Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Opini. Tampilkan semua postingan

Antisipasi Kebakaran

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penanggulangan Bencana (Dinas Damkar dan PB) DKI Jakarta mencatat sudah terjadi 300 kasus kebakaran. Korban meninggal dunia tercatat sebanyak 17 orang, serta korban luka-luka 22 orang pada periode Januari – 9 Juni 2009 (beritajakarta.com).

Angka tersebut didapat dari beberapa kejadian kebakaran yang terjadi di Jakarta. Kasus kebakaran paling banyak terjadi di Jakarta Selatan, yakni 71 kasus, kemudian Jakarta Barat 70 kasus, Jakarta Timur 61 kasus, Jakarta Pusat 52 kasus, dan Jakarta Utara 46 kasus.

Melihat data tersebut, setidaknya, di Jakarta terjadi 2 kasus kebakaran setiap harinya. Angka tersebut bisa menjadi warning bagi warga Jakarta untuk meningkatkan kewaspadaan. Apalagi sekarang ini sudah masuk musim kemarau yang biasanya lebih mudah memicu kebakaran.

Bukan hanya materi yang akan melayang dalam peristiwa kebakaran, tapi juga nyawa. Dalam rentan waktu di atas, tercatat 17 orang meninggal dunia dan 22 orang luka-luka.

Ada beberapa hal yang bisa diambil masyarakat untuk menghindari kebakaran. Karena penyebab kebakaran yang paling banyak terjadi adalah korsleting arus listrik/hubungan arus pendek, maka diharapkan masyarakat berhati-hati dalam menyambung kabel listrik. Kasus ini sering terjadi di kawasan perumahan dan karena kesembronoan masyarakat dalam menyambung kabel listrik.

Kemudian, masalah kompor di dapur, sering kali juga menjadi penyebab kebakaran. Sebisa mungkin tidak meninggalkan kompor yang masih menyala. Matikan dan periksa kompor ketika hendak pergi, karena kompor menjadi penyebab kebakaran terbanyak ketiga dalam periode tersebut.

Lainnya, bagi mereka yang merokok, pastikan rokok yang dibuang sudah dimatikan. Bara api rokok bisa menyebabkan kebakaran. Tercatat 8 kasus kebakaran yang disebabkan karena puntung rokok yang tidak dimatikan.

Dalam meminimalisir kasus kebakaran, diharapkan masyarakat turut aktif dalam upaya pencegahannya. Karena tanpa peran serta masyarakat, Dinas Damkar dan PB tidak akan bisa berbuat banyak.

Read More ..

Banyak Bangunan Jakbar Tidak Miliki IMB

Ternyata, masih banyak bangunan liar dan tidak liar yang belum memiliki IMB (Ijin Mendirikan Bangunan) di Jakarta Barat. Terhitung sekitar 400 laporan yang masuk ke Sudin P2B Jakarta Barat mengenai bangunan-bangunan bermasalah di wilayah ini. Semuanya akan ditindaklanjuti dengan pembongkaran bila memang tidak ada inisiatif baik dari pemiliknya.

Sampai dengan akhir Maret, sudah 3 bangunan di Kapuk, Rawa Buaya, dan Cengkareng Timur melanggar yang dibongkar. Terakhir, akan dibongkar sebuah bengkel yang berlokasi di Kedoya. Semuanya dilakukan untuk ketertiban wilayah Jakarta Barat agar tertata dengan rapih.

Tidak tahu alasan yang pasti kenapa pemilik bangunan tidak segera mengurus IMB. Padahal aturan kepemilikan IMB sudah tertuang dalam Perda. Begitu juga dengan biayanya. Singkat kata, IMB sudah merupakan keharusan dalam syarat mendirikan bangunan.

Tapi, ada kemungkinan para pemilik bangunan ini tidak memiliki banyak waktu dalam mengurusnya. Dengan kata lain, mereka sibuk dan lebih memilih menggunakan jasa perantara atau calo.

Alangkah baiknya, bila pemerintah memberikan solusi dengan cara “jemput bola”. Seperti halnya dalam pengurusan perpanjangan SIM atau STNK dan surat-surat tanah. Dengan menggunakan mobil khusus, pihak Polda Metro Jaya dan BPN memermudah masyarakat dalam mengurus segala perizinan. Sekaligus menghindari praktek percaloan.

Dengan cara ini, secara tidak langsung akan membuat pemilik bangunan merasa punya akses cepat dalam pengurusan IMB. Imajinasi birokrasi yang berbelit-belit pun sepertinya akan sirna. Terganti dengan pelayanan yang cepat dan pasti dari Sudin Perizinan Bangunan. Pun meluruskan fungsi pemerintah yang harusnya melayani masyarakat, bukan dilayani oleh masyarakat.


Read More ..

Bebaskan Lahan JORR

Awal November 2008 lalu, Pemkot Jakarta Barat mensosialisasikan JORR (Jakarta Outer Ring Road) W2 Utara kepada warga di tiga kelurahan, Meruya Selatan, Meruya Utara dan Joglo, Kecamatan Kembangan.

Dalam pertemuan yang dilangsungkan di Kantor Kelurahan Meruya Utara ini dijelaskan mengenai pembebasan tanah untuk proyek tersebut. Warga dan Pemkot Jakarta Barat bermusyawarah mencari titik temu mengenai pembebasan lahan.

Pembangunan JORR (Jakarta Outer Ring Road) W2 Utara sudah tertunda bertahun-tahun. Sekarang, proyek tersebut baru akan dilaksanakan, warga pun tidak tahu batasan-batasan mana saja dari lahan mereka yang terkena proyek tersebut.

Di sinilah, bagaimana biasanya sebuah proyek pemerintah mengalami kontroversi, terutama mengenai harga tanah yang akan dibebaskan. Bukan hal baru bila warga tidak puas dengan harga tanah yang diberikan pemerintah.

Mau tidak mau, bila masyarakat keberatan, mereka tetap harus menerima harga yang diberikan. Apalagi proyek ini mengatasnamakan kepentingan umum. Pemerintah tentunya memiliki alasan yang kuat untuk tetap melaksanakannya.

Sebaliknya, masyarakat pun memiliki sebab yang kuat mengapa mereka teguh dengan harga tanah yang menurut masyarakat pantas diterima. Apalagi sekarang ini susah sekali mendapatkan lahan kosong di Jakarta. Kalau pun ada, harganya pasti sangat tinggi.

Mudah-mudahan, dengan adanya pertemuan tersebut, silang pendapat antara pemerintah dan masyarakat dapat disatukan. Apalagi pemerintah berjanji bukan hanya tanah warga saja yang akan diberikan ganti rugi, tapi juga aset lainnya seperti tanaman, pagar, dan lainnya.

Dengan begitu, tidak ada milik warga yang terbuang percuma. Semua diganti oleh pemerintah. Semoga.

Read More ..

Penyakit Kronis

Penyakit kronis adalah penyakit yang sudah berlangsung lama dan bisa menyebabkan kematian. Bila manusia sudah menderita penyakit kronis seperti jantung, kanker, atau AIDS, bisa dibilang tinggal menunggu hari saja.


Jakarta sepertinya mengidap penyakit kronis dengan kemacetannya. Setiap pagi atau sore, tidak di mana-mana selama masih di Jakarta, pasti ada kemacetan. Jalan lengang Jakarta hanya bisa dilihat ketika penduduknya mudik Lebaran.
Banyaknya pemilik kendaraan bermotor diduga sebagai penyebabnya. Selain itu, tidak bertambahnya ruas jalan pun semakin menambah parahnya Jakarta.
Karena kemacetan kronis Jakarta, kerugian diduga Rp43 trilyun karena pemborosan bahan bakar, waktu kerja, angkutan barang, dan angkutan umum. Terlebih lagi, Jakarta pun bisa mandek pada tahun 2014 jika kemacetan tidak bisa di atasi.
Sepakat bila akhir-akhir ini sudah masuk musim penghujan, penyakit kronis Jakarta lain pun akan kambuh lagi, banjir.
Tercatat dalam tahun-tahun terakhir ini, Jakarta pasti menjadi langganan banjir. Minimal, jalan-jalan biasa sampai jalan setingkat propinsi pasti ada yang tergenang.
Awal 2007 lalu saja, sekitar 60% wilayah Jakarta terendam banjir. Di beberapa titik, kedalamannya mencapai 5 meter. Karenanya, banyak korban jiwa dan harta benda melayang.
Lalu, bagaimana mengatasi 2 penyakit kronis tersebut? Tenang saja, Pemprop DKI Jakarta sudah mengantisipasinya. Untuk penyakit macet, pemerintah sedang membangun jalur Busway. Sedang banjir, mereka sudah rapat koordinasi dengan aparat penanggulangan banjir, gladiresik, bahkan pameran banjir.
Tapi, bukankah pembangunan Busway sering mendapat tentangan dan malah menyebabkan kemacetan semakin parah? Bukankah apa yang dilakukan pemerintah mengatasi banjir di atas sudah dilakukan tiap tahun?
Hasilnya, tetap tak memuaskan. Dari tahun ke tahun tetap saja begitu. Minim terobosan baru. Apa yang harus kita lakukan? Revolusi? Atau kita biarkan saja Jakarta tenggelam dan tertimbun banyaknya kendaraan bermotor. Mau?

Read More ..

Antara Geng Motor dan Aliran Sesat

Sampai awal November lalu, di koran, majalah, sampai blog kerap membicarakan geng motor yang berbuat anarkis. Kebetulan yang menjadi sorotan adalah geng motor di Bandung. Pihak kepolisian sudah mendapat bukti bahwa mereka melakukan perusakan dan merekrut anggota baru dengan cara tidak manusiawi.


Awalnya, geng motor ini hanyalah sekumpulan anak-anak muda penggemar motor. Layaknya anak muda lainnya, mereka pun sering rame-rame nongkrong malam dan trek-trekan dengan memilih satu tempat sebagai posko dan meluas menguasai daerah tertentu.

Entah karena apa, mereka pun menjadi beringas, brutal, bahkan sampai berani membunuh. Ternyata, sikap mereka tersebut tidak terlepas dari doktrin yang mereka ciptakan. Mereka disumpah pada saat perekrutan dan harus mematuhinya.

Setiap anggota geng motor dalam sumpahnya, harus berani melawan polisi berpangkat komisaris ke bawah. Anggota harus berani melawan orang tuanya sendiri. Sumpah terakhir, anggota harus bernyali baja dalam melakukan kejahatan.

Demikian tiga sumpah anggota geng motor di Bandung dalam “buku putihnya” yang ditemukan polisi pada tahun 1999. Dokumen setebal 20 halaman yang diamankan Kapolwiltabes Bandung saat itu, Kolonel (Kombes-Red) Yusuf Mangga Barani, nampaknya menjadi 'sumpah' atau patokan geng motor selama ini (Poskota,25 Oktober 2007).

Wuih..! Seram juga membacanya. Meskipun sebagian besar masih siswa SMA atau SMP, mereka sudah disumpah berani melawan orang tua, polisi, dan melakukan kejahatan.

Masih menurut harian yang sama, dalam dua bulan terakhir tercatat tiga warga tewas sia-sia akibat dibantai anggota geng motor. Sebut saja Asep siswa SMA tewas dibantai kemudian mayatnya dibuang ke sungai di Celenyi Kabupaten Bandung. Kemudian Sensi anak SMA tewas dibantai geng motor dan mayatnya dibuang di selokan daerah Margahayu Raya. Korban ketiga PNS Kanwil Bea Cukai Merak Banten.

Apa yang diinginkan mereka?

Sepertinya mereka mau hidup tanpa aturan dengan memamerkan ego sendiri. Ingin hidup seperti ayam yang tidak mau tahu siapa orang tuanya. Dan tidak mau diatur seperti Harimau yang mengaku sebagai Raja Rimba. Akh, kalau begitu, mereka ingin hidup sebagai binatang dong!

Tidak juga sih, karena mereka pasti tidak mau jika harus mencari cacing di tempat sampah yang kotor atau memburu mangsa, menggigit dengan taringnya seperti Harimau tadi. Dan terakhir, tidak berpakaian. Satu yang mereka banggakan, motor dan nama gengnya.

Kalau melihat hal tersebut, jadi teringat dengan aliran sesat Al Qiyadah Islamiyah pimpinan Ahmad Moshaddeq yang belakangan dihujat karena keluar dari ajaran Islam. Masyarakat langsung meresponnya dengan melakukan sweeping buat anggota-anggotanya. Mengerdilkan mereka, bahkan mengusirnya dari tempat mereka tinggal.

Tidak berapa lama, MUI pun mengeluarkan fatwa dan pedoman identifikasi aliran sesat. Bahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pun angkat bicara dan memerintahkan perangkatnya untuk mengambil tindakan tegas terhadap aliran sesat tersebut.

Hasilnya, satu per satu anggota aliran sesat tersebut pun berhasil diidentifikasi. Ada juga yang memberikan kesaksian dan melucuti satu per satu aturan aliran mereka yang dianggap sangat rahasia.

Masyarakat pun menjadi sensitif dan sigap bila memang ada “aliran” lain yang menyalahi norma agama dan masyarakat.

Bila demikian adanya, kenapa geng-geng motor di atas tidak “dibasmi” seperti aliran sesat. Kerugian yang disebabkan sama besarnya, bahkan geng motor sudah menghilangkan nyawa orang dan vandalisme. Apa bedanya? Kenapa pihak kepolisian membutuhkan waktu lama, padahal bukti-bukti kriminal mereka sudah ditemukan sejak tahun 1999?

Kalau kita melihat dengan kaca mata “geng motor”, sebenarnya tidak semua geng motor itu berandalan. Ada juga geng motor yang justru malah melatih anggotanya untuk safety riding dan memiliki kegiatan sosial yang bermanfaat buat masyarakat banyak.

Andai kata mereka berkumpul setiap malam minggu di pinggir-pinggir jalan, bukan kegiatan kriminal atau kebrutalan yang mereka lakukan. Paling-paling hanya kumpul-kumpul membicarakan masalah teknis kendaraan atau rencana kegiatan positif mereka.

Nah, geng motor yang dimaksud di awal tulisan ini adalah geng motor sesat yang perlu dipreteli satu per satu atau sekalian semuanya. Mereka sudah mencoreng nama geng motor secara keseluruhan. Padahal tidak semua geng motor itu bermoral bejat.

Perlu kiranya ada kontrol dari masyarakat secara keseluruhan. Bersepakat mengeliminir geng-geng motor sesat yang meresahkan. Hilangkan mereka seperti membersihakan aliran sesat. Bukan apa-apa, kalau dibiarkan, bukan tidak mungkin aksi geng motor sesat ini menulari Jakarta.

Tapi, tetaplah berlindung dalam koridor hukum yang berlaku. Tidak membabi buta dan main hakim sendiri. Kalau tidak begitu, akan ada dua masalah, masyarakat yang anarkis dan geng motor sesat!

Read More ..

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP