Sutejo M. Dahlan: Saya Kecewa…
Tidak banyak yang dapat dilakukan para tunanetra di saat Pemilu kemarin. Di saat sebagian warga dengan hak pilihnya larut dalam euforia pesta demokrasi lima tahunan, para pemilih tunanetra justru harap-harap cemas. Terutama bila terkait dengan sarana dan prasarana Pemilu.
Bila masyarakat kebanyakan tidak memiliki halangan dalam memilih, mereka (para tunanetra) harus tergantung dengan alat bantu karena keterbatasan dalam melihat. KPU harus menyediakan alat bantu tersebut di tiap TPS yang memiliki DPT (Daftar Pemilih Tetap) tunanetra.
Saat ditemui, Sutejo M. Dahlan selaku Ketua PERTUNI (Persatuan Tuna Netra Indonesia) DPC Jakarta Barat, merasa kecewa dengan pelaksanaan Pemilu. Selain tanggapan KPUD Jakarta Barat yang dianggapnya “dingin”, sarana buat pemilih tunanetra di TPS pun tidak kunjung tersedia.
Berikut wawancara dengan Sutejo M. Dahlan seusai pemilihan legislatif pada 9 April 2009 lalu di kediamannya yang sekaligus Kantor PERTUNI DPC Jakarta Barat :
Apa Pendapat Anda Tentang Pemilu Kemarin ?
Pemilu kali ini saya tanggapi dengan semangat. Sebelumnya, saya melakukan kordinasi dengan anggota-anggota saya. Kami mencari alamat dan nomor telepon KPUD Jakarta Barat agar kami mendapat sosialisasi tentang Pemilu. Namun hal ini tidak membuahkan hasil. Alamat dan nomor telepon yang didapat pun bagai “rumah tak bertuan”.
Ketika menelepon, pihak KPUD Jakarta Barat menanggapi sangat dingin. Hal inilah yang membuat saya bersama anggota PERTUNI DPC Jakarta Barat memilih untuk pasrah. Pasrah yang dilakukan bukan tidak memilih atau “golput”. Tapi, saya harus mengikuti pemilihan anggota legislatif dengan didampingi orang terdekat.
“Saya sendiri harus didampingi oleh anak saya dalam mencontreng anggota legislatif pilihannya,” kata Sutejo.
Kami juga kan manusia, seharusnya kami diberi perhatian yang sama. Kami punya hak pilih, tapi tidak diberikan ruang untuk mengenal Pemilu. Bagaimana kami bisa mengenal dan memilih? Masyarakat biasa saja, yang masih bisa melihat, masih bingung ketika mencontreng, apalagi kami tunanetra yang tidak diberikan sarana.
Saya mengaku cukup kecewa dengan kurangnya perhatian pemerintah terhadap pemilih tunanetra. Salah satu buktinya adalah tidak adanya sosialisasi Pemilu di kalangan pemilih tunanetra. Padahal, sosialisasi tersebut sangat dibutuhkan kaum tunanetra yang memiliki keterbatasan penglihatan.
Sutejo khawatir kalau pemilih tunanetra yang tidak mendapat sarana di TPS, tidak dapat menggunakan hak pilihnya, atau karena dipaksakan, suaranya menjadi tidak sah dan akhirnya sia-sia belaka.
Apa yang Diharapkan Saat Pemilu Berlangsung?
Kami sebagai warga negara Indonesia yang punya hak memilih diberikan sarana. Dengan adanya alat bantu berupa template surat suara berhuruf Braille, para penyandang tunanetra bisa menggunakan hak pilihnya secara lebih rahasia meskipun masih terbatas pada pemilu anggota DPD dan pemilu presiden.
Selama ini, para pemilih tunanetra selalu menyiapkan seorang pendamping yang akan menemaninya di bilik suara. Di bilik suara, mereka bisanya akan diarahkan pada calon atau partai politik yang dipilih.
Tapi apa yang terjadi. Jangankan template surat suara berhuruf Braille, sosialisasi tentang Pemilu kepada kami pun tidak ada. Bahkan, ketika kami ingin meminta informasi tentang bagaimana pelaksanaan Pemilu, seolah kami tak dianggap.
Ketika hari pencontrenagn tiba, saya terpaksa dibantu oleh anak saya untuk mencontreng partai atau nama calon anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi dan DPR RI, karena alat bantu yang disediakan hanya untuk Dewan Perwakilan Daerah saja.
Apa Kendala Saat Melakukan Pencontrengan ?
Mungkin bukan hanya kami penyandang tunanetra yang mengalami kesulitan ketika harus mencontreng. Selain lembaran kertas yang terlalu besar, nama caleg yang tersedia pun cukup banyak. Inilah yang membuat kami sedikit bingung. Selain itu, prasarana dan sarana berupa template surat suara berhuruf Braille pun tidak tersedia. Hal ini juga menjadi kendala kami.
Selain itu, dengan kurangnya sarana Pemilu, membuat kami harus mencontreng di TPS masing-masing. Bahkan, banyak juga anggota kami yang tidak mencontreng akibat tidak ada di DPT (Daftar Pemilih Tetap). Selain itu, ada pula yang hanya memiliki KTP daerah. Inilah yang menjadi kesulitan kami.
Harapan Setelah Mencontreng ?
Kami berharap, kepada wakil rakyat yang telah kami percaya untuk benar-benar mengemban tugas demi kemajuan bangsa dan negara. Selain itu, untuk pemilihan Pilpres dan Wapres nanti, dirinya berharap agar pemerintah lebih memperhatikan para tunanetra dan mereka yang berkebutuhan khusus. Di mana suara kami pun turut serta memanjukan bangsa dan negara ini.
Menyinggung tentang pemerintahan sekarang ini, dirinya dengan gamblang menuturkan bahwa beliau sangat simpatik dengan tokoh SBY. Menurutnya, beliau sungguh-sungguh memberantas korupsi tanpa pandang bulu. Dirinya pun berharap, jika nanti terpilih lagi sebagai presiden Indonesia, beliau lebih serius lagi dalam membasmi para koruptor yang membuat negara ini menjadi terbelakang.