Pria, Wanita, dan Anjing Laut
Beberapa hari yang lalu, saya sedang menikmati film dokumenter di Animal Planet tentang kehidupan anjing laut. Di saat musim kawin, anjing laut akan berkumpul di sebuah daratan atau pulau kecil. Sang betina akan berusaha menarik perhatian pejantan, dan sebuah acara kompetisi pun diadakan di pulau itu.
Para pejantan saling bergulat untuk menunjukkan kebolehan, kegesitan, dan kekuatannya. Untuk pejantan yang memenangkan pertarungan, sang betina memperbolehkan sang jantan kawin dengannya.
Dari kisah anjing laut di atas, bisa kita ambil kesimpulan: sang betina menyukai pejantan yang lebih unggul dari pejantan lain, karena sang betina menginginkan keturunan yang unggul. Selain itu, sang pejantan yang memenangkan kompetisi tersebut membuktikan bahwa ia mampu menjaga dan melindungi sang betina dan anak-anaknya kelak.
Tidak hanya anjing laut saja yang mempunyai ritual-ritual sebelum masa perkawinan. Banyak sekali contoh ritual dari hewan-hewan lain yang mempunyai ritual yang lebih unik dan beragam untuk mencari pasangan.
Pada prinsipnya, kehidupan romansa kita sebagai manusia juga tidak berbeda jauh dengan anjing laut dan hewan-hewan lainnya. Karena manusia memang sama-sama berada dalam klasifikasi kingdom animalia atau metazoa dengan hewan-hewan tersebut. Tapi, karena kita mengalami proses evolusi yang lebih sempurna dan kompleks, budaya dan ritual romansa kita pun jauh lebih berkembang dan rumit.
Coba Anda ingat saat-saat di mana Anda menjalin hubungan yang cukup dekat dengan seorang wanita, mungkin PDKT, TTM atau pacaran. Pasti sering muncul masalah-masalah yang terjadi di antara Anda dan dia, yang kalau dipikir secara logis, sebenarnya masalah-masalah tersebut sangat sepele bahkan tidak penting. Tapi justru malah menjadi sebuah masalah besar, contohnya: masalah terlambat, sms atau telpon, cemburu-cemburuan, dsb.
Setiap ada masalah, Anda langsung berusaha memberi alasan dan memberi solusi yang masuk akal. Tapi meskipun semua alasan Anda logis, seperti satu tambah satu pastilah dua, wanita sepertinya tidak bisa mengerti. Akibatnya, banyak pria yang beranggapan bahwa wanita itu makhluk yang over sensitif, emosional, dan jarang menggunakan logika dengan baik dalam melihat permasalahan. Tapi itu adalah anggapan yang sebenarnya tidak relevan karena mereka juga diciptakan memiliki volume otak yang sama dengan pria.
Mungkin memang sebenarnya Anda tidak bersalah pada si dia, tapi sebenarnya Anda sudah melakukan kesalahan terhadap DIRI ANDA SENDIRI.
Justru wanita adalah makhluk yang cerdas. Semua masalah dan komplain yang diberikan pada Anda adalah sebuah cara yang dilakukan wanita, secara sadar atau tidak, yang saya sebut sebagai 'studi kelayakan berkala'.
Mekanisme ini akan menjadi malapetaka bagi pria, apabila kita tidak mengerti dan tidak menyadari fungsi tersebut. Dari persoalan-persoalan kecil yang tidak penting inilah mekanisme tersebut secara otomatis diaktifkan, yang memicu si wanita melakukan sebuah "studi kelayakan" secara berkala pada Anda, yang muncul dalam bentuk keributan dan masalah-masalah yang diberikan si wanita pada si pria.
Dengan memberikan banyak masalah dan komplain yang membuat sakit kepala Anda, si wanita mencoba menguji dan menilai kelayakan Anda sebagai seorang pria yang unggul. Apabila masalah sepele yang diberikan si wanita saja tidak mampu Anda tangani, maka dia pun akan menganggap Anda tidak akan mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang lebih besar, persoalan dalam hal-hal lainnya yang mungkin akan dihadapi di masa depan.
Mungkin ini adalah cara yang tidak cerdas dan mengada-ngada menurut pandangan Anda sebagai pria, tapi menurut wanita ini adalah cara cerdas untuk menjamin kelangsungan hidup si wanita, keluarganya, dan keturunannya. Karena itu, wanita HARUS terus memberi masalah demi masalah pada Anda. They can't help it! Ini adalah kenyataannya.
Apabila kemudian si wanita sudah menganggap Anda tidak mampu dan gagal membuktikan kompetensi Anda sebagai seorang pria yang mampu mengatasi "studi kelayakan" yang diberikannya, maka si wanita secara sadar atau tidak, akan berusaha dan mencoba mengambil alih fungsi dan peranan Anda sebagai pria.
Anda bisa lihat hal ini terjadi di sekitar Anda. Hubungan-hubungan di mana pihak wanita menjadi pihak yang dominan, yang menentukan segala sesuatu dan memegang tali di leher si pria. Sebuah hubungan yang mirip seperti Paris Hilton dengan Tinkerbell, anjing chihuahua kesayangannya. Karena telah banyak berinvestasi energi dan emosi serta menghabiskan waktu bersama-sama, si wanita memang menyayangi si pria. Tapi itu adalah rasa sayang yang sama yang Anda rasakan terhadap anjing atau kucing tercinta Anda, atau seperti rasa sayang majikan pada anak buahnya yang telah lama bekerja keras untukknya dengan setia. Itu BUKAN rasa sayang dan kagum seperti seorang ratu memandang rajanya.
Yang mana yang kerap Anda alami?
Karena Anda dianggap tidak layak, kemungkinan yang paling bagus adalah dia akan meninggalkan Anda dan mencari pria lain yang lebih kompeten. Dan Anda akan terbebas sementara sampai akhirnya Anda menemukan 'majikan' baru. Sedangkan kemungkinan yang terburuknya adalah, Anda akan selalu berada di bawah kendali si wanita selamanya.
Yang manapun yang terjadi, akhirnya Anda hanya bisa meratapi nasib Anda sendiri di ujung kamar Anda yang gelap, suram dan kelam, sambil menyalahkan si wanita. Padahal Anda sudah mengorbankan banyak hal demi si wanita. Anda sudah membuktikan ketulusan cinta, dan membuang segala harga diri Anda demi dia. Tapi semua kebaikan Anda itu tidak ada artinya lagi, apabila Anda sudah di pandang sebelah mata oleh si wanita, karena dianggap tidak layak dalam menjalankan peranan sebagai seorang pria.
Saya ingin mengajukan satu saran untuk merespon studi kelayakan wanita yang sedang Anda dekati: sadari apa yang sedang terjadi dan cari cara menonaktifkan alarm tersebut dengan cara cerdas, tepat dan dewasa sehingga sang wanita melihat Anda lulus dan terbukti menjadi pasangan terbaiknya.(Hitman System)