Apa Pentingnya Beriklan di Media Komunitas?
“Mati satu, tumbuh satu lagi”, satu toko ditutup, tidak lama setelahnya, akan ada toko lain yang coba mengais rejeki di tempat yang sama.
Perkembangan dunia usaha di beberapa wilayah seperti Serpong, Pluit, Muara Karang, Kembangan, dan Kebon Jeruk, tidak terlihat surutnya. Meski banyak yang gulung tikar, tidak membuat pengusaha-pengusaha lokal bergeming untuk merintis usaha.
Arti pengusaha lokal dalam tulisan ini adalah mereka yang coba menyediakan kebutuhan masyarakat di suatu daerah tertentu yang boleh kita sebut sebuah komunitas. Misalnya pemilik toko atau restoran di sepanjang Jalan Pesanggrahan, Kembangan, Jakarta Barat. Mereka adalah pengusaha lokal yang memiliki segmentasi pasar yang lebih menyudut pada masyarakat yang tinggal di sekitar tempat usahanya. Sebut saja masyarakat yang tinggal di Perumahan Taman Aries, Puri Indah, atau masyarakat Srengseng.
Begitu juga dengan beragam usaha di sepanjang Jalan Muara Karang Raya, Jakarta Utara, target audiens mereka tidak lain adalah masyarakat yang tinggal tidak jauh dari jalan tersebut. Terutama mereka yang tinggal di beberapa perumahan mewah di komunitas itu.
Semakin terkonsentrasinya pembangunan properti tempat tinggal dan bisnis di satu wilayah, seakan menciptakan teritorial tersendiri bagi masyarakatnya. Tingkat kepadatan lalu-lintas dan kesibukan masing-masing individu pun turut membuat masyarakat semakin inklusif. Pesatnya perkembangan di masing-masing komunitas, membuat mereka tidak perlu lagi berjalan jauh mencari kebutuhan hidup. Cukup di sekitar tempat tinggalnya.
Fenomena ini, semakin terasa ketika kita melihat wilayah Serpong, Tangerang. Daerah pinggiran Jakarta ini dikatakan sebagai kota satelit yang mampu mandiri memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Lihat saja di sepanjang Jalan Raya Serpong. Beratus-ratus ruko berdiri di jalan tersebut. Pengusaha-pengusaha lokal di sana tidak berharap konsumen dari Jakarta Utara yang sengaja datang hanya untuk membeli sepiring nasi goreng sebagai sarapan paginya. Tapi, mereka lebih berpikir pada pemenuhan kebutuhan masyarakat yang tinggal di Perumahan Bumi Serpong Damai, Alam Sutera, atau Villa Melati Mas.
Media Komunitas
Pengusaha lokal boleh bermimpi mendapat pembeli dari orang-orang sekitarnya atau mengharap lalu-lalang kendaraan di depan tempat usaha. Tapi, hal itu saja tidak cukup, mereka membutuhkan “corong” untuk mengenalkan produk dan jasanya pada masyarakat. Dibutuhkan sebuah media massa yang tepat dan memiliki target pembaca sama dengan target pasar mereka. Tidak bisa hanya mengandalkan “traffic jalanan”, namun harus pula didukung dengan cara mengiklankan diri.
Beriklan, langkah inilah yang harusnya dipertimbangkan pengusaha lokal. Bagaimana masyarakat tahu kalau produk yang dijual tidak diinformasikan? Bagaiman brand sebuah produk bisa diketahui khalayak ramai kalau tidak pernah diiklankan? Dengan beriklan, mereka bisa memengaruhi pikiran orang lain tentang produk yang dijualnya. Hanya dengan iklan, pengusaha lokal bisa memenangkan persaingan antar produk di pasaran.
Memang, ada biaya yang harus dikeluarkan, tapi besarannya bisa dihitung sebagai sebuah investasi. Terkadang, masih banyak pengusaha lokal yang urung beriklan karena melihat besaran rupiahnya. Padahal, advertising itu tidak bisa dianggap sebagai produk yang dibeli, lalu dijual, dan langsung mendapat untung. Iklan merupakan investasi jangka panjang yang manfaatnya tidak bisa langsung dirasakan sekejap mata.
Dalam penempatan iklan, pengusaha lokal harus menghitungnya dengan matang. Seperti telah disebutkan, ketahuilah target pasarnya agar tepat memilih media untuk beriklan. Bila target pembeli adalah masyarakat di wilayah tertentu, ada baiknya beriklan di media komunitas yang target pembacanya sama.
Media komunitas adalah media lokal yang memiliki karakteristik berbeda dengan media nasional. Target pembacanya, masyarakat di mana media komunitas itu berdiri. Bila ada media komunitas di wilayah Puri Indah, berarti target pembacanya adalah masyarakat yang tinggal di Puri Indah dan sekitarnya. Dengan begitu, target pembacanya sama dengan target pasar pengusaha lokal di wilayah tersebut.
Di sinilah titik temu pengusaha lokal dan media komunitas, tingkat penetrasi pemasangan iklan di media komunitas akan lebih tinggi karena ada kesamaan target. Apalagi kebanyakan media komunitas bersifat gratis. Diberikan cuma-cuma agar jumlah pembacanya tidak terbatas hanya pada siapa yang membeli media tersebut. Artinya, jumlah pembaca tidak berkurang setiap kali penerbitan.
Hanya saja, perlu dipahami bahwa tingkat efektifitas beriklan juga ditentukan oleh kebutuhan masyarakat pembacanya. Bila masyarakat sedang membutuhkan produk yang diiklankan, dampak pemasangan iklan akan sangat terasa. Tapi, ketika tidak dibutuhkan, pemasangan iklan jangan diartikan sebagai tindakan “buang-buang duit”.