khas tekstur mie yang lembut juga kenyal, tetap berasa enak apabila diracik dengan bumbu makanan apapun.

Mie ayam, adalah satu dari sekian banyak varian makanan berbahan dasar mie. Menu tersebut begitu populer dan digemari banyak orang dari berbagai usia dan kalangan. Pastinya, makanan ini mudah didapat karena penjualnya yang menggunakan grobak, kerap dijumpai di jalan-jalan. Harganya pun merakyat, satu porsinya berkisar Rp 5 - 7 ribu.

Selain penjual mie ayam gerobak keliling, makanan asal China ini juga biasa kita lihat di warung makan pinggir jalan, pusat perbelanjaan, bahkan kafe. Pada ketiga tempat itu, walau mungkin kemasan mie ayam yang tersaji sedikit berbeda dengan mie ayam versi gerobak keliling, namun kekhasan rasanya tetap sama, gurih, lezat, dan nikmat.

Sederhana tampilan mie ayam di meja makan. Begitu juga dengan cara memasaknya. Di mulai dengan merebus mie dan potongan sawi hijau segar. Selesai direbus, mie dan sawi ditaruh di mangkok yang lebih dulu diberi bumbu. Setelah itu, diberi potongan ayam kecil-kecil seukuran “biji dadu” dan ditaburkan potongan daun bawang juga bawang goreng, serta tidak lupa kerupuk pangsit.

Mie ayam akan terasa lebih nikmat saat dalam keadaan panas. Saat akan disantap, jangan lupa tuangkan saos dan sambal cabai secukupnya, sesuai selera. Kemudian, mie ayam diaduk hingga merata dan siap disantap.

Mie Favorit
Banyak tempat yang menyediakan mie ayam. Waroeng Jadoel misalnya, warung makan yang berlokasi di Mal Taman Palem Cengkareng ini memang memfavoritkan mie ayam sebagai menu andalannya. Satu pembeda mie ayam di sini adalah bumbunya yang terbuat dari kaldu ayam asli. Dapat dipastikan, rasanya lebih enak dan gurih.

Deretan menu makanan berbahan dasar mie yang ditawarkan Waroeng Djadoel meliputi, Mee Ajam Djamoer, Mee Ajam Ritja, Mee Mangkok, Mee Kangkoeng, Mee Katsoe, Baso Tjampoer, dan Baso Sapi. Dari menu-menu tersebut, Mee Ajam Djamoer, Mee Mangkok, Baso Tjampoer, dan Mee Kangkoeng menjadi pilihan favorit pengunjung.

“Baso Tjampoer tidak ada matinya, selalu laku. Satu porsinya berisi baso sapi, baso ikan, otak-otak, kekian (seperti otak-otak ikan), sawi putih, jamur kuping, tahu isi, dan satu porsi nasi di mangkok kecil. Kami sediakan nasi untuk mengakomodir mereka yang suka makan baso dicampur dengan nasi, ” kata Pemilik Waroeng Djadoel, Ferry Gunawan.

Lain lagi dengan Mee Mangkok, menurut Fery, Mee Mangkok disajikan lebih unik. Mangkok sebagai wadah mie dibuat dari kerupuk pangsit bertekstur krispi. Penikmat Mee Mangkok akan mendapatk sensasi berbeda karena mangkoknya bisa disantap juga.

Berbeda dengan Mee Djamoer, bagi yang suka mie ayam dengan potongan ayam, bisa memilih menu ini karena potongan ayam dan jamurnya tersaji dalam porsi jumbo. Alternatif lain adalah Mee Ayam Rica-Rica yang memiliki cita rasa daging ayam berbeda karena dimasak ala rica-rica.

Ferry yang hobi dengan dunia kuliner ini memastikan, penyajian setiap item makanan tidak lebih dari 5 menit. Pengecualian jika akhir pekan, penyajian bisa mencapai 15 menitan, maklum saja karena pada saat itu ramai pengunjung.

Sebagai pelepas dahaga, Waroeng Djadoel menyediakan minuman dingin menyegarkan seperti, Es Cingcau dan Es Cokelat, Green Day (leci soda), dan Red Berry (stroberi soda).

Tidak terlalu mahal bila melihat kisaran harga makanan dan minuman yang ditawarkan warung ini. Bilangannya berkisar antara Rp 7 ribu – 12 untuk makanan, sedangkan minuman antara Rp 5 ribu - 10 ribu.

Suasana Tempo Dulu
Berada di Waroeng Djadoel, Anda seperti mendapatkan 2 sensasi sekaligus. Pertama, karena sensasi kelezatan mie ayamnya, kedua, karena sensasi suasana interior ruangannya yang bernuansa tempo dulu. Menyantap mie ayam sembari menikmati atmosfir suasana tempo dulu memang menjadi tema konsep yang diusung Waroeng Djadoel.

Hal tersebut bisa dilihat pada dinding ruangan yang dibuat persis seperti warung makan di pedesaan pada umumnya. Setengah dinding ruangan didesain dengan ornamen bilik bambu, sedangkan setengahnya lagi dibuat dengan batu kerikil kali.

“Mengingat keberadaan Waroeng Djadoel di mal, kami tidak bisa merubah dinding dengan bilik bambu dan batu kerikil kali asli. Sebagai alternatif, kami menggunakan wallpaper bergambar bilik bambu dan batu kali kerikil dengan tingkat kemiripan 90 persen,” cletuk Warni isteri Ferry.

Aroma tempo dulu kental terasa saat Anda memesan mie ayam. Pada semua tulisan di daftar menu makanan menggunkan ejaan tempo dulu. Pun saat mata tertuju memperhatikan setiap sudut ruangan, banyak pajangan lawas di situ.

Sebut saja seperti pigura dengan gambar desain iklan tempo dulu, satu set kotak berukuran kotak P3K dinding yang berisi merek rokok “ndeso” nan langka, dan masih banyak lagi pernak-pernik lawas lainnya.

“Bagi mereka yang pernah mengalami masa itu, berada di Waroeng Djadoel seperti bernostalgia. Lain bagi mereka yang tidak mengalami jaman itu, tapi paling tidak bisa menambah wawasan pengetahuan,” terangnya.

Selesai makan dan menikmati suasana Waroeng Djadoel, Anda juga bisa membawa buah tangan dan banyak macam pilihannya. Terunik, Waroeng Djadoel menjual aneka cokelat tempo dulu seperti, cokelat Superman, cokelat koin, cokelat bola, dan cokelat payung.

Tertarik merasakan sensasi kelezatan mie ayam dan atmosfir suasana tempo dulu di Waroeng Djadoel ? Jika tertarik, datang saja ke Waroeng Djadoel yang buka setiap hari pukul 11.00 - 19.00.

Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP