Bingung Tentukan Harga
Tanya:
Pak Rusman, sekarang ini saya baru merintis usaha jasa fotografi. Cakupan jasa saya seputar pemotretan pre wedding, wedding, produk, dan liputan acara. Setiap orang yang memakai jasa saya bisa memilih, apa hanya membutuhkan file foto atau sekalian sama hasil cetak fotonya yang sudah diberi frame atau pendukung foto lainnya.
Sampai sekarang, belum banyak orang yang memakai jasa foto saya. Tidak tahu apa alasan pastinya, tapi kebanyakan ada yang bilang harganya kemahalan. Padahal, banyak fotografer yang menawarkan harga yang jauh di atas saya, tapi bisnisnya lancar-lancar saja.
Terus terang, saya juga mengalami kendala dalam menentukan harga. Apalagi fotografi ini bersangkutan dengan urusan seni yang katanya susah untuk diukur dengan uang. Terkadang, sebelum menentukan harga, kita juga harus melihat dari kondisi keuangan calon klien dan sejauh mana apresiasi dia terhadap hasil foto.
Bagaimana menurut Pak Rusman mengenai masalah saya ini? Apa yang harus saya tempuh terlebih dahulu? Apa saya harus banting harga biar mendapat banyak klien? Terima kasih sebelumnya.
Jawab:
Bapak Aryo M. Hasan di Kembangan Utara, ijinkan saya menggarisbawahi kata-kata Anda yang berbunyi baru merintis usaha jasa fotografi. Dengan kata-kata tersebut, saya simpulkan bahwa Anda memang seorang pendatang baru di bisnis ini.
Nah, sebagai “new comer”, lazimnya Anda harus melakukan serangkaian kegiatan awal terlebih dahulu dalam rangka penetrasi dan “self branding” di sebuah industri yang baru Anda kenal, sekaligus baru mengenal Anda. Jangan risau kalau banyak fotografer lain memasang harga jauh di atas Anda dan bisnisnya lancar. Karena dapat dipastikan mereka adalah pemain-pemain lama (senior) yang telah mapan dengan jaringannya.
Pertanyaan yang mesti Anda lontarkan pada diri sendiri adalah: “Seberapa piawaikah saya dalam fotografi, yang dengan itu saya pantas menetapkan sebuah harga tertentu?”
Yang jelas, Anda harus mengenal diri sendiri terlebih dahulu. Dalam dunia bisnis yang sepenuhnya mengandalkan keahlian, mau tidak mau Anda harus memiliki, mengetahui serta meningkatkan secara terus menerus keahlian dimaksud.
Guna mengetahui dan sadar seberapa tinggi kemampuan Anda, coba hubungi mereka yang benar-benar ahli fotografi. Berikan beberapa contoh karya Anda, dan minta mereka menilainya. Benar bahwa keahlian dalam fotografi tidak hanya menyangkut hal-hal teknis saja, tapi justru lebih melibatkan faktor seni. Pertajamlah sense of art (naluri seni) dalam bidang foto-memfoto, karena hal tersebut akan memungkinkan Anda menyesuaikan rate harga sesuai dengan tinggi-rendah nilai seni yang mampu Anda persembahkan pada klien. Jangan sungkan untuk minta pendapat para ahli mengenai hal itu.
Coba juga melakukan beberapa sesi pemotretan secara sukarela (gratis) pada berbagai kesempatan, seperti upacara perkawinan atau wisuda sahabat-sahabat Anda. Lalu minta pendapat mereka sebagai pengguna jasa yang awam, seberapa puas perasaan mereka terhadap karya Anda.
Selanjutnya, kenali pasar itu sendiri. Eksplorasilah berbagai informasi penting, seperti berapa rentang harga yang berlaku di pasaran saat ini, tren fotografi yang sedang “in”, siapa saja pemain-pemain yang ada, serta ke mana arah selera konsumen dari saat sekarang sampai 1 – 2 tahun ke depan.
Dari titik ini, Anda dapat menentukan “positioning” yang hendak Anda ambil, apakah hendak menggarap segmen menengah ke atas, atau sebaliknya menengah ke bawah. Berapa rentang harga yang hendak Anda terapkan, dan apa saja keuntungan beserta nilai tambah yang akan diperoleh konsumen dengan harga itu. Sesuaikah cost-benefit ratio yang akan diterima calon konsumen nantinya?
Sekali Anda sudah menentukan positioning dan harga jasa Anda, jangan sekali-kali merubahnya atas desakan konsumen. Kalau terlalu mudah menaik-turunkan harga, Anda akan terkesan tidak profesional. Apalagi praktik banting harga, sebaiknya haramkan saja manuver seperti itu. Karena lebih banyak terjadi, praktik banting harga hanya menjadi aksi bunuh diri bagi si pelaku.
Kalau pada suatu kesempatan Anda terkendala dengan kondisi keuangan pelanggan atau pun tingkat apresiasinya yang rendah terhadap hasil foto, maka Anda dapat memberikan kesempatan untuk menikmati “harga perkenalan” terlebih dahulu, yaitu dengan jalan memberikan diskon istimewa. Jangan memberikan penurunan harga, karena dapat merusak reputasi Anda sendiri yang sudah menetapkan diri pada positioning tertentu. Dengan demikian, dapat diharapkan bahwa pada akhirnya pelanggan mengerti akan kualitas karya Anda dan mau membayar penuh sesuai rate yang sebenarnya. (Rusman Hakim)