Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Keluarga. Tampilkan semua postingan

Anak Tumbuh Sehat dengan Nutrisi dan Kasih Sayang

Dalam perspektif tradisional, anak sehat diartikan sebagai anak yang memiliki fisik besar, kuat, dan tinggi. Tapi pada kenyataan, itu semua belum menggambarkan definisi sehat yang sesungguhnya. Masih ada pertumbuhan intelegensi yang wajib diperhatikan manakala mengartikan kata sehat.

Dari seminar pendidikan dan keluarga yang diselenggarakan Edu Kids, akhir Mei lalu, dipaparkan jika bertumbuh dan berkembang optimal merupakan defines sederhana dari sehat. Di dalamnya, ada pertumbuhan fisik serta perkembangan fungsi-fungsi individu seorang anak.

Menurut DR. Guntara Hari, SPKJ dari Eka Hospital, BSD yang tampil sebagai pembicara, perkembangan fungsi individu anak meliputi perkembangan panca indera, pergerakan, komunikasi, kognitif, kreatifitas, emosi dan interaksi sosial, serta emosi diri sendiri.

“Selain nutrisi dari makanan bergizi, kasih sayang dan perhatian dari orang-orang di sekitar anak juga sangat mempengaruhi pertumbuhan seorang anak,” kata DR. Guntara.

Lebih jauh DR. Guntara menyebutkan, pertumbuhan fisik dan intelegensi anak berjalan beriringan. Selanjutnya, proses tumbuh kembang ini akan berpengaruh pada kemampuan intelektualnya.

“Pertumbuhan seorang anak bukan cuma dilihat dari fisiknya, tapi juga dari kemampuan berpikirnya,” tegasnya.

Untuk melatih perkembangan fungsi individu anak beserta kemampuan intelegensinya, kata DR. Guntara, banyak cara bisa dilakukan. Di antaranya, tentu saja yang utama adalah makanan bergizi. Kemudian, kasih sayang dan perhatian orangtua, lalu belajar aktif lewat permainan-permainan yang mendidik.

“Sejak janin 6 bulan, orangtua, khususnya ibu sudah bisa menstimulasi panca indera calon bayinya dengan mencurahkan kasih sayang dan rasa gembira. Kedua hal ini mampu melipatgandakan jumlah hubungan antar sel otak calon bayi,” ujar DR. Guntara lagi.

Kasih sayang, perhatian, dan penghargaan dari orangtua penting peranannya di saat membesarkan seorang anak. Lewat ketiga hal tadi, seorang anak bisa belajar disiplin, tata karma, maupun budi pekerti. Kemudian, dengan kehangatan cinta kasih orangtuanya, seorang anak bisa merasa nyaman dan memiliki hubungan yang lebih erat dengan keluarganya.

Dalam menanamkan sikap demokratis seorang anak, orangtua bisa merangsang komunikasi resiprokalnya, misalnya dengan sikap menghargai pendapat atau ide orang lain. Dengan model seperti ini, anak bisa berani berekspresi. Ia bisa menyuarakan isi hatinya dengan bebas. Dan ketika ia besar nanti, si anak akan menjadi orang yang terbuka, dan bisa saja menjadi orang yang mudah bergaul.

“Sikap-sikap yang membatasi seperti larangan atau membatasi ruang gerak anak sebaiknya dihindari. Selama hal-hal yang dilakukan anak tidak membahayakan dirinya dan orang lain, biarkan ia berkreasi atau melakukan sesuatu hal,” jelas DR. Guntara menambahkan.

Makanan bergizi dan kasih sayang orangtua punya peran yang luar biasa dalam proses tumbuh kembang anak. Keduanya tak bisa dipisahkan. Pun begitu, dalam prakteknya, orangtua juga harus berperan aktif dalam proses mendidikan anak. Sudah selayaknya jika orangtua merangsang berbagai kemampuan anaknya.


Read More ..

Pentingnya Nutrisi dan Stimulasi untuk Anak

Anak yang sehat adalah anak yang dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Melalui bimbingan dan asuhan orangtua, anak akan mendapat didikan yang terbaik untuk dirinya. Pertumbuhan dan perkembangan anak sudah dimulai sejak dalam kandungan.

Dalam seminar kesehatan yang digelar Eka Hospital BSD beberapa waktu lalu, yang menghadirkan Dr. Soedjatmiko, SpA(K), MSi, dokter spesialis anak konsultan tumbuh kembang – pediatri sosial Eka Hospital BSD, jika pertumbuhan dan perkembangan anak penting adanya dalam menciptakan seorang manusia yang berakal dan memiliki kepribadian yang baik.

Menurut Dr. Soedjatmiko, pertumbuhan didefinisikan sebagai berkembangnya ukuran-ukuran tubuh, seperti bertambahnya tinggi badan, berat badan, ukuran lingkaran kepala, gigi, tulang, otot, dan organ tubuh lainnya.

Sementara perkembangan adalah bertambahnya fungsi-fungsi individu, yaitu fungsi penginderaan (melihat, meraba, merasa, mencium, mendengar), pergerakan, komunikasi, kognitif, kreatifitas, emosi sosial, kerjasama dan kepemimpinan, etika, moral, dan spiritual.

“Supaya bayi dan balita tumbuh kembang dengan optimal, mereka harus dicukupi 3 kebutuhan pokok yaitu kebutuhan fisik biologis, kasih sayang, dan stimulasi dini sejak di dalam kandungan,” kata Dr. Soedjatmiko.

Kebutuhan fisik biologis adalah kebutuhan nutrisi (ASI dan makanan pendamping ASI), imunisasi, kebersihan badan dan lingkungan tempat tinggal, pengobatan, bergerak dan bermain. Kebutuhan fisik biologis terutama berpengaruh pada pertumbuhan fisik, termasuk otak, alat penginderaan, dan alat gerak untuk mengeksplorasi lingkungan, sehingga berpengaruh pada berbagai kecerdasan anak.

Selanjutnya, kebutuhan kasih sayang meliputi rasa dilindungi, rasa aman dan nyaman, diperhatikan dan dihargai, didengar keinginan atau pendapatnya, tidak mengutamakan hukuman dengan kemarahan, tetapi lebih banyak memberikan contoh-contoh dengan penuh kasih sayang dan kegembiraan. Kebutuhan kasih sayang besar pengaruhnya pada kemandirian dan kecerdasan emosi.

Sedangkan kebutuhan stimulasi bermain meliputi berbagai permainan yang merangsang semua indera (pendengaran, penglihatan, sentuhan, membau, mengecap), merangsang gerakan kasar dan halus, berkomunikasi, emosi sosial, kemandirian, berpikir dan berkreasi. Kebutuhan stimulasi bermain sejak dini akan besar pengaruhnya pada berbagai kecerdasan anak atau multipel intelegen.

“Ketiga kebutuhan pokok ini harus diberikan secara bersamaan sejak janin di dalam kandungan terutama sampai umur dua tahun. Di masa ini pertumbuhan cabang-cabang sel otak sangat cepat,” tambah Dr. Soedjatmiko.

Tak bisa dipungkiri tanggung jawab keberhasilan dalam proses tumbuh kembang anak, sebagai besar berada di tangan orangtuanya. Sejak dalam kandung, orangtua wajib mengasuh calon anaknya dengan penuh kasih sayang.

Kemudian, dalam masa balita, sikap keluarga yang demokratif dan membimbing akan berpengaruh positif pada sikap, pemikiran, dan tingkah laku anak. Singkatnya, dalam proses tumbuh kembang anak, orangtua jangan membatasi atau menghentikan rasa ingin tahu anak serta jangan banyak mengancam atau menghukum. Beri kesempatan anak untuk mencoba berbagai hal selama tidak membahayakan dirinya dan orang lain.

Read More ..

Mengenalkan Internet di Usia 2 - 12 Tahun

Ada nilai positif dan negatif dari penggunaan internet buat anak. Berikut ini adalah kiat mengenalkan Internet bagi anak-anak usia 2 hingga 12 tahun:

Usia 2 s/d 4 tahun
Dalam usia balita, anak yang memulai berinteraksi dengan komputer harus didampingi oleh orang tua atau orang dewasa. Ketika banyak aktifitas dan situs yang bersesuaian dengan usia balita ini, melakukan surfing bersama orang tua adalah hal yang terbaik. Hal tersebut bukan sekedar persoalan keselamatan anak, tetapi juga untuk meyakinkan bahwa anak tersebut bisa mendapatkan pengalaman yang menyenangkan sekaligus memperkuat ikatan emosional antara sang anak dengan orang tua.

Sejak masuk usia ketiga, beberapa anak akan mendapatkan keuntungan jika mendapatkan lebih banyak kebebasan untuk melakukan eksplorasi, menemukan pengalaman baru dan belajar dari kesalahan yang dibuatnya sendiri. Hal tersebut bukan berarti mereka dibiarkan menggunakan Internet secara bebas.

Yang terbaik adalah orang tua tetap memilihkan situs yang cocok untuk mereka kunjungi dan tidak membiarkan sang anak untuk keluar dari situs tersebut ketika masih menggunakan Internet. Kita pun tidak perlu terus-menerus berada di samping sang anak,, selama kita yakin bahwa dia berada di dalam sebuah situs yang aman, layak dan terpercaya.

Usia 4 s/d 7 tahun
Anak mulai tertarik untuk melakukan eksplorasi sendiri. Meskipun demikian, peran orang tua masih sangat penting untuk mendampingi ketika anak menggunakan Internet. Dalam usia ini, orang tua harus mempertimbangkan untuk memberikan batasan-batasan situs yang boleh dikunjungi, berdasarkan pengamatan orang tua sebelumnya. Untuk mempermudah hal tersebut, maka orang tua bisa menyarankan kepada anaknya untuk menjadikan sebuah direktori atau search engine khusus anak-anak sebagai situs yang wajib dibuka saat pertama kali terhubung dengan Internet.

Anak akan mendapatkan pengalaman yang positif jika berhasil meningkatkan penemuan-penemuan baru mereka di Internet. Inti permasalahan di sini bukanlah terpusat pada bagaimana menghindari situs-situs negatif, tetapi bagaimana caranya agar anak dapat tetap leluasa mengeksplorasi Internet dan mengunjungi sejumlah situs yang bermanfaat tanpa timbul rasa frustrasi atau ketidaknyamanan pada dirinya

Usia 7 s/d 10 tahun
Dalam masa ini, anak mulai mencari informasi dan kehidupan sosial di luar keluarga mereka. Inilah saatnya dimana faktor pertemanan dan kelompok bermain memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kehidupan seorang anak. Pada usia ini pulalah anak mulai meminta kebebasan lebih banyak dari orang tua.

Anak memang harus didorong untuk melakukan eksplorasi sendiri, meskipun tak berarti tanpa adanya partisipasi dari orang tua. Tempatkan komputer di ruang yang mudah di awasi, semisal di ruangan keluarga. Ini memungkinkan sang anak untuk bebas melakukan eksplorasi di Internet, tetapi dia tidak sendirian.

Pertimbangkan pula untuk menggunakan software filter, memasang search engine khusus anak-anak sebagai situs yang boleh dikunjungi ataupun menggunakan browser yang dirancang khusus bagi anak. Pada masa ini, fokus orang tua bukanlah pada apa yang dikerjakannya di Internet, tetapi berapa lama dia menggunakan Internet. Pastikan bahwa waktu yang digunakannya untuk menggunakan komputer dan Internet tidaklah menyerap waktu yang seharusnya digunakan untuk variasi aktifitas lainnya.

Bukanlah hal yang baik apabila anak-anak menghabiskan waktunya hanya untuk melakukan satu kegiatan saja, bahkan untuk hanya membaca buku ataupun menggunakan Internet sekalipun. Salah satu cara mencegah hal tersebut adalah dengan membatasi waktu online mereka, bisa dengan cara menggunakan aturan yang disepakati bersama atau dengan memasang software yang dapat membatasi waktu online. Penting pula diperhatikan bahwa saat mereka online, upayakan agar mereka mengunjungi berbagai macam situs, tidak sekedar satu-dua situs favorit mereka saja.

Usia 10 s/d 12 tahun
Pada masa pra-remaja ini, anak yang membutuhkan lebih banyak pengalaman dan kebebasan. Inilah saat yang tepat untuk mengenalkan fungsi Internet untuk membantu tugas sekolah ataupun menemukan hal-hal yang berkaitan dengan hobi mereka. Perhatian orang tua tidak hanya pada apa yang mereka lihat di Internet, tetapi juga pada berapa lama mereka online. Tugas orang tua adalah membantu mengarahkan kebebasan mereka. Berikanlah batasan berapa lama mereka bisa mengggunakan Internet dan libatkan pula mereka pada kegiatan lain semisal olahraga, musik dan membaca buku.

Pada usia 12 tahun, anak-anak mulai mengasah kemampuan dan nalar berpikir mereka sehingga mereka akan membentuk nilai dan norma sendiri yang dipengaruhi oleh nilai dan norma yang dianut oleh kelompok pertemanannya. Sebelumnya, norma keluargalah yang banyak berpengaruh. Pada usia ini, sangatlah penting untuk menekankan konsep kredibilitas. Anak-anak perlu memahami bahwa tidak semua yang dilihatnya di Internet adalah benar dan bermanfaat, sebagaimana belum tentu apa yang disarankan oleh teman-temannya memiliki nilai positif. (ictwatch.com)

Read More ..

5 Teman yang Dibutuhkan Anak

Setiap anak pasti akan mempunyai teman. Baik itu di rumah atau sekolah. Tapi, teman seperti apa yang dapat membantunya bertumbuh kembang dengan baik?

Menurut Charlotte Latvala, seperti dikutip dari parenting.com, ada beberapa kategori teman yang bisa dicari oleh anak Anda :

1. Teman yang Menyenangkan
Teman seperti ini bisa ditemui di sekitar rumah kita. Ajaklah anak tersebut bermain. Anak umur 1 – 3 tahun tidak bertingkah seperti anak-anak yang lebih tua. Berikan mereka tempat bermain yang aman dan biarkan saja mereka meski saling tidak peduli.

Berikan beberapa aturan sederhana. Bila ada anak yang bermain di rumah Anda, kasih tahu aturan-aturan seperti, jangan melempar atau saling berbagi mainan.
Aturlah waktu bermain, untuk anak 1- 3 tahun, sekitar 1 jam sudahlah cukup. Sedangkan untuk anak yang lebih tua, bisa lebih lama lagi.

2. Teman Lain Jenis
Kita bisa menemukan teman seperti ini di mana saja. Bila anak kita laki-laki, Anda pasti tidak mau kalau anak perempuan dianggap sebagai makhluk asing dari luar angkasa oleh anak kita.

Lupakan tentang stereotip, laki-laki atau perempuan, bisa menjadi teman yang menyenangkan buat anak kita.

Saat umur 2 – 3 tahun, gender bukanlah masalah buat seorang anak. Baru pada umur 4 tahun, kebanyak anak lebih memilih teman yang sama gendernya. Jadi, menurut Michael Borba (penulis “12 Simple Secret Real Moms Know”), anak yang memiliki banyak teman lain gender, dapat menumbuhkan rasa hormat dan empati terhadap temannya yang berlainan gender. Ke depannya, anak juga bisa lebih baik dalam berhubungan.

Hati-hati dengan apa yang kita katakan dan lakukan. Anak-anak akan banyak belajar dari situ. Jadi hindari kesan kalau anak laki-laki itu memang nakal atau kegiatan mewarnai hanya untuk perempuan.

3. Teman Atletis
Di mana kita bisa mencari teman yang seperti ini? Mungkin kita bisa mencarinya di tempat bermain, kolam renang, atau di depan rumah ketika ada anak yang sedang bermain bola kaki. Anak membutuhkan teman yang suka pergi dan bermain di luar. Jadi, anak tidak melulu di rumah atau bermain video game seharian.

Ajak “anak atletis” untuk bersepeda bersama atau bahkan hiking keluarga. Janganlah membuat aktivitas fisik seperti itu membosankan atau kaku. Buatlah santai dan menyenangkan.

Bila bermain bola, Anda tidak perlu menjadi wasit yang sebenarnya, tapi pastikan kalau anak-anak bermain dengan benar. Beri tahu juga kalau saling berteriak atau menggerutu dalam bermain, akan menyakiti hati temannya.

4. Teman yang Lebih Tua
Dalam hal ini, bukan saja teman yang lebih tua, tapi juga cari yang pintar dan menarik perhatian. Dengan begitu, anak kita pun akan bisa banyak belajar atau meniru tindakan positif dari temannya ini.
Meski tidak seumur, tidak ada salahnya bila kita menyarankan mereka untuk bermain apa saja yang disukai oleh anak-anak.

Anggaplah teman tersebut sebagai saudara jika Anda hanya memiliki satu anak. Anak pertama atau anak tunggal biasanya mudah belajar secara tim, bekerja sama, dan berbagi dengan teman yang lebih tua.

5. Teman Pilihan Sendiri
Anda tidak perlu mencarikan teman seperti ini, anak Anda akan menemukannya sendiri. Ketika anak sudah memilih temannya sendiri, ini adalah langkah awal dari kemandiriannya. Anda harus mengerti bahwa mulai sekarang, anak Anda sudah akan memiliki teman baru, suka atau tidak.

Dalam tahap ini, Anda tidak perlu takut bila anak Anda ingin main ke rumah temannya. Jangan berpikiran, Anda tidak tahu bagaimana temannya itu, orang tuanya, atau di mana rumahnya? Tenang saja, ini adalah tahapan yang harus dilalui oleh seorang anak.

Bila bermain di rumah teman, selalu cek keadaan anak Anda. Mereka pasti menunggu telpon dari Anda. Dengan begitu, bukan berarti Anda tidak percaya atau terlalu khawatir, tapi itu merupakan prosedur standar antar orang tua yang memiliki anak yang bersekolah. Perhatikan pula apa yang memang tidak boleh dilakukan anak Anda. Misalnya, bermain video game yang mengandung kekerasan.

Ketika anak Anda terluka atau bertikai dengan temannya, biarkan anak Anda belajar untuk menunjukkan ketidaksenangannya, belajar menyelesaikan konflik, atau bahkan mengakhiri pertemanan. Itu adalah pelajaran yang harus dipelajari oleh anak Anda.

Biarkan anak tenggelam dalam pertemanan. Anak Anda akan mulai mencari banyak teman dan kita harus terus melatihnya. Seperti dikatakan penulis “Watch Me Grow: I'm One-Two-Three”, Maureen O'Brien, Ph.D, ketika seumur itu, anak akan terus berpikir apa yang membuat temannya baik. Anak akan jauh berpikir dibanding hanya berpendapat, “Kita senang bersama-sama” atau “Kenapa saya suka dengan orang ini?”

Foto : Septemris

Read More ..

Dalam Pikiran Anak

Selama tahun pertama kehidupan, Anda akan melihat perkembangan yang komplek dari pikiran, kemampuan analisa, dan logika anak Anda.


Pikiran anak adalah sesuatu yang indah. Dari saat bayi lahir, otak terus berkembang dan berubah. Selama 12 tahun pertama dari hidupnya, anda akan melihat anak Anda mengembangkan pemikiran kompleks dan kemampuan untuk menganalisa dan logikanya. Mari kita lihat beberapa karakteristik utama yang dibagi dalam beberapa tahap :

1. Lahir – 2 th.
Bayi Anda sudah bisa belajar ketika lahir. Misalnya, banyak studi yang dilakukan dan menemukan bahwa anak dalam kandungan dapat mengenal cerita yang dibacakan ketika anak masih berada dalam rahim. Meskipun anak dalam kandungan tidak banyak aktivitas selain makan dan tidur, tapi mereka benar-benar cerdas.

2. Umur 2-7.
Pada tahap ini, imajinasi benar-benar mendorong anak. Bermain sangat membantu mengembangkan pemikiran dan kreativitas anak. Bermain rumah-rumahan atau membantu anak berpakaian, juga akan merangsang pertumbuhan kognitif anak. Tapi, jangan berharap dia akan berpikir seperti orang dewasa. Tidak peduli berapa banyak Anda merangsang pikirannya, dia tetap akan berpikir seperti anak-anak.

3. Umur 7 sampai 12.
Anak Anda akan lebih berpikir logis dan praktis. Anak akan belajar hal tersebut dari sekolahnya. Selain itu, anak sudah bisa merencanakan dan menyelesaikan masalah yang cuku sulit di usia mudanya.
Keahlian lainnya, tergantung dari apa anak lihat, sentuh, dengar, cium, dan rasa. Artinya, anak tidak akan mengerti hal-hal yang bersifat abstrak atau di luar pengalaman sehari-harinya.


Read More ..

Minimnya Ruang Bermain Anak


Dalam jiwa setiap anak, terdapat keinginan untuk berpetualang atau berekplorasi. Saat usia Sekolah Dasar (SD), pengaruh lingkungan semakin kuat terhadap perkembangan anak. Bila salah menyikapi, anak akan terseret pengaruh buruk dari lingkungan di mana anak tinggal.


Saat usia SD, anak sudah mulai berinteraksi dengan lingkungan lain di luar keluarga inti. Mereka mulai berinteraksi dengan lingkungan sekolah, tempat mereka tinggal, dan sebagainya. Anak mulai suka berpetualang/bereksplorasi, tapi bukan lagi di rumah. Saat usia mereka, rumah dan benda-benda di dalamnya bukan hal yang menarik lagi.

Mereka ingin sesuatu yang baru. Sehingga lingkungan di luar rumah menjadi tujuan mereka berpetualang. Tentunya, petualangan akan menjadi lebih menarik bila dilakukan bersama teman-temanya.

Aktivitas petualangan mampu membantu anak untuk mengembangkan kemampuan mereka menjadi pribadi yang lebih mandiri, peduli, dan kreatif. Namun, saat ini, tidak banyak ruang terbuka sebagai lahan bermain bagi anak untuk menyalurkan semangat berpetualangnya.

Meski sudah ada Peraturan Daerah yang mengatur Ruang Terbuka Hijau (RTH), tapi kondisi RTH di Jakarta hanya tersisa 5.059 Ha atau sekitar 9% dari luas DKI Jakarta yang sebesar 66.152 Ha.

Mengingat jiwa petualang anak yang selalu ada dan minimnya lahan bermain, bila tidak diakomodir dengan baik, dapat menjerumuskan anak untuk menyerap langsung apa yang ada di lingkungannya.

Perlu diketahui, saat ini, angka perokok di usia dini (5 – 9 tahun) secara signifikan meningkat dari 0,8% menjadi 1,8%. Sedangkan di usia 13 – 15 tahun, prevalensi perokok mencapai 26,8 juta dari total populasi Indonesia.

Berdasarkan hasil survei di DKI, terdapat 4 alasan utama mengapa seorang anak menjadi anak jalanan : korban eksploitasi keluarga (44,95%), keluarga tidak harmonis (12,69%), tidak punya tempat tinggal (18,67%), dan alasan lainnya seperti tidak memiliki lahan untuk bermain, serta solidaritas sesama teman (23,69%).

Ketika anak merasa tempat bermain tidak memenuhi minatnya, ia akan pergi ke tempat lain untuk mencari kesenangan dan tantangan lainnya. Sering kali mereka menemukan itu dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat antisosial.

Masalahnya, kalau pun terpaksa bermain di suatu tempat karena tidak ada pilihan lain, maka kebosanan yang dialami akan mendorong anak untuk mencoba variasi-variasi baru yang berbahaya.

Sebenarnya, ada atau tidaknya tempat berpetualang buat anak, tidaklah menjadi masalah. Karena secara alami, mereka akan menemukan tempat berpetualangnya sendiri. Namun, masalahnya, apakah tempat berpetualang itu cocok atau tidak buat anak-anak.
Dari hasil penelitian di tiga Perumnas penyangga Jakarta yaitu, Depok, Bogor, dan Tangerang, pada tahun 2005, lebih dari 50% anak-anak berpetualang di ruang terbuka yang bukan difungsikan sebagai tempat berpetualang yaitu, jalanan.

Minimnya lahan bermain juga mengakibatkan anak mencari tempat berpetualang lain yang tidak sesuai dengan umurnya. Anak-anak akan pergi ke Warnet untuk mencari gambar-gambar porno, ke jalanan, atau bergaul dengan orang-orang dewasa.

Mengingat hal tersebut di atas, perlu adanya solusi masalah ruang bermain untuk anak di Jakarta. Seperti yang dilakukan produsen snack/makanan kecil Taro yang diproduksi oleh Unilever. Sejak April 2008 lalu, Taro mulai mengenalkan Markas Petualangan Taro (MPT) di 25 RW di Jakarta.

Markas Petualangan Taro tercipta untuk membentuk karakter anak yang mandiri, peduli, dan kreatif melalui aktifitas petualangan dengan memanfaatkan lahan di sekitar tempat tinggal.

Melalui aktifitas petualangan yang dilakukan secara rutin selama 2 jam, anak mendapat kesempatan untuk melatih dan mengembangkan kompetensi, berinteraksi dengan teman sebaya, terlibat dalam kerja sama tim, kreatif memecahkan masalah, menumbuhkan kepedulian, mengembangkan inisiatif, mengontrol emosi, dan mengevaluasi diri.

Efek Positif
Menurut psikolog anak dari Lembaga Psikologi ProPotenzia, Lina E. Muksin, efek positif pemenuhan lahan bermain anak adalah sebagai sarana eksplorasi yang sesuai dengan tahapan perkembangan usia. Pada anak usia SD, jenis permainan yang mengandung unsur berpetualang merupakan sarana terbaik untuk pemenuhan masa tumbuh kembang anak usia sekolah.

Melalui kegiatan bermain dan berpetualang, lanjutnya, anak mendapat kesempatan untuk mengembangkan aspek-aspek perkembangan fisik-motorik, sosial-emosional, dan kecerdasan. Ketiga aspek perkembangan ini saling menunjang satu sama lain.

Berpetualang bagi anak adalah melakukan eksplorasi di lingkungan tempat tinggalnya. Sehingga bisa mendorong mereka untuk melatih bagaimana menyusun strategi, bagaimana mereka harus kreatif dalam pemecahan masalah, berinisiatif untuk mengambil tindakan, bersikap sportif menerima kekalahan (anak belajar mengendalikan emosi, bersikap sabar, melatih ketangkasan, dan ketahahan fisik).

Seorang anak membutuhkan banyak kesempatan untuk mengekplorasi dan mengenal lingkungan fisik dan ruangan. Kesempatan ini diperoleh melalui bermain dan berpetualang. Dengan berpetualang, anak mendapat pengalaman melalui dirinya sendiri, baik secara fisik-motorik, kecerdasan, dan sosial emosionalnya yang diperlukan dalam pertumbuhan dan perkembangan mereka. Sehingga melalui bermain dan menjelajah, anak memiliki kesempatan meningkatkan kompetensi dirinya secara langsung.

Pengalaman menjelajah dan “belajar menemukan hal baru” secara nyata menimbulkan perasaan yang positif terhadap belajar pada anak. Dengan demikian, anak belajar berbagai keterampilan dengan senang hati, tanpa merasa terpaksa untuk mempelajarinya.

Oleh karena itu, dalam berpetualang, anak-anak tidak hanya merasakan pengalaman nyata yang menyenangkan. Namun dapat menjadi sarana belajar mengasah kemampuan, mengembangkan imajinasi, kemampuan berpikir, dan mengembangkan karakter anak. Bila dilakukan secara berkelanjutan akan membentuk pribadi yang mandiri, peduli, dan kreatif.

Dampak Negatif
Dampak negatif bila anak tidak mendapat lahan bermain adalah anak akan kehilangan minat untuk berpetualang dan kehilangan masa kecilnya yang menyenangkan.
Anak tidak memiliki kesempatan berpetualang dia akan kehilangan minat untuk mengekplorasi hal baru. Mereka tidak menikmati kegembiraan yang seharusnya mereka dapatkan dan cenderung menjadi anak yang kehilangan motivasi, rasa antusias, dan minat yang terbatas sehingga dia tidak percaya diri, tidak peduli, dan kurang kritis terhadap lingkungannya.

Bila anak tidak percaya diri, tidak peduli dan tidak krritis, akan mudah sekali dipengaruhi karena ingin diterima oleh lingkungannya. Oleh karena itu, bila berinteraksi dengan lingkungan yang tidak tepat, akan mudah terjerumus ke hal-hal yang negatif. Sehingga secara umum, terjadi ketimpangan dalam aspek perkembangan fisik, kecerdasan, dan sosial emosional.

Paradigma Bermain
Pada umumnya, orang tua kurang paham pentingnya bermain yang mengandung unsur petualangan secara nyata. Pola pengasuhan tradisional masyarakat menunjukkan kurang menstimulasi perkembangan aspek fisik, sosial, & emosional.

Sekarang ini, orang tua sering kali membiarkan anak untuk lama menonton TV, bermain games, dan Play Station selama berjam-jam. Konsekuensinya, anak tidak dapat mengembangkan kemampuan fisik dan mentalnya, mereka tidak dapat mengamati keadaan sekeliling, rasa ingin tahu berkurang, dan juga kurang kreatif.

Permainan elektronik seperti games atau play station, bila dilakukan secara berlebihan membatasi anak untuk bersosialisasi dengan teman sebaya dan berkomunikasi dengan anggota keluarga.

Mereka kurang memiliki kesempatan untuk bergerak. Duduk dan mengamati adalah kegiatan sepihak di dalam dunia maya, bukan dunia yang sesungguhnya di mana anak seharusnya mendapatkan kesempatan dan pengalaman untuk pemecahan masalah secara nyata.

Mereka menjadi tidak dapat mengamati keadaan sekeliling, rasa ingin tahu berkurang, dan kurang kreatif. Permainan elektronik membatasi anak-anak mengembangkan kemampuan fisik dan perkembangan mental anak.

Anak membutuhkan lahan bermain yang menunjang untuk berinteraksi dengan teman sebayanya, dan melakukan aktifitas fisik di lingkungan yang aman sehingga anak bisa beraktifitas dengan leluasa.

Dalam bermain, aktifitas berkelompok merupakan pengalaman sosial yang penting bagi anak-anak. Mereka mengenal dirinya melalui interaksi dengan anak lain melalui berbagai pengalaman sosial. Mereka belajar untuk memperhatikan dan menerima keberadaan anak lain dan bagaimana bersikap secara tepat. Dan mereka pun belajar meningkatkan kemampuan bersosialisasi.


Read More ..

Kenali Temperamen Anak Anda

Sama halnya seperti orang dewasa, anak-anak sejak balita juga memiliki jenis temperamen yang berbeda. Meski Demikian juga antara anak pertama Anda dan anak kedua dan seterusnya. Meski pola pengasuhan mereka sama, tetapi temperamen yang muncul bisa jadi berbeda.


Penting bagi Anda untuk mengenali seperti apa temperamen anak Anda agar Anda lebih mudah menghadapi mereka. Karena setiap temperamen yang berbeda memiliki teknik pengasuhan yang berbeda.
Jangan pernah sekali-kali membandingkan anak Anda dengan anak lainnya dan merasa bahwa anak Anda memiliki temperamen yang buruk dan Anda adalah orang tua yang gagal. Tidak ada yang salah dengan temperamen, Anda hanya perlu menyesuaikan sikap Anda terhadap temperamen mereka.
Kategori yang dibuat bukan untuk memberi label kepada anak Anda, tetapi untuk memahami dan mencari teknik untuk mengurangi dan mengatur ledakan emosinya.

Anak yang Mudah
Anak seperti ini adalah tipe anak yang dapat Anda bawa ke mana saja dan ia akan bersikap manis seharian. Dia tidak banyak berperilaku buruk. Ia dapat dengan mudah beradaptasi dengan teknik-teknik umum pengasuhan anak. Anda akan kelihatan seperti orang tua yang hebat.
Anak-anak bertipe temperamen mudah juga dapat melancarkan tantrum, tetapi cenderung jarang terjadi dan bersifat ringan. Jika tantrum terjadi berarti terjadi sesuatu yang drastis. Anda tinggal menghindari pemicunya.
Ciri-ciri dominan mereka adalah:
• Fungsi biologis teratur (berirama sedang)
• Secara umum pendekatan mereka positif terhadap sebagian besar situasi dan orang baru
• Penyesuaian diri mudah pada sebagian besar perubahan
• Suasana hati ringan atau intensif dan kebanyakan positif

Anak-Anak yang Sulit
Anak tipe ini lebih sedikit jumlahnya. Mereka anak yang normal, dan dalam beberapa kasus sangat cerdas. Mereka cenderung lebih mudah marah, meski itu bukan berarti tantrum. Ledakan kemarahan mereka lebih keras, lebih lama, dan lebih dramatis.
Mereka cenderung:
• Sangat tidak teratur dalam kebiasaan makan, tidur, dan buang air besar (keteraturan rendah)
• Menolak situasi, makanan,dan orang baru (kecenderungan menarik diri)
• Beradaptasi lambat terhadap perubahan (penyesuaian diri rendah)
• Suasana hati dominan negatif
• Merasa mudah terprovokasi
• Sulit untuk dialihkan
• Sangat aktif dan berorientasi pada tujuan (bahkan sejak bayi, mereka mengetahui dengan pasti apa yang mereka inginkan)
• Mudah frustasi (cenderung bereaksi negatif ketika tujuan mereka terhalangi)

Anak yang Anteng
Anda mungkin menyebut mereka pemalu. Ia anak yang lambat menjadi “panas” dan jarang menunjukkan tantrum hebat. Ketika marah atau frustasi, ia hanya sedikit rewel dan menarik diri diam-diam. Anak seperti ini jarang ribut sehingga mudah diabaikan. Meski ada sesuatu yang mengganggunya, kemungkinan Anda tidak pernah tahu karena ia tidak menunjukkannya.
Anak-anak seperti ini membutuhkan dorongan ekstra untuk menyatakan perasaan-perasaan intensnya. Berikan ia ruang yang lebih luas untuk melampiaskan energi dan perasaan terpendam, tentu dengan cara yang sehat dan aman.
• Irama biologis teratur (keteraturan sedang)
• Menanggapi dengan negatif situasi dan orang-orang baru (pendekatan rendah)
• Beradaptasi lambat dengan perubahan (penyesuaian diri rendah)
(wrm-indonesia.org)

Read More ..

About This Blog

  © Blogger template 'Ultimatum' by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP