Peran Perempuan dan Kesempatan

Perlahan tapi pasti, dikotomi peran perempuan dan laki-laki mulai terkikis. Bukan hanya karena alasan ekonomi bila banyak perempuan yang bekerja di pom bensin atau menjadi supir busway. Di balik itu semua, mereka pun ingin menunjukkan eksistensinya yang memiliki hak sama dengan laki-laki.


Perempuan dalam tataran keluarga, masyarakat, maupun birokrasi sering dinomerduakan. Mereka dianggap tidak mampu secara fisik, pikiran, dan tanggung jawab. Stereotip gender seperti itu memang tidak bisa dihilangkan begitu saja. Apalagi budaya patriarki di negara kita begitu melekat dalam masyarakat.

Perlu adanya kemauan dan tekad kaum perempuan untuk merubah itu semua. Seperti yang dikatakan Kiekeegaard dalam artikel Simon Beauvoir, eksistensi manusia bukanlah sesuatu yang statis tetapi senantiasa menjadi, manusia selalu bergerak dari kemungkinan menuju suatu kenyataan, dari cita-cita menuju kenyataan hidup saat ini. Jadi ditekankan harus ada keberanian dari manusia untuk mewujudkan apa yang ia cita-citakan atau apa yang ia anggap kemungkinan.

Bercermin dari kalimat di atas, tidak ada salahnya bila wanita berjuang untuk “kebebasan”. Mendapatkan haknya dan bisa mengaktualisasikan diri dalam berbagai bidang.

Pemerintah sendiri, baik dalam UUD 1945 atau GBHN 1978 sampai 1999, sebenarnya telah mencantumkan persamaan hak, kewajiban, dan kesempatan antara perempuan dan laki-laki dalam segala aspek pembangunan.

Sama halnya ketika pemerintah meratifikasi Konvensi ILO No. III dengan UU No. 80 Tahun 1957 tentang pengupahan dan jenis pekerjaan. Pun ketika meratifikasi konvensi mengenai penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan.

Meski begitu, pengejawantahan dari aturan-aturan tersebut serasa berjalan lamban. Mungkin baru 10 tahun belakangan, baru ada wanita Indonesia yang menjabat sebagai presiden atau bekerja di perkantoran-instansi pemerintah- menjadi pengusaha.

Dalam Politik dan Publik
Peran perempuan di tengah masyarakat atau publik dengan cara ikut bekerja dan beraktifitas bersama-sama dengan laki-laki, sering mengalami benturan-benturan tertentu. Hal tersebut karena ketika terjun ke dunia publik, perempuan masih memiliki “beban” untuk memegang urusan domestik (mengurus rumah tangga dan keluarga). Sehingga perempuan sendiri kerap menjadi bingung. Mana yang harus didahulukan.

Sementara laki-laki sendiri, masih ada yang tidak sependapat kalau perempuan ikut bekerja. Meski tidak terlihat jelas, sepertinya diskriminasi perempuan masih terus berjalan. Perlakuan tersebut seperti bayang-bayang, ada tapi tiada.

Saat ini, perempuan mulai lebih giat memerjuangkan eksistensinya. Di daerah perkotaan, perempuan mulai mendobrak superioritas laki-laki. Sedikit demi sedikit, perempuan mulai berperan dalam segala bidang.

Hal tersebut mengindikasikan kalau kesempatan perempuan untuk ikut berpartisipasi dalam pembangunan dan keluar dari dominasi laki-laki atau menjadi objek, semakin terbuka lebar. Termasuk ketika perempuan diberi “jatah” sebanyak 30% untuk menjadi anggota legislatif dalam Pemilu 2009 nanti.

Perempuan diharapkan bisa merubah wajah anggota legislatif dan berkiprah dalam dunia politik. Hal ini bisa menjadi kesempatan emas buat perempuan dalam menunjukkan eksistensinya. Tapi di sisi lain, kredibilitas mereka sebenarnya dipertaruhkan, apakah mereka bisa mengemban tugas dan memerjuangkan aspirasi masyarakat?

Ada perbedaan dalam kepemimpinan perempuan dan laki-laki. Dalam menjalankan peran sebagai pemimpin, perempuan mempunyai karakteristik, yaitu percaya diri, disiplin, memimpin orang lain bukan menguasai orang lain, bersikap tegas, bekerja untuk kepentingan orang lain, kerja keras, berkompetensi diri, dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan (Elly Fardiana Latief, “Menguak Persoalan Perempuan Dalam Birokrasi”).

Bagi perempuan sendiri, hal tersebut di atas, seharusnya bisa menjadi lampu hijau untuk menunjukkan eksistensi dan memerjuangkan aspirasi kaumnya. Sudah sepatutnya mereka tidak menyiakan peluang dan mampu berdiri sendiri. Keluar dari bayang laki-laki dan menunjukkan kemampuan perempuan yang sering kali dipandang sebelah mata.

Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP