Jakarta Tidak Akan Bebas Banjir

Pernyataan itu dikeluarkan Ahli banjir Belanda (Konsultan Banjir IHE-Indonesia), Jan T L Yap, dalam sebuah diskusi “Bedah Banjir” yang digelar Kamis (19/2) bertempat di Hotel Ambara, Jakarta Selatan.

Biar bagaimana pun, menurutnya, pasti ada kemungkinan banjir dalam satu wilayah. Belanda saja yang dikenal memiliki teknologi penanganan banjir yang baik, wilayahnya masih memunyai kemungkinan banjir. Misalnya, wilayah pesisir pantai Belanda, di situ kemungkinan banjirnya 1/10.000. “Jadi, selalu ada kemungkinannya,” katanya.

Banjir dalam satu wilayah, tidak bisa diprediksi secara pasti. Banyak faktor yang memengaruhinya, termasuk sistem drainase (saluran air, waduk, cekungan, resapan air tanah, dan lainnya) yang digunakan di wilayah tersebut. Semakin bagus sistem drainase yang dibuat, semakin jauh kemungkinan terkena banjir.

Namun, pembangunan drainase sendiri berkaitan dengan investasi yang ditanam. Dengan kata lain, dalam pembangunan drainase, sering pula diperhitungkan nilai ekonomis dari satu wilayah. Misalnya, bila wilayah Kemang itu merupakan area pertanian, akan beda pembuatan drainasenya jika Kemang adalah daerah industri atau pabrik. Karena bila Kemang daerah pertanian, kerugian (sosial, ekonomi, lingkungan) yang ditimbulkan bila terjadi banjir, tidak akan begitu besar dibanding Kemang adalah daerah industri.

“Sama halnya dengan di Belanda. Daerah pesisir pantai kemungkinan banjirnya 1/10.000 karena di situ ada pabrik-pabrik dan industri. Sedangkan daerah yang jauh dari pantai, sistem drainasenya dibangun dengan kemungkinan banjir hanya 1/1000,” ujar Jan yang juga berkecimpung di Jaringan Kerja Sama Ilmu Pengetahuan Indonesia (CKNet-INA).

Menurut Jan, banjir juga disebabkan karena konstruksi drainase yang kebanyakan sudah usang karena dibuat sejak jaman Belanda dulu. Misalnya, Banjir Kanal Barat (1919 – 1920), pembangunannya hanya menyesuaikan kondisi wilayah pada saat itu. Nah, ketika masih diterapkan sampai sekarang, mustahil bisa mengatasi banjir.

Pun ada juga peran developer perumahan yang menambah parah kondisi banjir Jakarta. Seperti daerah Pantai Indah Kapuk, seharusnya di wilayah tersebut bukan untuk wilayah perumahan. Penyalahgunaan lahan seperti inilah yang menyebabkan banjir.

Untuk mengantisipasi banjir di Jakarta, dalam waktu dekat ini, akan diterapkan Integrated Flood Management (IFM). Dengan pendekatan tersebut, kemungkinan banjir di Jakarta akan bisa diperkecil.

Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP