Fesbukisme dan Produktifitas
Jangan ditanya bagaimana Facebook (FB) menjadi situs jejaring sosial yang begitu fenomenal. Penggunanya bukan hanya dari kalangan ABG, tapi juga artis sampai kalangan pejabat. Namun, di balik kepopulerannya tersebut, FB menyimpan sisi negatif yang membuat manusia menjadi tidak produktif.
Sebut saja Anto yang bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta. Karena tuntutan pekerjaan, dia pun terbiasa mengoperasikan komputer dan tahu cara menggunakan internet. Kebetulan di tempatnya bekerja, akses internetnya tidak terbatas alias unlimited sehingga dia bebas menggunakan internet setiap hari.
Mengetahui kalau sekarang ini FB sedang mewabah dan banyak teman-temannya yang sering membicarakannya, maka Anto pun ikut-ikut membuat akun buat dirinya sendiri. Singkat kata, dia pun bisa berkelana di dunia yang dibuat Mark Zuckerberg tersebut. Berbagai teman dari penjuru dunia bisa dikenal Anto melaui FB. Begitu juga dengan teman-teman lamanya di sekolah dan universitas.
Setiap harinya, dia semakin tenggelam dalam dunia FB yang sekarang ini sudah memiliki 200 juta anggota sejak awal April lalu. Entah hanya sekedar meng-up date status atau membalas berbagai komentar yang ada di halaman FB-nya. Tanpa disadari, hal tersebut ternyata telah menyita banyak waktu kerja sehingga membuat Anto tidak produktif dan menurun kualitas kerjanya.
Bukan hanya di kantor, diluar pun, Anto tidak segan-segan “bermain” FB melalui BlackBerry-nya. Bila di rumah, kafe, atau mal, Fesbuk selalu berada digenggamannya. Akhirnya, dia pun lupa dengan orang-orang di sekitar.
Anto tidak pernah lagi sekedar mengobrol dengan orang yang duduk semeja ketika sedang menikmati ice capucinno di kafe. Di rumah pun dia tidak lagi punya waktu untuk bersosialisasi dengan tetangga. Setiap hari, hanya ada FB di matanya.
Fenomena dan trend sikap yang ditimbulkan FB memang sedang banyak disorot orang. Tidak sedikit dari mereka bertanya mengenai sisi negatif yang ditimbulkan. Sampai-sampai ada yang menyebut facebooker (sebutan buat orang yang sering berlama-lama dengan Facebook) sebagai orang “autis”. Orang yang sibuk dengan urusan dan kesenangannya sendiri tanpa peduli orang di sekitarnya.
Memang, bila tidak disikapi dengan bijaksana, FB bisa berubah menjadi perangkap yang membuat kita ketagihan. Layaknya minuman beralkohol, judi, atau mariyuana. Kita seakan tidak bisa lepas dan terjerat di dalamnya.
Popularitas FB pun terhitung cukup cepat dan menyebar bagaikan virus flu. Lihat saja berapa jumlah anggota FB sekarang. Hanya dalam waktu kurang lebih 4 tahun, anggotanya sudah mencapai lebih dari seluruh jumlah penduduk Indonesia.
Dari Skala Kampus
Pertama kali, FB yang diluncurkan 4 Februari 2004 ini, hanya digunakan oleh mahasiswa Harvard College. Namun, dalam tempo beberapa bulan, keanggotanya melebar ke berbagai universitas di Boston. Setahun kemudian, berbagai email universitas yang memiliki alamat (seperti .edu, .ac,.uk, dll) dari berbagai penjuru dunia, pun dapat bergabung di situs jejaring sosial ini.
Baru pada 11 September 2006, setiap orang yang memiliki alamat email, dapat menjadi anggota FB dalam jaringan menurut sekolah, tempat kerja, dan wilayah geografis. Perkembangan pesat FB yang ditaksir memiliki nilai ekonomi sebesar $15 miliar ini terlihat ketika peringkatnya melonjak dari posisi ke-60 menjadi ke-7 sebagai situs yang paling banyak dikunjungi periode September 2006 – September 2007. Sekarang, FB sudah mampu mengejar situs jejaring sosial pertama di dunia, MySpace.
Kepopuleran FB di dunia tidak lepas dari fasilitas dan kenyamanan FB yang pernah menampik tawaran Yahoo seharga $US 1 miliar. Kuncinya adalah interaksi antar anggota. Seperti halnya situs-situs di era Web 2.0, FB juga menawarkan interaksi aktif buat para anggotanya. Sehingga anggotanya bisa menjalin komunikasi layaknya di dunia nyata.
Facebook bukanlah situs yang hanya menyajikan interaksi biasa. Para anggotanya bisa mengisi dengan bebas halamannya. Tapi, hal yang menarik dari FB adalah kemampuannya dalam memberikan fasilitas add friend (tambah teman) yang tidak sembarangan. Berbeda dengan situs jaring sosial lainnya, FB bisa menyortir tambah teman berdasarkan yang diinginkan oleh anggotanya. Berdasarkan teman sekolah, kampus, atau letak geografis.
Positif dan Negatif
Bila kita mengatakan FB sangat memengaruhi produktifitas dan kinerja, bahkan bisa menyebabkan seseorang seperti manusia autis, tidak sepenuhnya benar. Karena, seperti diketahui bersama, Barack Obama bisa menjadi presiden Amerika karena salah satunya berkat jasa FB juga.
Pria yang pernah tinggal di Indonesia tersebut menggunakan FB sebagai salah satu media kampanyenya. Begitu juga dengan beberapa calon legislatif di Indonesia dalam masa kampanye yang lalu. Tidak sedikit dari mereka mencoba berkampanye dan sosialisasi diri melalui FB. Belum lagi beberapa pengusaha atau entrepreneur yang berhasil melebarkan jaringan bisnis atau mendapat klien dari FB.
Artinya, FB yang merupakan bagian dari perkembangan teknologi situs internet, memang bagai “pedang bermata dua”. Satu sisi bisa bermanfaat, di lain sisi bisa pula melukai kita. Selain efek negatif yang telah disebutkan, di luar negeri pun sudah ada penelitian yang menyebutkan kalau anak sekolah atau mahasiswa terlalu sering “bermain” dengan FB, bisa menyebabkan nilai di sekolah atau kampus menurun.
Di sinilah perlu adanya kebijaksana dari pengguna FB dewasa (orang dewasa) dan juga pengawasan dari orang tua dan lingkungan bagi pengguna yang masih dikategorikan anak-anak atau remaja sekalipun. Jangan sampai perkembangan teknologi seperti ini dijadikan “kambing hitam” karena penggunanya yang tidak bisa mengontrol diri. Tidak bisa memilah hal-hal yang positif dan menomerduakan prioritas pekerjaan atau kehidupan.
Sejatinya, FB yang memiliki motto “Give people the power to share and make the world more open and connected ” ini bukan untuk membuat dunia menjadi lebih sempit, tapi seharusnya membuat penghuni dunia lebih mudah berhubungan, bergaul, berkenalan di manapun berada.