Hibrida Media Komunitas
Bagaimana pun juga, peradaban manusia pasti akan menemukan cara sendiri dalam berkomunikasi. Ketika huruf latin seperti sekarang ini belum tercipta, masyarakat menggunakan huruf-huruf lain yang sesuai dengan jamannya.
Ada bangsa yang menciptakan bahasa hampir sama, tapi ada juga yang menggunakan huruf berbeda dengan masyarakat lainnya. Seperti bahasa arab yang sama sekali berbeda dengan abjad huruf latin. Begitu juga dengan Hanacaraka yang digunakan orang-orang Jawa di masa lampau.
Namun, karena di dunia ini bukan hanya satu bangsa saja yang tinggal dan semakin tingginya interaksi di antara penghuni bumi, maka diciptakanlah bahasa yang universal. Sebuah bahasa yang bisa dimengerti orang banyak di belahan bumi mana pun.
Dalam tekhnologi informasi, berlaku hukum yang sama. Manusia menciptakan teknologi komunikasi yang murah, mudah dan dapat diakses oleh semua orang. Manusia mencari cara agar cakupan komunikasinya tak hanya sejengkal tanah.
Kita sebut saja internet sebagai salah satu output teknologi informasi. Sekarang ini, banyak orang sangat bergantung dengan internet dalam mencari informasi, diluar dari mengerti atau tidak, mahal atau murah, ada atau tidaknya akses internet.
Bila kita ingin mencari informasi pengungsi di pinggiran rel kereta api Rawa Buaya karena banjir kemarin atau tercemarnya kawasan Tean, Korea Selatan, karena tercemar minyak mentah akibat tertabraknya kapal tanker Hebei Spirit yang memuat 260.000 ton minyak mentah, caranya adalah melalui internet. Kita bisa mendapatkannya di berbagai website dan dalam waktu yang tidak lama.
Itu kalau kita ingin mencari informasi, bagaimana kalau kita ingin memberi informasi? Kita ingin punya halaman sendiri di website, menulis apa pun tanpa harus melewati berbagai halangan, termasuk masalah biaya dan waktu.
Sebelum meneruskan tulisan ini, saya mau cerita. Belum lama, saya baru saja makan ayam goreng tiga rasa di kawasan Meruya. Di sana, tanpa sengaja, saya mendengarkan konten pembicaraan dari tiga orang yang kebetulan menyantap menu yang sama dengan saya, paha ayam goreng dan empela ati.
Mereka bertiga masih muda, paling-paling berumur 20 tahunan. Tebak, apa yang mereka bicarakan sambil menikmati ayam gorengnya? Bukan karena lezatnya apa yang mereka makan atau sering salahnya pelayan ketika menyediakan minum, tapi yang dibicarakan adalah BLOG!
Seumuran mereka, sosok blog sudah tidak asing lagi. Mereka sudah mampu membuat halaman sendiri di dunia maya yang dapat dibaca oleh orang sedunia. Mereka bisa menuangkan uneg-unegnya karena seringnya macet di Kembang Kerep atau menulis betapa jahat kawannya karena merebut pacarnya. Apa pun bisa disampaikan dan diekspresikan langsung melalui blog.
Kembali ke tulisan sebelum cerita saya, apakah ada fasilitas di internet yang bisa mewadahi keinginan masyarakat dalam memberi berbagai informasi? Jawabnya adalah obrolan di warung tenda tadi. Kita bisa saja membuat berita atau informasi dan meng-up load ke internet melalui blog.
Apa itu blog? Buat yang belum mengerti blog, sedikit saya ceritakan tentang tren baru di internet tersebut.
Menurut Enda Nasution’s Weblog, blog adalah kependekan dari Weblog, istilah yang pertama kali digunakan Jorn Barger pada Desember 1997. Jorn Barger menggunakan istilah Weblog untuk menyebut kelompok website pribadi yang selalu di-update secara kontinyu dan berisi link-link ke website lain yang mereka anggap menarik disertai dengan komentar-komentar mereka sendiri.
Blog kemudian berkembang mencari bentuk sesuai dengan kemauan para pembuatnya atau para Blogger. Blog yang pada mulanya merupakan “catatan perjalanan” seseorang di Internet, yaitu link ke website yang dikunjungi dan dianggap menarik, kemudian menjadi jauh lebih menarik dari pada sebuah daftar link.
Hal ini disebabkan karena para Blogger biasanya juga tidak lupa menyematkan komentar-komentar “cerdas” mereka, pendapat-pendapat pribadi dan bahkan mengekspresikan sarkasme mereka pada link yang mereka buat.
Media blog pertama kali dipopulerkan Blogger.com, yang dimiliki PyraLab sebelum akhirnya diakuisi Google Inc pada akhir 2002 lalu. Semenjak itu, terdapat banyak aplikasi-aplikasi yang bersifat sumber terbuka yang diperuntukkan pada perkembangan para penulis blog tersebut.
Blog mempunyai fungsi yang sangat beragam, dari sebuah catatan harian, media publikasi dalam sebuah kampanye politik, sampai dengan program-program media dan perusahaan-perusahaan. Sebagian blog dipelihara oleh seorang penulis tunggal, sementara sebagian lainnya oleh beberapa penulis.
Sudah mengerti? Kalau belum tahu juga, coba buka www.adinfopuri.blogspot.com, atau www.puri.co.nr itulah yang dinamakan blog. Majalah AdInfo memiliki blog sebagai cara lain menyampaikan berita dan informasi, selain versi cetaknya. Di situ semua orang bisa melihat apa saja berita-berita yang diliput wartawan termasuk konten Majalah AdInfo.
Blog & Citizen Journalism
Kini blog sudah dimanfaatkan banyak orang untuk berbagai kepentingan. Bahkan artis dan menteri di jajaran kabinet SBY pun ada yang memanfaatkan blog sebagai sarana komunikasi mereka. Bahkan saat ini telah ada Kementerian Desain RI yang memiliki blog dengan alamat www.menteridesainindonesia.blogspot.com.
AdInfo sebagai sebuah media konvensional menyikapi kehadiran blog sebagai sebuah budaya digital baru yang perlu direngkuh. Menganggapnya bukan sebagai pesaing dalam cara memberikan informasi kepada masyarakat, tapi meliriknya sebagai jalan transformasi menuju media massa digital.
Kesibukan masyarakat yang kian tinggi mengharuskan AdInfo menambah akselerasi mengimbangi mobilitas pembacanya. Mereka yang terbiasa di depan komputer dan menggunakan internet, tidak perlu lagi menunggu sampai ke rumah bila ingin membaca Majalah AdInfo. Cukup dengan mengakses alamat blog di atas.
Bagi AdInfo sendiri, dengan blog tersebut, proses penyampaian informasinya menjadi lebih cepat. Cepat karena semua wartawannya memiliki akses untuk meng-up load beritanya termasuk via handphone. Wartawan tidak memerlukan waktu lama untuk menjadi Blogger karena blog cukup mudah dipelajari.
Karena mudahnya itulah blog sekarang ini sudah memiliki jutaan pengikut, apalagi ada blog yang berbahasa Indonesia. Di Indonesia sendiri, jumlahnya cukup banyak, aktivitasnya pun terbilang tertinggi se-Asia Pasifik.
Kembali kepada blog AdInfo, di sana, pembaca bukan hanya bisa membaca artikel, tapi mereka pun bisa saja memberikan komentar atau menanyakan berbagai hal yang bersangkutan dengan artikel. Inilah yang menjadi kunci utama dari kehadiran blog. Bisa menghidupkan interaksi dua pihak.
Dengan interaksi yang interaktif tersebut, diharapkan akan lebih memberi arti baru dari sebuah media massa. Proses pemberian informasi pun tidak melulu hanya dari satu pihak, tapi bisa dari berbagai pihak dalam lingkup yang bisa diciptakan pembacanya sendiri.
Sampai di sini, pembaca dapat menjadi sumber informasi lain dari artikel atau topik yang sedang dibicarakan. Mereka bisa menambahkan informasi guna mencari kebenaran akan suatu hal. Masyarakat atau pembaca bisa jadi pewarta.
Mengesampingkan masalah benar atau tidak kadar informasinya, masyarakat sebenarnya bisa menjadi pembawa berita yang bermanfaat buat pembaca lain. Dalam dunia jurnalistik sekarang ini, ada yang dikenal dengan citizen journalism yang memungkinkan warga menjadi reporter (netizen).
Di situ, masyarakat bisa membuat artikel menarik, unik, dan informatif dari apa yang dilihat dan dirasa, baik dari lingkungannya sendiri atau tempat lain.
Wadahnya tidak lain adalah internet seperti halnya blog AdInfo tadi. Bedanya, di sini masyarakat bisa pro aktif memberitakan dalam bentuk tulisan, foto, atau video ke dalam sebuah website. Masyarakat akan mendapat akses khusus agar bisa mem-posting/mengirimkan beritanya.
Ke depan, AdInfo sendiri sedang menyiapkan kemungkinan tersebut dan sudah menyiapkan sebuah portal berita beralamat www.infokomunitas.com bekerja sama dengan banyak pihak sebagai penyedia konten. Di portal tersebut, masyarakat di masing-masing komunitas di mana AdInfo terbit, bisa menuangkan informasi, berita, keluhan, kritik, dan sebagainya dalam berbagai format.
Dengan kehadiran blog dan portal komunitas, AdInfo dengan sendirinya memiliki 2 platform dalam menyajikan informasi kepada masyarakat, versi online dan cetak. Dengan keduanya, AdInfo bisa merangkul banyak pihak, buat mereka yang belum familiar dengan internet dan mereka yang akrab dengan teknologi informasi tersebut.
Persilangan platform ini dilakukan karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang heterogen. Dan bisa saja, di hitungan tahun ke berapa, media konvensional punah diganti dengan media online seperti blog. Siapa tahu?