Welcome to The Jungle

Baris kata di atas bukanlah judul lagu kesohor dari band heavy metal Guns ‘N Roses yang sempat terkenal di era 90-an. “Selamat Datang di Hutan” merupakan ungkapan buat kita yang akan memilih saat Pemilu nanti. Kita akan dihadapkan pada pilihan di dalam bilik suara yang diibaratkan dengan hutan belantara.

Kenapa bilik suara disamakan dengan hutan? Ya, karena di situlah kita bisa menjadi tidak tahu, asal pilih, dan bingung siapa atau apa yang harus dicontreng. Sama saja dengan kita yang tersesat di hutan. Tidak tahu jalan mana dan siapa yang akan membawa kita keluar. Padahal, dari situlah nasib dan perjalanan negeri ini ditentukan.

Tersesat memang bukan hal yang menyenangkan, apalagi kalau di hutan. Bila ada orang yang bisa ditanyai, mungkin kita akan keluar dari hutan dengan selamat. Itu pun kalau orang tersebut memang benar-benar tahu jalan keluarnya. Kalau tidak, kita akan terus tersesat, bahkan bisa saja semakin jauh ke dalam hutan.

Saat ini, mungkin sudah ada Caleg atau Parpol yang mengutarakan misi dan visinya bila terpilih nanti. Keduanya merasa sudah punya formula tersendiri keluar dari kondisi sekarang yang dalam pandangannya masih saja salah. Mereka berlomba mengajak, memberi janji, dan keriaan pada masyarakat untuk memilih diri mereka dan bersama keluar dari kenyataan hari ini.

Bukan hanya ajakan, mereka pun sudah menggelar “karpet merah” di hutan. Orang yang tersesat malah seperti “raja hutan”. Karena banyaknya Caleg dan Parpol yang ikut serta dalam Pemilu 2009 ini, hutan pun menjadi ramai. Tidak sepi seperti dulu lagi.

Begitu juga dengan binatang-binatang hutan, mereka tak terlihat lagi batang hidungnya. Mereka membiarkan para Caleg dan Parpol mencari orang hilang untuk diajak keluar dari hutan. Sama halnya dengan rumput, pepohonan, semak belukar, dan tetumbuhan lainnya. Mereka rela ditempelin poster, spanduk, baliho, dan stiker yang berguna untuk memberi petunjuk bagi orang-orang tersesat.

Binatang dan tetumbuhan hutan sudah mengerti kalau setiap 5 tahun sekali, hutan mereka akan semrawut, acak-acakan, dan kotor. Mereka juga tahu kalau lebih dari 170 juta orang akan tersesat dalam periode tersebut.

Tapi, dalam keramaian hutan, orang yang tersesat bukan menjadi tenang, mereka malah menjadi bingung dan bertanya-tanya. Siapakah orang yang memang benar-benar mengetahui seluk beluk dan bisa mengeluarkannya dari hutan. Mereka semua mengaku ahli dalam bidangnya, tahu jalan pintas keluar hutan, dan merasa sudah berpengalaman menjadi ranger.

Kebanyakan dari mereka pun adalah orang-orang yang kurang populer, belum terbukti kredibilitasnya, dan terasa asing. Sehingga membuat orang tersesat memiliki prasangka yang tidak baik. Apa benar mereka akan membantu kita tanpa pamrih? Atau malah menyesatkan, memiliki agenda tersembunyi, dan meninggalkan dalam kesesatan setelah keinginannya terpenuhi.

Kawan atau Lawan
Masuk ke dalam hutan di mana banyak binatang hidup di sana, ada sebuah fabel yang menceritakan seekor bangau dan ikan-ikan di sebuah danau. Dalam sebuah perjalanannya, seekor bangau menemukan danau yang banyak didiami oleh ratusan ikan.
Di situ, sang bangau berdiri dengan kaki satu di dataran dangkal danau. Dia tidak bergeming ketika banyak ikan-ikan yang lalu-lalang di bawahnya.

Karena bangau tidak menghiraukan kehadirannya, maka ikan-ikan pun menjadi tidak takut. Ikan menganggap bangau sebagai seorang pertapa yang sudah meninggalkan urusan keduniawian.

Pada suatu hari, sang bangau terlihat bersedih dan menitikkan air mata. Melihat hal tersebut, seekor raja ikan datang menghampiri dan menanyakan kenapa bangau bersedih. Sang bangau pun mengatakan kalau tidak berapa lama ikan-ikan di danau akan musnah ditangkap manusia. Mereka sudah menyiapkan jaring yang besar untuk menangkap ikan.

Bangau bersedih karena tidak bisa menyelamatkan ikan-ikan di danau. Tapi, dia memiliki ide, usulan, dan pemikiran untuk menolong ikan dengan memindahkan mereka ke danau lain yang tak jauh letaknya.

Karena tidak tahu harus bagaimana dan meminta pertolongan pada siapa, ikan-ikan pun menyetujui usulan bangau tersebut. Malang buat ikan, satu per satu mereka dipindahkan, tapi bukan ke danau lain, melainkan dibawa ke sarang bangau sebagai makanannya sampai ikan di danau habis.

Begitulah tipu muslihat bangau dalam mencari makanan. Berpura-pura baik, tapi dalam hatinya tersembunyi maksud jahat. Berkamuflase melindungi keinginannya menyantap ikan-ikan danau. Di lain sisi, ikan pun termakan rayuan dan omongan bangau karena merasa tidak berdaya dan tidak mau berpikir jernih.

Di situlah terdapat perbedaan yang tipis antara kawan atau lawan. Membantu atau menghancurkan. Seperti juga orang tersesat yang tidak tahu siapa penyelamatnya. Semua bermuka sama, terlihat baik, dan memasang senyum manis. Welcome to The Jungle!

Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP