Bersaing dalam Harga dan Cara Pengolahan

Buruknya kondisi air tanah dan permukaan di Jakarta membuka peluang usaha air minum isi ulang. Harga yang lebih murah pun membuat masyarakat beralih dari air minum bermerek ke air minum isi ulang. Namun, sekarang ada teknologi baru yang membuat usaha ini berkompetisi satu sama lain.


Mungkin 5 tahun belakangan masyarakat hanya tahu air minum isi ulang biasa yang menggunakan filtrasi. Bahan baku air yang biasanya diambil dari daerah mata air di pegunungan, dalam prosesnya, kemudian di filter dalam beberapa tahap dan baru bisa di jual ke masyarakat.

Ketika air minum isi ulang ini diperkenalkan kepada masyarakat, masih banyak yang bertanya-tanya tentang kebersihan dan kualitasnya. Tapi, setelah beberapa lama, air minum isi ulang ini mulai banyak peminatnya. Apalagi harga yang ditawarkan jauh di bawah harga air minum bermerek yang lebih dulu ada.

Tekanan ekonomi dan tidak adanya pilihan lain, sedikit memaksa masyarakat, terutama kalangan menengah ke bawah, untuk mengonsumsi air minum isi ulang tersebut. Akhirnya, masyarakat pun terbiasa dengan istilah air minum isi ulang dan membuat usaha ini terus bertumbuh di mana-mana.

Lama bermain sendiri di pasaran, akhirnya teknologi mulai menggeser keberadaan air minum isi ulang tersebut. Kini, mulai ada teknologi pengolahan air minum isi ulang yang lebih higienis dan menggunakan berbagai teknologi dalam penyaringan partikel, bakteri, dan segala hal yang tidak berguna buat tubuh manusia.

Buat masyarakat yang sadar akan kesehatan tubuh, mereka pun mulai beralih ke air minum isi ulang yang mengadaptasi teknologi terbaru tersebut. Meski harganya lebih mahal dari air minum isi ulang biasa, namun air jenis ini mulai populer di mata masyarakat.

Sebut saja air minum isi ulang dengan ozon, reverse osmosis (RO), atau distilasi. Di komunitas kita, air minum isi ulang ini mulai banyak bertumbuh. Masing-masing mengklaim air minumnya lebih bersih dari lainnya.

Sejalan dengan tingginya kebutuhan air minum masyarakat, prospek usaha ini pun masih cukup menjanjikan. Apalagi selain harganya lebih murah, air isi ulang ini juga dinilai lebih praktis. Terlebih buat mereka yang ingin serba cepat. Tinggal angkat telepon, air pun akan segera diantar. ”Hal inilah yang membuat peluang usaha air minum isi ulang masih terbuka lebar,” kata salah satu pekerja di Venus, Merry.

Hal senada juga diungkapkan Pemilik Tirta Sari, Ir. Effendy Sugianto, semua orang ingin hidup sehat dan terbebas dari penyakit. Bukan hanya makanan dan olahraga yang perlu diperhatikan, tapi air minum pun harus bersih terbebas dari bakteri dan kuman. Dengan begitu, prospek ke depan usaha ini masih sangat bagus,”

Tapi, seperti yang telah disebutkan, ada pergeseran teknologi dalam usaha ini. Air minum isi ulang biasa kini mulai ditinggalkan orang. Mereka beralih ke air minum yang menggunakan teknologi pengolahan baru yang lebih terjamin kebersihannya.

“Bisnis air isi ulang biasa, sepertinya mulai berjalan di tempat atau stagnan. Sekarang mulai marak tempat pengisian air isi ulang menggunakan sistem RO (Reverse Osmosis). Tempat inilah yang mulai dilirik masyarakat,” kata Pemilik Revos, Hadi Wijaya.

Meski begitu, sepertinya masing-masing pemilik usaha dengan teknologi pengolahan airnya, memiliki konsumen sendiri-sendiri. Konsumen mulai terbagi-bagi, apalagi di situ ada perbedaan harga dan peruntukkan dari air minum itu sendiri. Terlebih lagi konsumennya terdiri dari warga perumahan, kantor, dan usaha lain yang membutuhkan air seperti rumah makan, misalnya.

Tingkat kesadaran dan pengetahuan masyarakat akan kebersihan air minum pun memiliki peran dalam maju mundurnya masing-masing usaha air minum tersebut. Makanya, seperti Pemilik Amidis Kebon Jeruk, Monica Salim, dia harus rajin-rajin mendatangi langsung konsumennya agar mereka bisa mengerti perbedaan air distilasi miliknya. ”Dengan begitu, mereka akan teredukasi dan mengerti perbedaanya,” jelasnya.

Bukti-bukti tentang tingkat keamanan dan kebersihan air isi ulang pun sering dipaparkan kepada konsumen. Sertifikat dari Departemen Kesehatan yang membuktikan kalau air isi ulang tertentu masih layak minum pun ditempelkan di beberapa depot pengisian air.

”Kami selalu memeriksa kadar air di Depkes. Bukti berupa sertifikat atau laporan penelitian pun selalu kami tempelkan di dekat mesin pengisian. Biar konsumen tahu bahwa air yang mereka minum telah diperiksa di Depkes,” tutur Merry.

Para pengusaha memiliki alat tersendiri untuk membuktikan kebersihan airnya. Misalnya, menggunakan alat TDS (Total Dissolved Solids) dan Elektrolisa yang dapat mengetes kandungan air atau kemurnian air.

Dengan alat ini, bisa terlihat bagaimana keadaan air murni isi ulang. Layak diminum atau kotor tidak layak diminum.

Ironisnya, setelah diadakan pengetesan dengan alat tersebut, ternyata ada merek air minum bermerek yang kandungannya tidak lebih baik dibanding air minum isi ulang. Padahal, air minum bermerek tersebut banyak dikonsumsi masyarakat.

”Belum tentu air minum yang bermerek dan lebih dulu ada itu lebih higienis. Setelah dilakukan tes dengan TDS, ada juga air minum merek terkenal yang hasilnya tidak lebih tinggi dibanding air isi ulang,” terang Merry.

Air minum merek terkenal, kata Hadi Wijaya, hanya karena imejnya saja yang sudah tertanam di masyarakat. Bila kita tes, TDS air minum isi ulang masih lebih rendah dibanding air kemasan bermerek.

Sebenarnya, tambahnya, jika perawatannya baik, air isi ulang tidak kalah dengan air bermerek. Tapi, jika ada pendapat yang mengatakan air kemasan bermerek lebih higienis, kita bisa lihat hanya dari prosesnya saja. Mungkin proses pengolahan air kemasan bermerek lebih dominan dilakukan mesin. Sedangkan air isi ulang masih banyak campur tangan manusia.

Alat ukur TDS dan Elektrolisa sebenarnya bisa dibeli masyarakat umum. Kita bisa mengetes sendiri kandungan air di rumah atau sekedar mengetahui kondisi air isi ulang yang biasa dibeli. Dengan begitu, kita bisa melihat langsung dan memutuskan air minum jenis mana yang akan dikonsumsi.

Pelayanan
Seperti jenis usaha lain, karena ada persaingan usaha, maka mereka pun harus memberikan pelayanan dan kualitas produk yang memuaskan konsumennya. Dalam usaha air minum isi ulang ini, pelayanan yang cepat dan kualitas air minum adalah hal pertama.
”Biasanya, selain mencari tempat isi ulang yang kualitas airnya bagus, konsumen juga lebih melirik tempat-tempat yang mempunyai pelayanan cepat,” kata Merry.

Pelayanan yang baik pada konsumen adalah kunci utama. Meski produk airnya sama, namun pelayanan pasti ada bedanya. ”Hal inilah yang perlu diwaspadai para pengusaha yang tidak ingin kehilangan pelanggan,” ungkap Hadi Wijaya.

Bahkan, Pemilik Biru Kembangan, Lilik Sumarni menyediakan 1 sambungan telepon khusus pengaduan konsumen jika kurang puas dengan air minum isi ulangnya. ”Kami akan langsung menggantinya bila ada air kami yang menurut konsumen tidak bagus,” ujarnya.
Dalam hal pelayanan, setiap usaha air minum isi ulang tentunya memiliki pekerja yang siap antar sampai tujuan. Dari motor dengan sedikit modifikasi yang mampu memuat 4 – 6 galon sampai mobil bak terbuka dengan kapasitas puluhan galon disiapkan oleh masing-masing pengusaha.

Begitu juga dengan konsumen yang mengisi ulang air minum di tempat. Mereka pun sangat cekatan membersihkan, mengisi air, menutup galon, dan menyegelnya. Hal tersebut dilakukan semata-mata untuk memberikan pelayanan yang maksimal pada konsumennya.

Proses

Masing-masing air minum isi ulang memiliki proses pengolahan air yang berbeda-beda. Tergantung teknologi yang digunakannya. Misalnya, air minum isi ulang dengan sistim penyaringan (filtrasi).

Penyaringan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu filtrasi dengan pasir dan filtrasi membran. Tapi, kebanyakan yang digunakkan dalam usaha ini adalah menggunakan membran yang dapat memisahkan partikel berukuran lebih kecil 0,08 mikrometer.

Kemudian, ada air minum yang diolah melalui proses distilasi. Caranya, air disaring menggunakan carbon filter yang kemudian dilakukan proses demineralisasi untuk membuang ion kationic dan anionic. Setelah itu, dilanjutkan dengan RO (Reverse Osmosis), filtrasi, ultra violet, distilasi, dan ozonisasi yang menghasilkan air distilasi.

Lainnya, adalah proses pengolahan air minum dengan nama ozonisasi. Ozon merupakan oksidan kuat yang mampu membunuh bakteri patogen, termasuk virus.

Keuntungan penggunaan ozon adalah pipa, peralatan, dan kemasan akan ikut disanitasi sehingga produk yang dihasilkan akan lebih terjamin selama tidak ada kebocoran di kemasan. Ozon merupakan bahan sanitasi air yang efektif disamping sangat aman.

”Air minum Biru diproses menggunakan teknologi Ozon dengan kapasitas mesin yang sesuai (100%). Sehingga tidak lagi memerlukan tambahan penyinaran ultra violet. Ciri utama penggunaan teknologi ozon 100% adalah adanya banyak butiran oksigen dalam air minum,” terang Lilik Sumarni.

Terakhir, adalah metode pemurnian air melalui membran semi permeable yang dinamakan Reverse Osmosis (RO). Suatu tekanan tinggi diberikan melampaui tarikan osmosis sehingga memaksa air melewati proses Reverse Osmosis dari bagian yang memiliki kepekatan tinggi ke bagian dengan kepekatan rendah.

Selama proses ini terjadi, kotoran dan bahan yang berbahaya akan dibuang sebagai air tercemar. Molekul air dan bahan mikro yang lebih kecil dari pori-pori R.O akan melewati pori-pori membran dan hasilnya adalah air yang murni.

”Melalui proses ini, air yang tercemar akan dibuang dan hanya air murni saja yang tersisa. Maka, jika diproses 100 liter air, hasilnya hanya menghasilkan sekitar 50 liter air murni. Setengahnya akan dibuang,” ungkap Effendy.

Dari beberapa cara pengolahan air minum tersebut di atas, sepertinya sama-sama ingin membuat zat dan kandungan yang tidak berguna dan berbahaya buat tubuh. Hanya besaran ”saringan”nya saja yang berbeda-beda. Begitu juga dengan tingkat efektifitasnya.

Perlu pengaturan
Dengan harga jual yang bervariasi, dari Rp 3500 – 11.000, usaha air minum isi ulang ini bisa meraup untung cukup banyak. Dalam satu harinya saja, jika diilustrasikan, ada yang bisa menjual 100 – 200 galon. Bila dikalikan dalam 30 hari, terjual sekitar 3000 – 6000 galon air. Itu berarti pendapatan kotornya bisa sekitar Rp 10,5 – 21 juta/bulan dengan harga terendah.

Kalau dipotong dengan biaya operasional dan pekerja sekitar Rp 4 juta saja, hasilnya bisa sekitar Rp 6 juta/bulan. Dengan begitu, pengusaha air minum isi ulang bisa BEP (break event point) sekitar 1 – 2 tahun.

Fenomena menjamurnya usaha air minum isi ulang ini memang tidak bisa dihindari. Buruknya kualitas air dan gaya hidup masyarakat perkotaan yang serba praktis, telah membuka peluang usaha ini terus bertumbuh.

Namun, di balik itu semua, perlu adanya pengaturan dan standardisasi kualitas air yang dihasilkan. Begitu juga dengan proses pengolahannya. Agar masyarakat umum tidak dirugikan dan usaha ini bisa terus dipercaya sebagai alternatif lain solusi air bersih di Jakarta.


Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP