Ketika Harus Memerbaiki Produk Elektronik
Sekarang ini, masyarakat sudah sangat tergantung dengan peralatan elektronik. Semua produk mulai peralatan rumah tangga sampai perlengkapan kantor, pasti menggunakan produk elektronik. Begitu tergantungnya kita dengan produk elektronik.
Memang, produk elektronik merupakan satu tahapan dari peradaban yang memermudah manusia dalam pekerjaan atau keseharian. Dengannya, segala hal menjadi lebih mudah dan cepat.
Sayangnya, kebanyakan dari masyarakat hanya mampu membeli, tapi tidak memiliki kemampuan untuk memerbaikinya. Meski hanya kerusakan kecil sekali pun. Akhirnya, masyarakat mengandalkan jasa perbaikan alat elektronik yang banyak tersebar di mana-mana.
Namun, ketika memerbaiki produk elektronik, tidak sedikit masyarakat yang merasa “dibohongi”. Karena alasan ketidaktahuan masyarakat, ada tempat perbaikan produk elektronik yang berbuat “curang”. Misalnya, dikatakan ada pergantian suku cadang, padahal hanya dikencangkan bautnya atau dibersihkan. Akhirnya, selain biaya jasa perbaikan, masyarakat juga diharuskan membayar suku cadang yang sebenarnya tidak diganti sama sekali.
Ada pula tempat perbaikan produk elektronik yang tidak “jujur”. Contohnya, saat selesai diperbaiki, biaya yang dikenakan sama saja dengan produk elektronik yang rusak parah. Padahal, kerusakannya hanya sepele, tapi biayanya disamaratakan. Hal ini tentunya juga merugikan masyarakat.
Oleh karena itu, masyarakat diharapkan bisa bersikap kritis ketika memerbaiki produk elektronik. Tidak ada salahnya bila harus menanyakan kerusakan secara detil. Selain mencegah untuk tidak tertipu, kita pun bisa mengambil pelajaran terhadap kerusakan-kerusakan yang sering terjadi pada produk elektronik. Siapa tahu, kita nantinya malah bisa memerbaiki sendiri produk elektronik yang rusak.
Kemudian, bila ada suku cadang yang diganti, jangan segan untuk menanyakan suku cadang yang diganti tersebut. Hal ini bisa menjadi bukti kalau suku cadangnya memang rusak dan harus diganti dengan yang baru.
Jangan lupa untuk meminta perincian biaya jasa perbaikan atau harga komponen yang diganti. Dengan begitu, penjual jasa perbaikan elektronik pun tidak akan semena-mena terhadap barang elektronik kita dan memberikan biaya perbaikannya.
Garansi
Di samping hal di atas, masyarakat juga sering kali bermasalah dengan garansi. Garansi yang semestinya bisa menjadi jaminan kualitas sebuah produk, sering kali hanya sekedar tulisan di atas kertas. Ketika diklaim, bukannya mendapat perbaikan gratis, malah produk Anda disebut sebagai “barang gelap”.
Ada 2 macam garansi yang diberikan bila kita membeli produk elektronik. Pertama, garansi toko dan kedua, garansi produsen, pabrik, atau agen distributor resmi. Meski sama-sama garansi, tapi jaminan perbaikan dan penggantian komponennya tidak sama.
Kalau kita membeli produk dengan garansi toko, tentunya kita tak bisa memerbaiki produk di tempat servis atau agen distributor resmi. Mereka tidak mau memerbaiki produk yang bukan asli atau produksi resmi. Alasannya, bisa saja produk tersebut palsu atau selundupan (black market), jadi mereka tidak mau bertanggung jawab.
Memang, harga produk bergaransi resmi dan garansi toko ada perbedaanya. Sehingga banyak juga masyarakat yang memilih harga lebih murah dari pada produk bergaransi resmi. Tapi, masyarakat harus mendapat informasi yang jujur dari penjualnya. Jangan sampai produk selundupan dibilang memiliki garansi resmi.
Sebetulnya, ada cara sederhana membedakan garansi resmi dan garansi toko. Konsumen cukup menanyakannya ke pengelola toko. Umumnya, pengelola toko akan dengan jujur menunjukkan mana barang bergaransi resmi dan mana barang bergaransi tak resmi.
Selain itu, kartu garansi resmi memiliki stempel resmi dan berstiker hologram.
Stiker itu menyimpan kode rahasia yang hanya bisa dideteksi oleh komputer milik pabrik atau agen resmi. Dengan stiker ini, pabrik atau agen resmi dapat mengetahui apakah kartu garansi itu benar-benar asli atau palsu.