Mengupas Banjir di Meruya Utara

Banjir di bulan Februari lalu ternyata bukanlah banjir biasa. Ada daerah yang sebelumnya tidak pernah kebanjiran, tahun ini malah terendam. Begitu juga dengan daerah langganan banjir, tiap tahun semakin bertambah parah.


Upaya mengeliminasi wilayah banjir sepertinya memang menjadi tanggung jawab pemerintah dan masyarakat luas. Banjir bukan hanya disebabkan oleh satu orang, tapi merupakan akibat perbuatan dari berbagai pihak.

Sebut saja seperti sampah yang dibuang di sembarang tempat, saluran pembuangan air yang dibiarkan mendangkal akibat endapan lumpur, dan sebagainya yang seharusnya bisa diatasi oleh masyarakat secara bergotong royong.

Sedangkan pemerintah sebagai pamong masyarakat, kadang kala malah tidak konsisten. Tidak sedikit oknum pemerintah yang memberikan ijin mendirikan bangunan di atas tanah yang semestinya menjadi tempat serapan air.

Hal tersebut di atas merupakan sebagian kecil dari sebab-sebab terjadinya banjir. Belum lagi kalau kita membicarakan isu global warming yang dituding sebagai penyebab utama banjir.

Ada beberapa daerah di komunitas kita yang sering dilanda banjir. Seperti Perumahan Greenville, Perumahan Green Garden, dan wilayah Kelurahan Kembangan Utara yang tiap tahun pasti kebanjiran.

Tahun ini, Perumahan Taman Permata Buana dan Perumahan Taman Meruya Ilir menjadi daerah banjir baru. Kawasan perumahan yang tadinya tidak terkena banjir tersebut, sekarang menjadi rawan rendaman banjir di saat musim penghujan.

Mengapa perumahan-peruahan tersebut menjadi daerah rawan banjir? Apa saja solusi yang harus ditempuh agar masyarakat bisa menangkal datangnya banjir?
Hal inilah yang dibicarakan dan disosialisasikan oleh Forum Warga Meruya Ilir yang melangsungkan “Temu Warga” akhir Februari lalu.

Temu warga digelar di Pertokoan Ruko Blok E, Taman Meruya Ilir dan dihadiri Anggota DPRD DKI, Maringan, Lurah Meruya Utara, Kusmanto, perwakilan Dekel Kelurahan Meruya Utara, dan Ketua RW 02, 04, 07, dan RW 11 Kelurahan Meruya Utara.

Acara ini mendapat respon yang sangat baik. Hal ini ditandai dengan banyaknya warga yang hadir. “Biasanya paling hanya 100 orang, tapi setelah banjir kali ini, ada sekitar 250 orang yang datang,” kata Ketua Forum Peduli Lingkungan Warga Taman Meruya, Anna Mariana Yusuf.

Dalam sambutannya, Anna Mariana Yusuf menuturkan, selain menjalin keakraban seluruh warga Taman Meruya Ilir, acara ini juga menjadi ajang menjalin kepedulian untuk menjadikan wilayah ini indah, bersih, dan terbebas dari banjir.

Menurutnya, dengan hadirnya warga di sini, kita bisa melihat permasalahan yang ada di lingkungan Taman Meruya Ilir, terlebih setelah banjir kemarin. Apa penyebabnya? Dan tindakan apa yang harus warga lakukan?

Di wilayah tersebut, banyak yang sudah tinggal lebih dari 20 tahun, tapi baru kali ini mengalami kebanjiran. “Warga Taman Meruya takut banjir. Bahkan hingga saat ini masih teringat sedihnya banjir,” tukasnya.

Dalam kesempatan tersebut, banyak hal yang disangka menjadi penyebab banjir. Salah satunya adalah seperti yang dipertanyakan seorang warga. “Ketika banjir, saya menelusuri dari mana datangnya air. Ternyata, aliran air juga datang dari wilayah Meruya Selatan. Apakah hal ini tidak bisa dicegah? Jika memungkinkan, aliran sungai dari daerah tersebut jangan melewati Meruya Utara?” tanyanya.

Pertanyaan tersebut langsung dijawab oleh Lurah Meruya Utara, Kusmanto, pengaturan jalan air itu melalui Sudin PU. Kita jangan mempersoalkan sumber air yang datangnya dari Meruya Selatan, karena sumber air tersebut asalnya dari Joglo dan seterusnya. “Mungkin jika ditelusuri terus akan semakin rumit,” katanya.

Lebih Untung
Meskipun banyak warga Perumahan Taman Meruya Ilir yang keberatan dengan banjir yang melanda tempat tinggalnya, tapi menurut Kusmanto, daerah tersebut lebih beruntung. Pasalnya, kalau tempat lain bisa berhari-hari terendam banjir, daerah ini hanya dilanda banjir dalam hitungan jam.

“Di sini lebih untung karena hanya hitungan jam. Di tempat lain, banjir bisa 3 hari baru surut,” ucap lurah yang kantornya juga ikut terendam banjir ini.

Kusmanto sangat menghargai acara seperti ini. Menurut dia, acara ini bisa menimbulkan gagasan-gagasan yang bagus. Guna membuat wilayah kita bersih, aman dan terbebas dari banjir,” ujarnya.

Kusmanto juga mengimbau kepada semua warga untuk bisa merawat lingkungannya masing-masing, terutama di depan rumahnya sendiri. Ini bisa dilakukan dengan membersihkan got atau saluran air yang ada di depan rumahnya masing-masing.
Selain itu, diharapkan pula untuk ibu-ibu rumah tangga agar bisa memanfaatkan sampah-sampah yang ada dengan menjadikannnya pupuk tanaman.

Sebagai akibat dari tingginya curah hujan yang akan menyebabkan banyak genang air di mana-mana, saat itu, Kusmanto juga menambahkan, kita harus sama-sama melakukan pembersihan di lingkungan kita sendiri. Terutama mengenai pemberantasan sarang nyamuk dengan fogging.

Selanjutnya, Kusmanto berjanji untuk menampung aspirasi warga dan melanjutkan ke tingkat walikota. “Kita bersama-sama berjuang untuk wilayah kita sendiri,” ujar Kusmanto.

Banyak Jalan Rusak
Sudah pasti banjir akan menyisakan banyak kerusakan, termasuk jalan-jalan yang tergenang air. Karena seringnya terendam banjir, jalan-jalan pun akan cepat rusak, dan akan bertambah parah jika banyak dilalui kendaraan.

Di samping banjir, beberapa ruas jalan di sekitar Perumahan Taman Meruya Ilir juga ada yang rusak parah. Salah satunya terletak di depan Sekolah Global Nusantara dan IPEKA yang baru saja dibangun.

Menurut Anna, sekolah-sekolah tersebut pernah mengusulkan untuk memperbaiki, tapi ditolak oleh Dinas Pekerjaan Umum dengan alasan tidak jelas. Hal inilah yang perlu dipertanyakan oleh pihak Pemda.

Menanggapi jalan rusak tersebut, Lurah Meruya Utara, Kusmanto menuturkan, mengenai soal jalan itu ada peraturannya. Jika memang masih ada hubungannya dengan developer, yang bertanggung jawab adalah developer. Namun jika sudah tanggung jawab Pemda, Pemda berhak melakukan perbaikan. Untuk itu, kita memang harus mempertanyakannya.

Sementara itu, salah seorang perwakilan Dekel Meruya Utara yang hadir dalam temu warga tersebut mengatakan, Dekel akan mengadakan rapat bersama staf kelurahan, dinas terkait termasuk sekolah-sekolah yang berlokasi di Meruya Utara dalam waktu dekat ini.

“Dalam rapat tersebut kami akan membahas masalah tersebut, termasuk membahas apa saja yang disinyalir menjadi penyebab banjir,” katanya.

Maringan juga mengatakan, jika memang ada indikasi yang sengaja membangun dan membuat lingkungan kita banjir, laporkan saja. “Adakan pertemuan dengan instansi-instansi terkait, mal, sekolah-sekolah, dan lainnya. Jika memang ada kesengajaan, saya yakin Bang Foke juga akan langsung menindak. Bila perlu, bangunan tersebut langsung dibongkar,” tukasnya.

Masih menurutnya, banjir yang baru saja kita alami bukanlah banjir kiriman. Banjir terjadi akibat pemanasan global yang mengakibatkan pencairan di kutub. Hal ini bukanlah tanggung jawab kecamatan, kelurahan, walikota atau gubernur, tapi sudah tanggung jawab negara dan dunia.

Masalah Di Meruya Utara
Dalam acara ini, Forum Peduli Lingkungan Warga Taman Meruya Ilir juga mengevaluasi beberapa permasalahan yang ada di Meruya Utara. Dalam kesempatan tersebut dipaparkan berbagai masalah lengkap dengan dokumentasi foto-foto pendukung.

Menurut penelusuran warga, ada beberapa faktor yang menyebabkan banjir di wilayah Meruya Utara, di antaranya :
- Penumpukan sampah pada saluran drainase
- Penyempitan saluran akibat adanya bangunan yang tidak memperhatikan spesifikasi saluran air yang benar
- Rusaknya saluran akibat akar pohon
- Aktifitas membuang sampah sembarangan
- Tersumbatnya air akibat struktur saluran air tidak beraturan
- Adanya hambatan di hilir, tepatnya di depan kantor Walikota Jakarta barat yakni di tengah-tengah saluran air terdapat tanah.
- Daerah Permata Buana yang dulunya dijadikan daerah resapan ditinggikan sekitar 3 meter
- Rusaknya kastin jalan sehingga sampah-sampah mudah masuk ke dalam saluran air
- Banyaknya Pedagang Kaki Lima yang membuang sampah sembarangan

Di samping banjir, warga juga menguraikan beberapa permasalahan lain yang dirasa menggangu. Seperti jalan rusak yang perlu segera diperbaiki, lalu lintas yang kerap macet ketika pagi dan sore hari, penerangan jalan, dan sebagainya.

Memang kalau kita lihat, di Jalan kembang Kerep, setiap pagi dan sore hari pasti macet. Itu karena adanya penyempitan dan persimpangan jalan yang membuat lalu lintas membentuk “leher botol”. Meskipun arus lalin sudah dirubah menjadi satu arah, kemacetan tidak bisa dihindari karena banyaknya kendaraan yang melintasi daerah tersebut.

“Jika kita membiarkan lingkungan kumuh dan amburadul, maka predikat penghuninya pun akan dicap jorok dan nilai jual properti di sini pun akan turun,” ujar Anna.

Untuk mengentaskan masalah tersebut, warga juga sudah membuat usulan agar permasalahan tersebut bisa teratasi. Di antaranya dengan normalisasi premier dan sekunder, perbaikan jalan utama, pengolahan sampah, pemeliharaan fasum dan fasos, penertiban PKL, penataan ruang terbuka, penggantian pohon penghijauaan, dan lainnya.

Usulan ini akan disampaikan kepada Walikota Jakarta Barat, Fadjar Panjaitan. Menurut warga, sebelumnya, usulan seperti ini sudah pernah disampaikan ke walikota, cuma belum ada tanggapan. Sekarang, mereka akan kembali memberikannya untuk kali kedua.
“Laporan seperti ini sudah pernah diajukan kepada walikota sekitar bulan Juli 2007 lalu. Namun hingga sampai saat ini belum ada realisasinya,” kata salah satu warga, Muzi.

Ketika dipertanyakan kepada dinas terkait, salah seorang staf di walikota mengatakan kalau permohonan tersebut sudah terlambat. Untuk itu harus menunggu tahun depan. Sedangkan dana pembangunan tahun 2008 ini masih sedang diproses.

Menanggapi hal tersebut, Maringan sebagai wakil rakyat yang duduk di DPRD Jakarta, mengatakan, saya siap berjuang bersama-sama warga. Saya akan memperjuangkanya bersama kawan-kawan lain di DPRD.

“Sebaiknya warga di sini mengadakan rapat bersama pihak atau dinas-dinas terakit. Setelah itu, ajukan proposal tentang permohonan dana atau perbaikan tersebut ke walikota Jakarta Barat. Kemudian baru antarkan proposal tersebut kepada saya. Jika perlu antar ke rumah,” katanya.

Mungkin kegiatan temu warga seperti ini banyak dilakukan di tempat lain. Masyarakat berembuk mencari penyelesaian dari masalah yang timbul di lingkungannya. Namun, kegiatan seperti ini akan nihil adanya bila tidak ada realisasinya.

Aspirasi warga akan terbuang percuma bila masyarakat tidak bersama-sama secara konsekuen melaksanakan apa yang telah diputuskan bersama. Pemerintah daerah dan wakil rakyat mulai dari skala kelurahan juga diharapkan lebih peka dan melunakan sisi birokrasi untuk membantu masyarakatnya.

Apalagi dalam temu warga di Perumahan Taman Meruya ini dihadiri oleh anggota DPRD Jakarta, Lurah, dan dewan kelurahan yang notabenenya adalah wakil rakyat dan pemerintah daerah yang “jarak”nya dekat dengan rakyat.

Mudah-mudahan temu warga ini bukan sebagai ajang ramah tamah biasa, makan malam biasa, apalagi hanya sebagai “kendi” penampung aspirasi yang tidak tahu kapan akan direalisasikan. Semoga.


Permasalahan Di Meruya Utara

*Umumnya masih banyak jalan rusak yang membuat air mudah tergenang
*Di depan sekolah IPEKA jalan sangat rusak
*lalu lintas sangat semraut khususnya pagi dan sore hari
*Kendaraan Umum masih lewat
*Penerangan jalan masih kurang
*Banyak PKL
*RTH sangat terbatas (2 % dari luas area)
*RTH tidak terawat dan terpelihara
*Daerah resapan sangat sedikit
*Pengolahan sampah masih di rumah
*Volume sampah sangat besar yang mengakibatkan penimbunan di TPS
*Masih tercampurnya sampah basah dan kering
*pengangkutan sampah masih memakai tenaga manusia



Artikel Berkaitan

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP