Spesialis Iga Sapi Penyet Suroboyoan
“Sumpah iga ene enak banget!!! luarnya garing, dalamnya empuk! sambalnya mantab, plus taburan bawang goreng kering bikin tambah lengkap...”
Penggalan kalimat di atas bukan bikinan atau pesanan. Tapi, sebuah ekspresi, penghayatan beberapa orang yang menuliskan pengalamannya di blog setelah merasakan iga sapi penyet Warung Léko asli Surabaya yang berdiri 2006 silam ini.
Setelah sukses di Surabaya, Warung Léko kini memiliki beberapa cabang dan franchise yang tersebar di beberapa kota di Indonesia. Salah satunya di Jakarta yang bertempat di Rukan Cordoba Bukit Golf Mediteranian, Pantai Indah Kapuk. Meski hadir di tengah kawasan elit, kesederhanaan masih menjadi gambaran yang tidak bisa dipisahkan darinya.
Sejak awal berdiri, kesan sederhana itu nampak dari gaya warungan sebagai konsep yang diusung pemiliknya. Selain membuat akrab sesama pelanggan, suasana warungan lebih dekat di hati masyarakat kita. Tidak ada kesan glamour, eksklusif atau serba wah lainnya.
Tengok saja meja dan kursi panjangnya, mirip warteg, yang menandakan semua orang di sana sama. Tanpa status, pangkat, jabatan, duduk sama rata menikmati iga sapi penyet yang disajikan. Ada juga deretan kursi bertahta payung penahan panas di teras luar yang langsung berhadapan dengan jalan boulevard PIK.
Menurut Pemilik Warung Léko PIK, konsep warungan sudah lekat dengan gaya hidup masyarakat. “Kalau iga sapi ada di restoran dan hotel itu sudah biasa. Tapi, kalau di warung, kan belum ada. Inilah yang menjadi ide kakak saya sejak awal, iga sapi penyetnya mengusung konsep warungan. Lagipula, iga sapi di tempat mewah, harganya jauh dari standar ekonomi masyarakat kita.”
Nama Léko sendiri dalam bahasa Jawa Suroboyoan berarti lahap. “Mas bisa lihat sendiri, orang yang makan di warung pasti memberi ekspresi tersendiri. Tanpa sungkan, mereka makan dengan lahap sesekali mengusap peluhnya yang jatuh karena saking nikmatnya. Sensasi ini yang kami hadirkan dari Warung Léko,” terang pria alumnus Universitas Petra Surabaya ini.
Merujuk komentar di atas, tak salah jika Warung Léko menghadirkan suasana warungan dengan menu spesial iga sapi penyet. Awalnya, saya heran mengapa iganya harus “penyet”? Setahu saya dipenyet berarti dipencet atau ditekan dari kedua sisi.
Ternyata keheranan saya tadi berujung pada pemahaman setelah pemiliknya menjelaskan bahwa istilah penyet merujuk pada cara mengolah sambalnya yang diulek di atas cowet atau cobek dari gerabah. Jadi, iga penyet maksudnya iga yang disajikan dengan sambal penyet.
Di tengah kepungan sambal instan kemasaan botol atau saset, sambal penyet setidaknya membawa kita kembali pada romantisme tradisi cara menyambal nenek moyang yang terlupakan. Dengan bahan terasi, cabai, dan garam yang dibuat secara manual di atas cobek, mengembalikan aroma khas yang lama hilang. Spesialnya lagi, bahan terasinya didatangkan langsung dari Surabaya.
Sedangkan iganya adalah iga sapi super dari pejantan lokal karena kualitas dagingnya baik dan sedikit lemak.
Iganya Nendang!
Sesuai dengan namanya, iga sapi penyet menjadi menu andalan khas Warung Léko. Sampai sekarang, Warung Léko tetap menyajikan iga sapi penyet sesuai pakemnya yaitu menggunakan piring dari gerabah atau tanah liat sebagai tempatnya. Di permukaan piring yang dilumuri sambal penyet tadi menjadi alas iga sapi dengan taburan bawang goreng di atasnya. Tak ketinggalan lalapan daun kol, kemangi dan mentimun menjadi teman setia sambal dan iga.
Satu porsi iga penyet berisi tiga potong iga besar yang pastinya bakal membuat selera makan Anda menjadi-jadi. Pasalnya, olahan iga sapinya terasa empuk sekali. Hanya dengan dua sentuhan jari tangan kita, daging iga mudah terkelupas dari batang tulang.
Hal yang membuat iga sapi penyet jadi dambaan adalah sambalnya yang terkenal pedas. Bisa dipastikan rasa pedas ini yang membuat orang lahap ketika menyantapnya. Namun, bagi yang tidak terbiasa dengan sambal pedas, tersedia sambal tomat.
Rasa pedas ini memang dipertahankan sedari awal. Ada 4 macam sambal yang bisa disesuaikan dengan selera pelanggan yaitu, sambal tidak pedas, sedang, pedas, dan ekstra pedas.
Menurut pemiliknya, pelanggan yang datang ke Warung Léko pasti mencari iga penyet. Tapi, banyak menu andalan lain yang tidak kalah dari iga penyet, sop iga misalnya. Karena disajikan di atas kompor, sop iga ini tetap hangat sehingga aroma kuah dagingnya tetap terasa sepanjang kita menikmatinya. Untuk menu sop iga, selalu ditemani sambal, suwiran daun bawang, dan jeruk nipis.
Di Warung Léko, ayam penyet, gurame penyet, otot penyet, untuk menyebut beberapa, adalah menu yang juga banyak dipesan selain iga penyet tentunya. Selain menu tadi, jangan Anda lewatkan cah kangkung yang ijo royo-royo dan cah toge.
Tapi, untuk minuman, Warung Léko menyajikan menu pada umumnya seperti, kelapa ijo, es cincau susu, teh tubruk, es teh manis dan aneka jus. Ketika Adinfo menanyakan kenapa menu minuman tidak spesial seperti iganya, pemiliknya hanya menjawab, “Kalau ke Léko, yang dicari iganya bukan minumannya.”
Di balik rahasia cita rasa khas Warung Léko, adalah keistimewaan bumbunya yang didatangkan langsung dari Surabaya. Hal ini berlaku untuk semua Warung Léko di manapun. “Rahasia bumbu dipegang mamah saya. Saya sebagai anaknya sendiri tidak tahu,” terang pemiliknya memberi sedikit bocoran pada Adinfo.
Meski baru dibuka 25 Maret lalu, Warung Léko yang juga akan hadir di wilayah Puri Kembangan , Jakarta Barat ini, sudah memiliki banyak pelanggan dari Pluit, Muara Karang, PIK dan sekitarnya. Pada hari-hari biasa, 150 kilogram iga sapi, atau setara dengan 400 porsi, bisa habis untuk memenuhi selera pelanggan yang datang. Sedangkan pada Sabtu dan Minggu, bisa habis sekitar 560 porsi. Seringkali, mereka yang mau menikmati iga sapi di akhir pekan harus buru-buru kalau tidak mau masuk waiting list.
Dari pada menambah kebingungan tak berpangkal, silahkan datang dan rasakan sendiri menu Warung Léko yang buka dari pukul 11.00 - 10.00 malam. Selain bisa dinikmati di tempat, Warung Léko juga menerima pesan antar dengan minimum pemesanan 3 porsi iga penyet untuk wilayah Pluit dan sekitarnya.