Flu Babi Mengintai Kapuk
Belum lama flu burung hilang, kini datang flu babi membawa antipati. Begitulah pandangan seragam masyarakat Kapuk, Jakarta Barat, yang resah mengingat Rumah Pemotongan Hewan atau RPH babi berada di kampungnya.
Meski belum sampai ada orang yang dicurigai menderita atau terinfeksi flu Meksiko, virus yang juga disebut A H1N1 ini bagai mimpi buruk buat warga Kapuk.
Pertimbangannya, bau tak sedap hampir sepanjang musim membuat warga Kapuk berpahit lidah kepada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta untuk memindahkan RPH yang tidak memenuhi standar kebersihan lingkungan tersebut.
Salah satu warga Kapuk, Nurachmat, mengatakan sudah puluhan tahun lebih warga mengeluhkan kondisi tersebut. Setiap hari warga dipaksa mencium bau menyengat yang berasal dari rumah pemotongan hewan itu.
"Karena itu, kami minta RPH tersebut dipindahkan. Sebab, limbahnya ke mana-mana. Apalagi kalau hujan, darah dan isi potongan perut babi ke mana-mana," kata Ketua RW 04 ini. Tuntutan itu menguat bukan saja lantaran bau tak sedap, tetapi saluran pembuangan limbahnya tidak memenuhi standar dan membahayakan kesehatan warga sekitar.
Sebagai bentuk kesigapan, Pemerintah Administrasi Jakarta Barat membentuk tim yang terdiri dari Suku Dinas Peternakan dan Perikanan, Sudin Kesehatan, Kantor Pengelola Lingkungan Hidup, dan Puskesmas.
Dalam tinjauan ke RPH Kapuk, tim gabungan ini mendapatkan Instalasi Pengolahan Air Limbah atau IPAL di RPH babi Kapuk yang tidak berfungsi. Lahan IPAL bahkan ditumbuhi alang-alang setinggi 30 sentimeter dan tercemar kotoran. Ditambah lagi pompa IPAL yang tidak berfungsi.
Kondisi demikian membuat RPH babi Kapuk terlihat kumuh karena limbah yang dihasilkan RPH itu dibuang tidak pada tempatnya. Akibatnya, saluran air di sekitar RPH yang seharusnya steril dari limbah menjadi tercemar dan menimbulkan bau tidak sedap. Ini menjadi catatan bagi tim untuk segera dicarikan jalan keluar.
"Saya memberi waktu satu bulan kepada pengelola RPH babi untuk memperbaiki IPAL yang dimiliki," ujar Kepala Kantor Pengelola Lingkungan Hidup Jakarta Barat, Yosiono Anwar Supalal,.
Kepala RPH Babi Kapuk, Widanardi, mengakui kalau IPAL di RPH babi Kapuk memang tidak berfungsi sejak lama. Namun hal itu bukan faktor kesengajaan dari RPH, melainkan karena mereka belum memiliki dana yang cukup untuk memperbaiki, karena biaya yang dibutuhkan memperbaiki IPAL cukup besar. Kendati begitu, Winardi berjanji akan segera mencari cara agar IPAL di RPH babi Kapuk bisa segera diperbaiki. "Kami akan berusaha memperbaiki IPAL tersebut dalam satu bulan," tuturnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI, Dien Emmawati mengatakan, manajemen Dinkes serta Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) dan seluruh Puskesmas telah siap menghadapi kemungkinan timbulnya penyakit flu babi di Jakarta. Bahkan, Dinkes mengumpulkan petugas Puskesmas kecamatan dan kelurahan serta Sudinkes untuk mengikuti sosialisasi flu babi.
Materi yang disosialisasikan menyangkut pemberitahuan kepada setiap pasien yang datang mengenai apa itu flu babi, gejalanya, dan pencegahannya. Jika ada warga yang diduga terkena flu babi, Dinkes DKI sudah menyiapkan dua rumah sakit rujukan yaitu, RS Sulianti Saroso dan RS Persahabatan.
Dari Kapuk ke Ciangir?
Tidak hanya warga Kapuk yang tak puas. Wali Kota Jakarta Barat, Joko Ramadhan juga menyampaikan keberatan warganya terhadap keberadaan RPH babi kepada Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto dalam Musrenbang (Musyawarah Rencana Pembangunan) tingkat provinsi. Selain bau dan limbah, sebagian besar warga yang beragama Islam merasa terganggu dengan banyaknya jumlah babi di RPH itu.
”Jakarta adalah kota metropolitan, tidak selayaknya ada RPH babi di kota ini. RPH sebaiknya direlokasi ke kota lain dan Jakarta hanya menerima kiriman dagingnya,” kata Joko.
Menindaklanjuti hal ini, Pemprov DKI akan merelokasi rumah jagal babi dari Kapuk ke Ciangir, Tangerang, menyusul desakan penduduk sekitar Kapuk yang khawatir akan risiko kesehatan yang ditimbulkan oleh fasilitas tersebut.
Hal itu ditegaskan langsung Prijanto usai menghadiri Musrenbang di Balai Agung, DKI Jakarta, Selasa (5/5). Menurut Prijanto, lahan miliki Pemprov DKI yang nantinya bakal RPH Kapuk seluas 100 hektare. Lahan ini akan menyatu dengan tempat pengolahan sampah terpadu (TPSP) dan RPH ayam.
“Nanti, kita jadikan satu di Ciangir. Di sana kan jauh dari permukiman. Tapi diberi jarak antara RPH ayam dan RPH babi. Usulan ini sudah kami sampaikan ke Pemkab Tangerang, tapi belum mendapatkan persetujuan," ujarnya di Jakarta.
Prijanto menjelaskan, relokasi itu diperkirakan membutuhkan dana APBD DKI sekitar Rp10 miliar. Sayang, dia tidak menjelaskan kapan persisnya relokasi RPH Kapuk akan dilakukan, apakah tahun ini atau tahun depan.
Ketika ditemui terpisah, Kepala Dinas Kelautan, Peternakan dan Ketahanan Pangan DKI Edy Setiarto, mengatakan relokasi tidak dilakukan dalam waktu dekat karena saat ini pemprov telah merevitalisasi RPH Kapuk dengan dana sebesar Rp 3 miliar.
Selain itu, Dinas KPKP DKI mengintensifkan agar seluruh petugas di RPH babi menggunakan alat pelindung. Setiap hari, petugas harus melakukan pembersihan dan menyemprot desinfektan. "Biasanya pemotongan dilakukan pukul 14.00, setelah selesai seluruh petugas wajib membersihkan diri," tegasnya.
Sebelumnya, petugas penyembelih tak menggunakan pelindung sama sekali, kini seluru petugas diwajibkan menggunakan masker dan sepatu bot.
Mengenal flu babi
Setelah endemi flu burung merebak ke Indonesia, kini giliran flu babi membuat resah masyarakat kita. Hal itu terlihat dari sikap waswas masyarakat yang tinggal dekat peternakan atau kandang babi. Karena terlanjur resah, masyarakat menuntut agar dilakukan penutupan tempat atau kandang babi.
Tapi, tahukah masyarakat apa itu flu babi? Seperti diambil dari beberapa sumber, flu babi adalah penyakit flu yang disebabkan oleh virus influenza tipe A. Virus ini termasuk dalam keluarga Orthomyxoviridae. Virus flu babi masih satu genus dengan virus penyebab flu burung. Badan Kesehatan Dunia, WHO, membenarkan bahwa setidaknya sejumlah kasus adalah versi H1N1 influenza tipe A yang tidak pernah ada sebelumnya.
Virus influenza A ini menjadi perhatian karena galur virus yang berbeda menyebabkan influenza pada unggas, kuda dan babi. Flu babi merupakan salah satu penyakit zoonosis yang ditakuti selain flu burung karena dapat menginfeksi manusia.
Infeksi pada manusia relatif menyerang tukang potong dan peternak babi. Biasanya, mereka yang terserang flu babi akan mengalami penyakit pernafasan, demam, lesu, letih, nyeri tenggorokan, penurunan nafsu makan, dan mungkin diikuti muntah, mual dan diare. Penularan dari manusia ke manusia biasanya terbatas dan belum ada catatan pasti.
Sampai saat ini, wabah flu babi telah memakan banyak korban di negara asalnya Meksiko dan negara bagian Amerika juga Eropa. Di Meksiko, korban yang meninggal sudah mencapai 68 orang dan 20 orang positif flu babi. Sedangkan 1004 lainnya terinfeksi. Data ini bisa bertambah mengingat penyebaran flu babi sangat cepat.
Sementara di Amerika, jumlah korban yang terinfeksi flu babi berjumlah 8 orang di negara bagian Texas dan California. Meski belum diketahui pasti apakah status flu babi bisa menjadi pandemik seperti flu burung, langkah antisipasi dan pencegahan tetap harus digalakkan pemerintah dan warga. Karena itu, sosialisasi pemerintah kepada warga tentang flu babi dan cara pencegahannya menjadi penting.
Sebagai wujud tanggap terhadap virus ini, pemerintah sudah menyediakan layanan informasi dan penerimaan laporan kasus dugaan infeksi virus influenza tipe A subtipe H1N1 baru. Melalui pusat layanan pesan pendek di nomor 0812-80 000 358/0819-790 4919 dan layanan telepon ke posko KLB Departemen Kesehatan di nomor 021-425 7125, masyarakat bisa melaporkannya.
Tiga Jurus Mencegah Flu Babi
Seperti yang dilansir melalui Huffington Post, ada beberapa langkah pencegahan penularan flu babi yang dapat dilakukan :
1.Menjaga kebersihan tangan dengan selalu mencuci tangan. Meski sepele, mencuci tangan selama 20 detik ternyata ampuh menahan penyebaran virus yang bisa masuk melalui tangan yang terkontaminasi virus.
2.Hindari kontak dengan dengan orang-orang yang sedang tidak sehat. Begitu pula jika Anda sedang sakit, sebaiknya beristirahat dan menjauh dari tempat-tempat keramaian. Hal ini akan mencegah Anda terinfeksi virus ataupun menginfeksi orang lain.
3.Terakhir, kenali gejala penyakitnya dan segera berobat seandainya Anda menemukan tanda-tanda mengidap penyakit tersebut. Flu babi memiliki gejala mirip dengan flu pada umumnya seperti demam, sakit badan, sakit tengggorokan, batuk, berak bahkan muntah.